/0/3277/coverbig.jpg?v=cbaa767d13e8eb2f585b043fc2a5b142)
Keenan pemuda tampan yang nasibnya kurang mujur. Terjebak utang dengan Roman untuk membiayai operasi jantung ibunya. Terpaksa Keenan harus memenuhi syarat untuk menikahi mantan istri Roman yang cantik bernama Khanza, untuk diceraikan kembali. Hal itu dilakukan agar Roman bisa rujuk dengan Khanza. #Romance #Takdir #Patahhati #Tampan
Suasana area persawahan di pagi. Matahari bersinar cerah. Di sebuah jalanan perkampungan, Khanza berjalan sambil melamun. Mukanya murung. Seorang ibu paruh baya, tetangga Khanza, lewat berpapasan.
"Assalamualaikum Mbak Khanza, mau ke mana ini?"
Tidak digubris. Ibu itu keheranan. Khanza lanjut jalan. Di tangan Khanza, ada cincin pernikahan dengan Roman, mantan suaminya, satu tahun lalu. Ia pandangi cincin itu. Ia teringat masa lalu.
***
Pagi hari di rumah Khanza buru-buru mau berangkat kuliah. Roman datang dengan muka tidak senang menahannya.
"Saya permisi berangkat kerja dulu, Mas."
"Udah berapa kali aku bilang kalau aku gak suka kamu kerja, Khanza. Aku mau kamu di rumah aja ...."
"Kok Mas gitu? Jadi dokter Itu cita-cita Khanza dari kecil, Mas. Dokter juga profesi mulia kan, Mas?"
"Jadi begitu? Sekarang yang salah aku? Kamu berani ngelawan sama aku? Oke. Kalau gitu sekalian, kita nggak usah ketemuan seterusnya. Kita pisah!"
Roman pergi meninggalkan Khanza yang terpukul atas reaksinya.
***
Ibu-ibu gemuk berdaster berjalan membawa belanjaan sayur. Khanza yang melamun menyenggolnya. Cincin Khanza jatuh menggelinding, Khanza mengejarnya.
Cincin dikejar Khanza sampe ke tengah jalan raya.Khanza meleng tak sadar sepeda motor melaju cepat ke arahnya.
"Awas mbak!" seru pengendara motor histeris.
Sementara itu Keenan lagi foto-foto memakai Smarthphone baru, melihat perempuan mengejarnya sesuatu ke tengah jalan raya. Tak sadar motor melaju kencang kearahnya. Dengan sigap, Keenan melompat menyelamatkan tubuh si perempuan. Perempuan itu selamat.
"Mbak nggak apa-apa? Ada yang luka?" tanya Keenan cemas.
Khanza sambil membersihkan bajunya mengangguk. "Nggak apa-apa, kok, Mas. Terima kasih Mas udah nolongin saya."Sekilas Khanza memandang wajah tampan Keenan. Kulit lelaki itu putih bersih, matanya sedikit sipit, dan ada lesung pipi di salah satu pipinya, tepatnya pipi kanan. "Nggak apa-apa, kok, Mas. Terima kasih Mas udah nolongin saya." Khanza langsung membuang pandangan malu.
Keenan membantu Khanza berdiri. Pengendara motor memarkir motornya ke pinggir. Mendekat ke lokasi Khanza jatuh.
"Saya Keenan, Mbak. Rumah Mbak di mana? Biar saya antar Mbak pulang."
"Saya Khanza. Gak apa-apa. Saya bisa pulang sendiri kok, Mas. Sekali lagi terima kasih Mas Keenan sudah nolongin saya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam warohmatullah ...."
Khanza berlalu. Keenan memandangi punggung wanita berhijab itu.
***
Keenan sedang kerja mengoperasikan mesin tenun sarung di pabrik. Tiba-tiba ada telepon masuk dari Hani, adiknya.
"Assalamuaikum. Halo, Dek."
Terdengar suara Hani yang panik. "Halo, Mas Keenan. Mas ... Ibu, Mas ... Ibu ...."
Keenan jadi cemas. "Ibu? Ibu kenapa? Kamu ngomong yang jelas dong, Dek."
Hani seperti mengatur napasnya lalu mulai menjelaskan dengan suara hampir menangis. "Ibu masuk rumah sakit, Mas. Mas cepet ke sini."
"Astaghfirullah ... oke. Kamu tenang, ya. Istighfar. Mas segera ke sana."
Keenan panik meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Rekan kerjanya pada bingung. Keenan lari ke kantor HRD. Di lorong, Ia berpapasan dengan Roman, teman sekaligus bosnya.
"Loh? Bro, mau ke mana kok lari-lari?"
"Saya mau izin pulang, Rom. Ibu masuk rumah sakit."
"Ya udah kamu langsung pulang aja gak apa-apa, Keenan. Kamu cepet lihat ibumu ke rumah sakit.
"Thanks, ya. Aku pergi dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Keenan buru-buru pergi.
***
Sesampainya di rumah sakit, Keenan lari ke bangku tunggu pasien. Ada Hani yang langsung berhambur memeluk.
Keenan langsung masuk ruangan. Hani terlambat bilang kalo tidak boleh ada yang masuk dulu.
"Ibu!" seru Keenan panik.
Beberapa suster dan seorang dokter wanita menoleh. Dokter wanita itu terkesiap dan mendekat. Ia kenal pria ini.
"Jadi ibu ini ibunya Mas Keenan?" tanya dokter wanita yang tak lain adalah Khanza.
Keenan mengingat-ingat sosok itu. Ternyata dia perempuan yang ditolongnya tempo hari.
Keenan agak tergagap. "B-Benar, Dokter. Bagaimana keadaan ibu saya?"
"Mas Keenan tenang dulu, ya. Kami sedang mengupayakan yang terbaik untuk kesembuhan ibu . Mas Keenan dan keluarga berdoa sama Allah biar semuanya lancar. Sekarang Mas silakan tunggu di luar dulu."
Keenan keluar ruangan. Mukanya cemas. Ia duduk di bangku tunggu. Hani ikut duduk.
"Kata dokter, Ibu terkena serangan jantung dan harus segera dilakukan operasi Bypass Arteri Koroner. Biayanya 100 juta, Mas?"
Keenan kaget. "100 juta, Dek?"
"Iya, Mas. Uang dari mana kita sebanyak itu?"
Keenan menyandar ke tembok, bingung. Matanya menatap langit-langit rumah sakit. Tak lama, dokter Khanza keluar ruangan, mengajak Keenan dan Hani bicara.
Bersamaan saat itu Roman hendak ke ruangan tempat ibu Keenan dirawat. Ia menenteng keranjang buah. Langkahnya terhenti waktu melihat seorang dokter berhijab abu-abu sedang ngobrol sama Keenan dan adiknya. Roman terpesona, tak percaya sosok itu adalah Khanza mantan istrinya.
***
Ditemani Mila pacarnya, Keenan mengunjungi rumah seorang teman. Mereka duduk di teras rumah.
"Saya janji sesegera mungkin uangnya saya kembalikan, Bang."
Teman Keenan terlihat bingung sambil garuk-garuk kepala. "Waduh gimana, ya, Nan? Bukannya aku nggak mau bantu bener deh. Tapi uangku baru aja kubuat modal bikin restoran padang. Habis ratusan juta aku. Maaf, ya. Aku turut prihatin sama kondisi ibumu.
Raut muka Keenan tampak kecewa. "Ya udah nggak apa-apa, Bang. Terima kasih untuk waktunya. Saya pamit. Assalamualaikum."
Teman Keenan pergi, masuk ke dalam rumah.
"Udah, Mas. Sabar, ya, Mas," ucap Mila menenangkan.
"Iya, Mila. Makasih kamu udah mau nemenin aku cari pinjaman ke sana ke mari. Kamu pasti capek."
"Aku nggak capek, kok, Mas. Aku juga sayang sama ibu Mas."
Keenan tersenyum pada gadis cantik yang sudah dua tahun menjadi kekasihnya itu. Ia mengambil handphone, mencari kontak, lalu mencoba menelepon seseorang. Keenan agak kesal. Nomornya nyambung, tapi tidak diangkat.
***
Di sebuah restoran, Roman tak lepas memandangi Khanza. Jilbab abu-abunya masih sama seperti yang dilihatnya kemarin. Khanza tambah cantik.
"Udah lama kita gak ketemu, sekarang kamu jadi makin cantik, Khanza," ucap Roman berbunga-bunga melihat Khnaza. Seketika Khanza jadi nggak nyaman dan salah tingkah.
"Mas, sebenarnya apa tujuan kamu nyuruh aku datang ke sini? Ada perlu apa? Kalau memang gak ada urusan lagi, aku mau pamit. Kerjaanku masih banyak."
"Jangan buru-buru gitu, dong. Aku kan masih kangen sama kamu. Khanza ikut Mas pulang, ya?"
Roman berusaha memegang tangan Khanza. Khanza menarik tangannya cepat-cepat.
"Mas jangan pegang-pegang Khanza. Kita udah bukan mahram semenjak Mas memutuskan pisah waktu itu. Kecuali kita udah sama-sama nikah lagi dan sama-sama pisah dari pasangan masing-masing. Mas tahu itu, 'kan?" Khanza tidak bisa menyembunyikan kekesalan pada Roman yang ada di depannya. Sisa-sisa kesedihan masih merambat dalam sanubari dan luka di hati masih basah.
Air muka Roman berubah emosi. "Jadi begitu kamu sekarang? Waktu itu, saat aku mau pergi kamu cegah. Sekarang, aku mau perbaiki semua, begini sikap kamu. Kamu tahu, aku sudah pisah dengan istriku tiga bulan lalu demi bisa balik lagi sama kamu."
Ekspresi Khanza terlihat kecewa. "Ini yang jadi pertimbangan aku. Kamu yang seperti ini. Gampang banget emosi."
Roman memelototi Khanza. Di atas meja, tangannya mengepal menahan emosi.
"Kita bakal bersatu lagi. Dengan cara apa pun," ujar Roman dengan nada mengancam.
Khanza jadi merinding. Roman menggebrak meja. Bangkit dari kursi lalu pergi.
***
Pagi itu, pintu rumah Keenan diketuk. Keenan sedang berpakaian hendak pergi, langsung melangkah menuju pintu mengecek siapa yang datang. Ternyata Roman yang menyambut Keenan dengan seulas senyuman meskipun ia tampak kusut.
"Assalamualikum, Keenan."
"Waalaikumsalam. Masuk, Man."
"Maaf baru sempet dateng. Rencana mau langsung ke rumah sakit. Tapi ini masih pagi. Dan kamu pasti masih di rumah. Ternyata tebakanku benar."
Keenan memperhatikan Roman. Tatapannya kosong seperti orang melamun. Roman melambaikan tangan ke muka Keenan, memanggilnya.
Keenan agak tergagap. "Eh, iya, Man. Gimana?
Roman merasa iba. "Gimana kabar ibumu?"
Ada jeda sebentar sebelum Keenan menjawab Roman. "Dokter bilang Ibu kena serangan jantung. Kondisinya kritis dan harus dioperasi. Aku harus ada uang 100 juta paling lambat besok."
Mereka berdua diam. Keenan memegangi kepala, mengacak rambutnya sendiri. "Aku udah coba cari pinjaman ke sana ke mari, tapi belum dapat juga."
Roman, terpikirkan sebuah ide. "Kalau aku bilang bisa bantu kamu, kamu mau lakukan apa pun demi 100 juta itu, Nan?"
Keenan memandang bingung Roman. "Apa maksudmu, Roman?"
"Aku bakal bantu kamu, tapi ada syaratnya. Syaratnya berat dan jangan sampe ada orang lain tahu."
Keenan sangat senang. Mukanya berubah cerah. Keenan mendekat ke Roman. Ia merasa akan melakukan apa pun syarat itu.
"Aku mau, Man. Cepat bilang apa syaratnya?
"Begini, aku berpisah dengan istriku. Dan Aku menyesal hal itu terjadi. Aku pingin perbaiki hubungan kami, tapi kami nggak akan bisa bersama lagi selama istriku belum menikah dengan orang lain, lalu mereka berpisah."
Keenan yang menyimak, menebak ke mana arah pembicaraan itu.
"Keenan, aku bakal beri kamu 100 juta asal kamu mau jadi suami pura-pura istriku selama tiga bulan. Hanya kamu yang aku percaya, Nan. Aku kenal baik gimana kamu."
Keenan diam berpikir. Roman terlihat berharap sekali Keenan menyanggupi. Keenan melihat ekspresi Roman, Ia terpikir sesuatu.
"Nggak bisa, Roman. Aku gak sanggup lakuin hal itu karena itu dosa besar," kata Keenan.
Roman mengembuskan napas tidak sabar dan berusaha meyakinkan Keenan lagi. "Ayolah, Bro. Ini cuma pura-pura. Ini atas persetujuan dari aku dan mantan istriku juga, jadi kamu nggak akan menanggung kesalahan apa-apa. Kamu cuma jadi muhalil."
"Tapi tetap aja ini nggak baik, Man. Sama aja mempermainkan pernikahan. Aku gak bisa, maaf." Keenan berkeras.
"Setidaknya kamu pikirkan ibu kamu. Apa kamu mau ibu kamu kenapa-napa? Waktu terus berjalan, Nan. Jangan sampai kamu menyesal kalau kamu terlambat nyelamatin ibu kamu ...." Roman masih berusaha melancarkan bujuk rayunya.
Lama Keenan berpikir dengan gelisah. Ia jelas sudah mencari pinjaman ke sana ke mari, tapi tidak ada hasil. Apa yang dikatakan Roman ada benarnya, waktu semakin berjalan. Keenan tidak tega setiap membayangkan ibunya sedang kritis di rumah sakit. Setiap saat hal mengerikan bisa saja terjadi. Wanita yang melahirkan dia harus segera dioperasi apa pun cara dan risikonya.
Keenan menatap Roman serius. "Oke aku mau. Aku terpaksa lakuin ini demi ibuku," ujar Keenan.
Roman menyeringai. "Deal! Hari ini juga aku transfer uangnya ke rekeningmu. Tapi ingat, ini harus berhasil."
Mereka berjabat tangan.
"Deal," ujar Keenan dengan suara bergetar. Sadar bahwa apa yang akan dilakukannya adalah sebuah kesalahan. Namun ia merasa tidak punya pilihan lain.
***
Alif, pemuda tampan yang baru pulang merantau ke Jakarta. Di sana ia diperebutkan oleh dua wanita cantik, Lisa dan Ning, teman masa kecilnya. Namun, banyak hal aneh yang terjadi di Kampung Menyan. Hilangnya bayi dan raibnya kehamilan wanita adalah beberapa dari kejadian aneh yang terjadi. Alif juga dihadapkan pada pesona dan misteri Kumara, istri tetangga barunya yang diisukan merupakan jelmaan kuntilanak (kuntilanak adalah hantu wanita terkenal di Indonesia yang dipercaya gentayangan karena diperkosa, dianiaya, atau meninggal dunia saat hamil) karena tidak mau keluar rumah di siang hari dan sering bertindak di luar batas. Di sisi lain, Kumara yang sangat cantik mengaku pernah mengenal dan dekat dengan Alif, tapi Alif lupa. Mampukah Alif menghadapi semua situasi aneh itu?
Ayu janda cantik yang sudah menikah sebanyak empat kali dan semua suaminya meninggal secara mendadak. Banyak yang menuduh Ayu menganut ilmu hitam. Namun, hal itu tidak mengandaskan tekad Ruben sang pemuda tampan kaya raya untuk menikahi Ayu. Meskipun ditentang ibunya, Ruben tetap ingin menikahi Ayu.
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Megan dipaksa menggantikan kakak tirinya untuk menikah dengan seorang pria yang tanpa uang. Mengingat bahwa suaminya hanyalah seorang pria miskin, dia pikir dia harus menjalani sisa hidupnya dengan rendah hati. Dia tidak tahu bahwa suaminya, Zayden Wilgunadi, sebenarnya adalah taipan bisnis yang paling berkuasa dan misterius di kota. Begitu dia mendengar desas-desus tentang hal ini, Meagan berlari ke apartemen sewaannya dan melemparkan diri ke dalam pelukan suaminya. "Mereka semua bilang kamu adalah Tuan Fabrizio yang berkuasa. Apakah itu benar?" Sang pria membelai rambutnya dengan lembut. "Orang-orang hanya berbicara omong kosong. Pria itu hanya memiliki penampilan yang mirip denganku." Megan menggerutu, "Tapi pria itu brengsek! Dia bahkan memanggilku istrinya! Sayang, kamu harus memberinya pelajaran!" Keesokan harinya, Tuan Fabrizio muncul di perusahaannya dengan memar-memar di wajahnya. Semua orang tercengang. Apa yang telah terjadi pada CEO mereka? Sang CEO tersenyum. "Istriku yang memerintahkannya, aku tidak punya pilihan lain selain mematuhinya."
Pelan tapi pasti Wiwik pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja. "Di mana Om.. ?" Kembali dia bertanya "Di sini.." jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya. "Ahh.. Om.. nakal..!" Perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku.. bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat. Peluk dan terus peluk.. kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya.. lalu mencium bibirnya. Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat. "Oh.. Om.." desahnya pelan.
Kesalahan satu malam, membuat semuanya menjadi hancur lebur. Miranda berawal hanya bersenang-senang saja, tapi sialnya malah dia terjebak malam panas dengan Athes Russel. Hal yang membuatnya semakin kacau adalah pria itu merupakan teman bisnis ayahnya sendiri. “Kita bertemu lagi, Miranda,” bisik Athes serak seraya memeluk pinggang Miranda. Miranda mendorong tubuh Athes keras. “Shit! Menjauh dariku, Jerk!” Athes terkekeh sambil membelai rahang wanita itu. “Bagaimana bisa aku melupakanmu? You’re so fucking hot.” *** Follow me on IG: abigail_kusuma95 (Informasi seputar novel ada di IG)
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.