Dia seorang duda yang ditinggal istrinya selingkuh. Traumanya sama sepertiku, kami benci ikatan pernikahan yang hanya memberi luka atas nama cinta, jadi ini tidak akan begitu membebaniku. Aku bisa bebas setelah melahirkan. Aku akan mendapat uang setelah melahirkan. Aku dapat melanjutkan hidup dengan baik bersama adikku. Aku dapat memulai semuanya dengan benar. Tidak, aku serius akan hengkang dari hidup suamiku setelah melahirkan. Hidupku bukan seperti kisah romance fiksi, semuanya hanya soal kontrak. Tapi selalu berbeda hal jika takdir yang mempermainkan rencana manusia. Bagaimana pada akhirnya mereka malah mengejarku yang masuk dalam kubangan para pemegang kekuasaan? Aku ingin berteriak. "Aku bukanlah orang yang dicintai olehnya, apalagi kelemahannya!!" Uh, aku salah besar mengatakan itu sepertinya. Karena dia, suamiku malah mengikatku dengan pernikahan sungguhan. Baik! Suami tolong lindungi aku kalau begitu.
"Gue udah bilang sama lo!! Jangan sekali-kali dengerin omongan temen lonte lu!! Mana ada gue selingkuh. Coba tanya temen lu! Dimana dia liat gue bawa cewek, hah?!!! Dimana?!!"
Ayah mencengkram lengan ibu dengan mata melotot tajam, bola matanya memerah memandang ibu yang menunduk pilu sambil menangis, surainya berantakan dan wajah ibu begitu tersiksa namun tak bisa lepas.
Ibu sesegukan dalam cengkraman ayah, aku diam memeluk tubuh di pojok ruangan. Ini bukan tontonan baru bagiku ketika ayah murka kepada ibu yang meminta cerai karena tak kuat. Ayah selalu begitu, tidak pernah berubah walau sering meminta maaf setelahnya.
Maafnya hanya di mulut, tidak pernah sampai ke hati.
Aku dengar suara teriakan nenek yang keluar meminta tolong, sebab ayah seperti orang kerasukan. Sempat mengambil barang apa saja untuk ia lempar kepada ibu, bahkan sampai mengenai kepalaku. Aku menangis, tentu saja. Aku hanya bocah 13 tahun yang tidak berdaya, tidak begitu mengerti cara membela diri.
Tapi dalam hati aku berucap syukur, adik lelakiku tengah bermain disaat kedua orang tuaku bertengkar hebat lagi, para tetangga datang untuk melerai pertengkaran ibu dan ayah. Pun tubuhku yang diraup oleh seseorang yang entah siapa, sampai aku memeluk tubuhnya erat kemudian mendengar suara lelaki yang kukenali.
"Sudah... Gapapa, disini ada abang. Nggak usah takut, nanti kalau ayah sama ibu berantem lagi. Keluar aja nyari abang atau kerumah ende Iwan, jangan didalam rumah aja, ya. Hm...?"
Ia mengusap belakang kepalaku pun punggung ringkihku, menenangkan sekali. Aku merasa aman dalam dekapannya jadi aku mengangguk sembari sesegukan.
"Setan lo!! Awas aja kalau sampe lu masih temenan ama itu lonte!! Gue cekek mati, babi!"
Ayah terus berteriak walau sudah dipegangi oleh tiga orang warga. Ibu sudah dibawa keluar oleh ibu-ibu yang aku tidak lihat siapa. Ibu memang bukan wanita baik-baik, tapi ibu wanita yang mencoba belajar patuh pada suaminya. Hanya lingkup teman-temannya saja yang kotor, sejak ayah ketahuan selingkuh saat ibu melahirkan adik lelakiku.
Ayah tidak datang, dia entah ada dimana sampai teman ibu membagikan poto ayah sedang berciuman di dalam club dengan perempuan lain yang di kata teman ibu adalah selingkuhannya selama ini.
Parahnya lagi, aku melihat poto itu. Tidak. Aku di paksa untuk melihat. Ibu yang lelah menjadi murka tanpa pandang bulu ia sodorkan gambar itu padaku yang berusia 10 tahun ketika itu. Ibu berteriak marah sambil memegangi kepalaku agar melihat kelakuan ayah dari layar ponsel ibu.
"Liat!! Liat gimana ayah kamu kelakuannya!! Laki-laki gak bener kaya begini, sudah seharusnya dari dulu ibu tinggalkan. Liat gimana bejatnya ayah yang kamu hormati, kak!!"
Aku ingin mengelak tapi kepalaku dicengkeram kuat oleh ibu. Jadi aku memejamkan mata tapi ibu malah berteriak kencang semakin tidak terkontrol.
"Buka mata kamu, kak!! Jangan pejamkan. Liat gimana kelakuan ayah kamu!! Benci dia, dia yang sudah buat kita sengsara kak, dia yang suka pergi tanpa mikirin gimana perut kamu sudah kenyang atau belum, gimana bayaran sekolah kamu!!! Gimana mulut kotor itu memaki ibu dan kamu!"
Aku tentu berteriak sambil menangis ketakutan, karena tingkah ibu yang seperti orang kesetanan. Ibu memukul dadanya setelah melepas kepalaku, beliau terlihat tersiksa sekali akan rasa sakitnya tapi saat itu aku tidak mengerti.
Aku berlari keluar menuju kamar nenek. Aku yang kecil tentu saja tidak paham apa yang terjadi dengan benar, aku hanya mengadu jika ibu menjambak kepalaku dan memperlihatkan poto ayah sedang berciuman dengan perempuan yang bukan ibu.
Nenek marah dan mendatangi kamar ibu kemudian menampar ibu yang tengah menangis. Nenek berteriak tidak karuan di dalam kamar ibu, aku tidak berani masuk. Suara nenek dan ibu bersahutan sangat menyeramkan. Ketika itu aku ketakutan bukan main, jadi aku berlari keluar pukul sembilan malam untuk mengetuk rumah abang.
Setelahnya ibu selalu murung, ibu layaknya mayat hidup. Apalagi ayah semakin menjadi dengan pulang tengah malam bahkan ketika pagi akan datang. Aku jadi sering mendengar suara ayah di malam hari yang sedang menelpon dengan rayu-rayuan dan ucapan vulgar entah dengan siapa. Dan disitu ibu ada di sisiku tengah menidurkan adik lelakiku yang rewel ditengah malam.
Ibu menatap kosong wajah adik, tidak lagi berteriak ataupun memaki jikalau mendengar ayah menelpon selingkuhannya. Aku jadi menutup diri sejak pertengkaran hebat ibu dan ayah. Aku dikucilkan, di katai anak brokenhome. Padahal waktu itu aku belum tau apa itu brokenhome, aku hanya tau mereka mengatai keluargaku yang tidak harmonis dan suka bertengkar.
Ibu akhirnya kabur dan menggugat ayah tanpa mau ada mediasi, ayah tidak terima dan sempat mengamuk di pengadilan sebab ibu memberikan bukti KDRT dan perselingkuhan ayah untuk menguatkan gugatan cerai.
Sebulan setelah itu ayah membawa wanita baru dan ibu bekerja entah dimana, aku hanya sesekali ditelepon dengan rasa rindu yang memeluk erat. Aku rindu ibu pun adikku juga sering bertanya ketika itu, kemana ibu pergi. Ayah tidak memedulikan kita berdua.
Kami terlantar, sampai kabar nenek meninggal membuat aku semakin sedih. Ditambah sejak saat itu, ayah seakan hanya memiliki tanggung jawab pada dirinya saja, tak mengingat aku maupun adikku.
Uang jajanku dan adik berkurang. Ibu sulit aku hubungi dan ayah sering berteriak membentak pada kami. Aku sering kali melihat adik lelakiku memandangi temannya yang jajan namun ia tidak. Kami sering kelaparan. Kemudian waktu berjalan cepat, aku sudah berusia 17 tahun dan masih melanjutkan sekolah sampai jenjang SMA.
Aku mulai kewalahan membayar uang sekolah bersama uang jajan adikku, hampir putus sekolah. Sampai teman ibuku menawarkan pekerjaan yang gajihnya lumayan dalam semalam, ia bilang waktu itu kepadaku yang berumur 17 tahun.
"Pekerjaanmu di akhir pekan saja, dan kamu hanya perlu menuangkan minuman kedalam gelas orang-orang disana."
***
Suara tawa berat bersorakan ketika salah seorang berjas yang sudah terbuka kancingnya. Berdiri diatas meja dan meminum gelas berisi cairan emas di hadapan teman-temannya, kebanyakan dari mereka sudah memiliki istri dan anak. Aku menuangkan lagi botol beralkohol ini kedalam gelas lelaki dewasa yang kutahu sudah mempunyai dua anak remaja.
Dia cukup tampan dan mapan tentunya, sebab dialah yang menyewa tempat dan beberapa wanita penghibur termasuk diriku.
"Kamu benar-benar tidak mau ngamar denganku ya? Padahal aku sengaja terus menyewa kamu." Dia memulai percakapan.
Namanya pak Yazid, sebenarnya banyak dari teman seprofesi denganku naksir dengan beliau tapi tidak diindahkan walau mereka sengaja merayu dengan pakaian vulgar sekalipun. Beliau malah menawarkan aku untuk ke hotel dan bisa berlanjut sebagai sugar babynya. Ucapannya sering kali sangat vulgar dan bersikap kurang ajar, tapi ini pekerjaanku.
Kemudian Aku bilang."Aku tidak menjual diri pak, hanya sebagai wanita pesanan untuk sekedar menemani minum saja." Setelah itu aku malah dicela.
Katanya tidak mungkin aku bekerja menemani saja, pasti aku juga menjual diriku. Sial, memang kebanyakan dari temanku berujung menjual diri. Sebab bookingannya lumayan untuk kami yang awam. Apalagi jika masih perawan harganya bisa selangit, walau tidak seperti artis yang semalam saja bisa seharga 80 juta.
"Seharusnya kamu jangan jual mahal, padahal saya sudah tawarkan tiga kali lipat dari bayaran semalam kamu menemani minum." Tangan pak Yazid yang kasar mengusap pahaku yang terbuka.
Sekarang aku menggunakan pakaian yang super ketat sana sini, kurang bahan sana sini dan sangat menonjolkan kesan seorang wanita malam. Ini pakaian kerjaku selama menemani pelanggan minum, aku menerima apapun perlakuan mereka. Sebab kami di jamin tidak akan terjadi hal paling buruk bagi kami jika tidak ada kesepakatan mau sama mau antar kami dan pelanggan.
Bos memikirkan kami sebagai prodaknya, agar selalu bersih dan cantik. Kami adalah boneka porselin bagi bos.
Pak Yazid ini tumben sekali, memesan diriku masih dengan pakaian formal yang dia pertahankan kerapihannya. Seperti akan melakukan pertemuan, karena memang malam ini aku pun di berikan pakaian yang berbeda warna dan polanya walau masih sama ketat dan seksi. Bahkan bisa di katakan, aku seperti telanjang saat ini.
Jari panjangnya mulai meraba paha dalamku, aku menahannya dan memindahkan telapak kasar itu kearah payudaraku. Aku mendesis nyeri ketika ia meremas kuat dengan wajah mesumnya, matanya menatap tepat dimataku.
Menunggu reaksiku menerima tawarannya, aku menengadah ketika ia mencium leherku perlahan. Mengabaikan suara bising dari teman-teman satu kerja pak Yazid yang mulai hilang akal dimakan alkohol.
"Katakan kalau kamu mau aku masuki... Katakan kalau kamu mau aku ada di dalam kemaluanmu yang panas itu... Maka aku akan dengan senang hati memuaskannya..."
Ini sudah sering terjadi, jadi aku sudah lumayan mengasah birahiku ketika dipermainkan oleh pelanggan yang ingin tidur denganku.
Aku hanya mendesah tidak mengiyakan, hanya menikmati dengan kebohongan. Ketika mulutnya mencium dan mengulum payudaraku dari luar pakaian ketat yang kugunakan. Tangannya tidak tinggal diam, ia mengusap paha dalamku sampai kedalam sana. Aku melenguh dengan hati menjerit, merapatkan kaki dan mencengkram tangannya.
Tuhan, aku berhenti pada pekerjaan menjijikan ini. Tapi, pantaskah dia masih menyebut nama tuhan saat dia sering kali berpaling?
"Ekhem!!"
Pak Yazid mengangkat wajahnya dari atas payudaraku dan aku menunduk untuk melihat baju bagian payudaraku basah oleh air liurnya.
"Pak Keenan!! Saya kira bapak tidak akan datang kemari, mari pak. Sudah ada ruangan khusus dengan pelayanan VIP," ucap pak Yazid memandu pria itu.
Aku hanya duduk menunduk membenahi pakaianku, sebelum berdiri menuju ke sofa lain yang berisikan laki-laki tidak masuk akal yang tengah bercumbu panas dengan temanku. Sampai aku menyadari, ada pria yang tadi menyelamatkanku dari kebuasan nafsu pak Yazid tengah menatapku. Aku menoleh dan terkejut kemudian. Aku diam mematung untuk beberapa saat sampai suara baritonnya yang sangat khas seorang lelaki dewasa menyebut namaku.
"Yara."
Nayara segera berkedip untuk memastikan lagi, kemudian tersenyum seakan menyapa pelanggannya.
"Selamat datang pak, apa bapak ingin saya tuangkan minum?"
"Ya."Jawabnya kaku.
Dengan itu, langkah kakinya mengikuti Yazid dan pria bernama Keenan itu kedalam ruangan VIP. Saat Yazid melihat Yara ada di dalam ruangan, bergerak mendekat menuju Keenan dia mengernyit.
Mata pria itu lekat menatap Nayara, gadis itu bergerak mengambil gelas baru yang tersedia diatas meja dan menuangkan alkohol kedalam gelasnya sampai suara pak Yazid mengintrupsi gerakannya memberikan gelas kearah lelaki berkemeja putih dihadapannya.
"Ayu, apa yang kamu lakukan. Maafkan Ayu pak, pelayanan khusus untuk bapak ada didalam kamar ekslusif tanpa alkohol. Mari pak, ikuti saya.-"
"Aku ingin Ayu melayaniku,"ujarnya sambil mengucapkan nama panggilan Nayara selama bekerja.
Keenan cepat beradaptasi, saat mendengar nama Nayara yang dipanggil Ayu. Sadar jika perempuan itu tidak menggunakan nama aslinya.
"Tapi pak, didalam sudah ada-"
"Keluarkan saja mereka, aku ingin Ayu. Bukan pelayan yang lain. Keluarkan saja mereka dari sana, saya tidak akan membuat kerjasama kita mudah."Potongnya otoriter, suara tegas tanpa mau ditolak.
"B-baik pak...Ayu, mari ikut saya dan pak Keenan kedalam."
Olivia membuat Jeremy di usir dari perusahaan setelah dia menolak perjodohan dari ayahnya karena terhasut oleh Karin, sahabatnya. Kemudian perusahaan ayahnya bangkrut akibat dijatuhkan lawan bisnisnya, dia ditipu oleh Karin dan dibunuh. Kemudian Olivia bangun kembali di kamarnya, tepat setelah dia menolak perjodohan. Sebuah jendela sistem muncul dan memberikan dia dua pilihan untuk menyelamatkan hidupnya, menikahi Jeremy atau mati dengan sia-sia. Olivia memilih pilihan pertama, menerima perjodohan dna menikahi Jeremy. Tetapi ayahnya berkata,"Jeremy. Putriku menerima lamaranmu!" Olivia menikah, menerima semua perhatian dan cinta yang Jeremy berikan padanya. Termasuk untuk membalas dendam pada Karin dan lawan bisnis ayahnya, dia hidup kembali dengan bantuan sistem yang terus meminta dia untuk menggoda suaminya yang mesum dan selalu suka physical touch.
"Kamu tau, sedari awal hubungan ini aku sudah belajar untuk kehilangan kamu meski gak mampu." ucapku setelah sekian lama terdiam, Irina berhasil bicara pada suaminya yang berselingkuh dengan perempuan yang dia bilang hanya sekedar 'sahabat'. "Irina, Olivia hanya teman aku..." Kanneth lagi-lagi menyangkal. Aku menyela cepat,"Itu yang kamu anggap teman, dia hamil anak kamu!!" "Tapi kamu tau, aku mencintai kamu, bukan dia!" katanya tak tau malu. "Dan kamu sudah mengingkari janji kamu untuk mencintai aku seorang!!" Kanneth terdiam, dia sudah pasti tak dapat membalas ucapan Irina yang membeberkan fakta. "Jika aku jabarkan semua kebohongan kamu yang aku ketahui, sudah tak terhitung sakitnya aku karena berjuang untuk kamu!! Salahku gak menuntut banyak agar kamu memikirkan tentang aku!" aku menarik napas sesak saat sadar air mata mengalir membasahi kedua pipiku."Dan semua orang menjatuhkan aku, menilai diriku hanya dari pakaian yang aku gunakan. Mengasumsikan kita berdua tidak cocok memiliki hubungan ini, jadi... tolong lepaskan aku dari penderitaan ini Kanneth."
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Maria dikhianati dan berubah menjadi seorang pembunuh di depan mata semua orang. Diliputi oleh kebencian, dia menceraikan suaminya, James, dan meninggalkan kota. Namun, enam tahun kemudian, dia kembali dengan saingan ulung mantan suaminya. Bangkit seperti terlahir kembali dari kematian, dia bersumpah untuk membuat semua orang membayar apa yang telah mereka lakukan padanya. Dia hanya menerima bekerja dengan James untuk membalas dendam, tetapi sedikit yang dia tahu bahwa dia telah menjadi mangsanya. Dalam permainan antara cinta dan keinginan, tak satu pun dari mereka yang tahu mana yang akan menang pada akhirnya.
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Tiga tahun lalu, keluarganya menentang pilihan William untuk menikahi wanita yang dicintainya dan memilih Fransiska sebagai pengantinnya. William tidak mencintainya. Malah, dia membencinya. Tidak lama setelah mereka menikah, Fransiska menerima tawaran dari universitas impiannya dan mengambil kesempatan itu. Tiga tahun kemudian, wanita tercinta William sakit parah. Untuk memenuhi keinginan terakhirnya, dia menelepon Fransiska untuk kembali dan memberinya perjanjian perceraian. Scarlett sangat terluka oleh keputusan mendadak William, tetapi dia memilih untuk membiarkannya pergi dan setuju untuk menandatangani surat cerai. Namun, William tampaknya menunda proses dengan sengaja, yang membuat Fransiska bingung dan frustasi. Sekarang, Fransiska terjebak di antara konsekuensi dari keragu-raguan William. Apakah dia bisa melepaskan diri darinya? Akankah William akhirnya sadar dan menghadapi perasaannya yang sebenarnya?
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?