meja bundar kaca dihadapanku. Aku duduk dihadapan pria yang berhasil membungkam pak Yaz
n ini di pesan oleh beberapa orang kantor dengan gajih UMR. Aku jadi bertanya-tanya,
ku menelan ludah susah payah, menahan napas sebab tidak mau mengeluarkan suara lenguhan di depan pak Keenan. Pak Keenan m
n ke bapak, kita hanya tinggal menungg
n hitung kembali dan cek setiap harga material. Sangat mencengangkan, sebab sangat jauh
ut namaku dari bibirnya. Jantungku berdesir hanya dengan melihat tatapannya, seakan hanya dengan me
Namun kembali bergerak dalam sampai aku mengeluarkan suara lenguhan k
sisi saya."Pak Keenan bersuara sa
. Aku sedikit bergetar sebab sisa-sisa kenikmatan itu masih menguasai tubuhku. Dengan tangan yang tidak s
ecek, apa sangketan tanah milik
selesai. Walau sempat masuk pengadilan, tentu kemenangan kita dapat. A
aat menatap kearah berkas di tangannya sangat elegan. Padahal lampu tidak b
50% dari harga jual
malah merugikan perusahaan sebab komentar-komentar itu sampai masuk media masa kemba
gan mesum pak Yazid yang sesekali menatap kearahku. Dia memang lelaki brengsek, tidak p
nta ikut makan dimeja bersama pak Keenan. Yang membuat pak Yazid terli
Aku berpindah tempat berdiri didekat pintu keluar memandang kearah abang dan pak Yazid yang tersen
rahat. Ruangan ini sudah kami pesan khu
emeluk pinggangku, abang segera
Ayu melay
h sediakan wanita kelas
id menyelesaikan ucapanny
disini, apaka
itu ia labuhkan tangan kasarnya diatas bokongku dan
t masalah, tur
angan tangan kekarnya. Aku menelan ludah susah payah ingin mengalihkan mata tapi tidak mau menyia-nyiak
ari
ah
lihatnya melepas kancing kemejanya sat
dengan
as semua kancing kemejanya dan menampilkan tubuh terpahat indah bak dewa yunani itu, malahan membuat sisi
apnya final yang membuat aku segera bergerak mendekat keha
nti sariku sampai aku berjengit ketika ia menyentuh dan menarik celana dalamku
nya dengan sebutan akrab, lupa jik
bersihka
ana dalamku dan melemparnya asal. Tau jika aku sangatlah lembab, ma
idak punya daya ketika abang mendorong pu
gantiku ada dirua
angan keluar dengan han
a
AM
an menolak jika abang meminta untuk dipuaskan seperti pak Yazid dan sejenisnya. Aku bukan pelacur yang menjual har
ciumi telingaku dan dapat kurasakan bulu kudukku bersidi meremang sebab napas panas abang disana, apalag
hk
yang sudah ada ketika aku keluar kamar mandi. Namun baru saja aku memakai c
enolakan bahwa aku hanya wanita untuk mene
enerima dan pasrah. Napas panasnya kini berada dihadapanku dengan bibir tebalnya yang panas abang menyu
ba
gnya berjalan menyusuri payudaraku yang sudah tidak tertutup, menekan punca
lamku, dan masuk perlahan sampai aku mencoba mendorong pinggu
nap
a sentuhan abang yang bisa aku pikirkan, perutku tergelitik dengan rasa menyenangka
n angkuh, menawarkan diri untuk dilahap. Ketika jarinya berhasil menembus inti sari
amu berada disini?
ang
bergerak lagi dan mencoba menjauhkan diri tap
kan wanita untuk ti-
ak karuan dengan bibir abang yang menunduk melumat puncak dadaku yang menantang. Aku meremas rambutnya dan meremat sep
. Jangan sebut aku aban
u sudah sampai dan bergetar lemas. Disana sudah sangat lembab dan dapat aku rasakan sesuatu yang mengeras d
menyatukan dirinya padaku ia bekerja dengan tangannya, aku sudah tidak berdaya dan hanya menetralkan napas
ken