/0/9481/coverbig.jpg?v=c43c1c857998a3a479f05fee57c6e418)
"Kamu tau, sedari awal hubungan ini aku sudah belajar untuk kehilangan kamu meski gak mampu." ucapku setelah sekian lama terdiam, Irina berhasil bicara pada suaminya yang berselingkuh dengan perempuan yang dia bilang hanya sekedar 'sahabat'. "Irina, Olivia hanya teman aku..." Kanneth lagi-lagi menyangkal. Aku menyela cepat,"Itu yang kamu anggap teman, dia hamil anak kamu!!" "Tapi kamu tau, aku mencintai kamu, bukan dia!" katanya tak tau malu. "Dan kamu sudah mengingkari janji kamu untuk mencintai aku seorang!!" Kanneth terdiam, dia sudah pasti tak dapat membalas ucapan Irina yang membeberkan fakta. "Jika aku jabarkan semua kebohongan kamu yang aku ketahui, sudah tak terhitung sakitnya aku karena berjuang untuk kamu!! Salahku gak menuntut banyak agar kamu memikirkan tentang aku!" aku menarik napas sesak saat sadar air mata mengalir membasahi kedua pipiku."Dan semua orang menjatuhkan aku, menilai diriku hanya dari pakaian yang aku gunakan. Mengasumsikan kita berdua tidak cocok memiliki hubungan ini, jadi... tolong lepaskan aku dari penderitaan ini Kanneth."
"Kenapa kamu terus memaksa aku untuk membahas perempuan lain saat ada kamu disini?!!" Kanneth bicara dengan nada marah padaku.
Kenapa selalu Oliva, dia hanya sahabatnya, itu yang akan selalu ia katakan padaku bahkan ketika aku mengetahui segalanya.
"Kamu selalu bersikap seperti ini jika aku membahas tentang sahabat kamu? Gimana aku gak curiga ketika kamu langsung begitu agresif sama pertanyaan tentang 'Apa kalian memiliki hubungan spesial yang lebih daripada seorang sahabat?' intuisiku membuat aku bertanya agar tak ada kesalah pahaman. Tapi kamu selalu begini!!! Gimana aku gak curiga!!" jawabku lagi.
Aku tak berani menatap ke arah Kanneth yang menatap dengan nanar sisi wajahku, aku lebih memilih menatap layar tv yang menampilkan sebuah film romansa. Film dengan happy ending, tetapi berbanding dengan diriku. Niat hati ingin memperbaiki hubungan dingin ini, lagi dan lagi kami malah bertengkar dan memperburuk suasana sebelum kemudian Kanneth pasti akan melarikan diri lagi setelah ini.
Aku pastikan itu, suamiku yang takut pada setiap keputusan tanpa ada campur tangan ibunya selalu melarikan diri tanpa menyelesaikan masalah apapun.
"Aku gak suka sama kamu yang begini, pergi ke kamar dan pikirkan, tunggu sampai pikiran kamu benar-benar jernih," ucap Kanneth padaku yang bahkan hanya tersenyum pasrah pada hubungan kami yang jadi terlihat tidak jelas.
"Kita lebih baik berpisah untuk beberapa hari, kamu pasti sudah mendengar rumor kalau aku adalah selingkuhan kamu," ucapku kepadanya.
"Rumor sialan! Kamu paling tau kalau itu gak benar, seharusnya kamu gak mendengarkan hal itu!!" Kanneth menjawab dnegan marah, tak terima.
"Tapi di depan mata semua orang, kamu membenarkan hal itu, tak ada penyangkalan. Bahkan kamu membawa dia ke ranjang kita..." aku reflek mengangkat kepala, menahan air mata yang hampir saja menetes dari pelupuk mata.
Kanneth yang sudah akan mengambil jaket dan kunci mobil di kamar kami berhenti melangkah untuk menghadap kearahku.
"Bahkan kamu tidak pernah memberikan penjelasan pada semua orang, aku memang meminta kita untuk menyembunyikan hubungan ini karena aku nggak percaya diri dengan semua hal yang aku punya dan kamu berikan." aku bangun dari sofa dan berbalik menatap ke arah Kanneth."Namun kamu sekarang membuat aku menyadari tempat sesungguhnya, perempuan gak berharta ini harusnya sadar diri. Yeah... mungkin benar apa yang Olivia, sahabat yang kamu agung-agungkan namanya di depan aku itu. Lebih baik kamu ceraikan aku sekarang juga, pernikahan ini terlalu main-main untuk muda kayak kita, bukan?!!" kataku pada akhirnya.
"Irina!! Apa yang baru saja kamu katakan! Jangan main-main-"
"Aku tidak main-main Kanneth, aku serius saat ini. Kamulah yang tak pernah menganggap perkataanku serius bahkan sampai akhir seperti sekarang, aku mau kita ce-ra-i. Kamu perlu dengar dengan jelas!" aku kemudian menatap tajam Kanneth.
"Jangan asal bicara kamu!!" Kanneth berteriak kearahku dengan kasar, aku cukup terkejut tetapi mencoba biasa saja.
"Aku gak asal bicara, tapi masalah ini gak akan selesai kalau kamu melarikan diri lagi seperti sekarang." Aku melihat kunci mobil dan dompet yang ia pegang."Kemudian pulang tanpa menyelesaikan semuanya padaku!"
Aku sudah muak dengan seluruh tingkah sok pengertian yang aku berikan pada Kanneth, karena bahkan pria itu tak mengerti dengan apa yang sudah aku lakukan hanya untuknya seorang. Aku akan beberkan semua yang selama ini telah aku pendam sendirian, Kanneth perlu tau semua kelakuan tak bertanggung jawabnya.
Sejak aku menerima Kanneth, kemudian menyepakati untuk melakukan pernikahan siri. Memang terdengar tidak mungkin, tapi itu terjadi. Meski mereka berdua menikah, aku tak ingin hubungan itu diketahui banyak orang karena malu akan kenyataan jika kehidupanku dan Kanneth berbanding terbalik begitu jauh. Aku dan Kanneth sudah saling kenal sejak SMA, aku yang berada di SMA karena beasiswa didekati oleh Kanneth yang percaya diri pada saat itu.
Aku hanyalah perempuan miskin yang hidup di desa dengan ibuku seorang, ayahku sudah meninggal sepuluh tahun lalu. Dan semua jenjang pendidikanku itu melalui beasiswa yang aku dapatkan dengan susah payah, bahkan aku menerima ejekan karena berani masuk ke sekolah bergengsi dengan latar belakang tak mampu.
Satu tahun pernikahan, hubungan kami semakin jauh sejak Kanneth dekat dengan sahabatnya itu. Bahkan Olivia lebih dekat dari pada dengan suamiku daripada aku, istri sahnya sendiri. Bahkan setelah menikah, aku rela tidak bekerja di tempat kakak iparnya berada.
Apa Marcus mengetahui jika aku istri dari adiknya? Tidak, pria itu tidak tau. Yang Marcus ketahui jika aku hanyalah kekasih adiknya.
"Ada lagi yang lain!!" Aku berjalan mendekat ke arah Kanneth, mataku menatap nanar pada suamiku itu."Olivia kerap kali menginap di apartemen kamu bersama mama! Apa yang kamu lakukan, aku selalu memikirkan hal itu tetapi kamu menyangkalnya. Bahkan!! Kamu tau apa lagi yang buat aku marah dan begitu sakit!!" Aku menyebutkan ibu mertuaku.
Aku memukul-mukul dadaku yang sesak, air mata sudah mengalir membasahi kedua pipi ini. Benar, Kanneth memiliki apartemen lain selain yang di tempati oleh kami untuk tinggal. Apartemen itu dibeli untuk menyembunyikan pernikahan kami dari ibunya yang juga tidak tau kalau mereka berdua sudah menikah.
Kehidupan yang rumit, tapi Irina yang meminta.
"Kamu biarkan perempuan itu!! Sahabat yang sering kamu sebut, menggunakan baju aku yang ada disini dan membawanya agar sa-ha-bat kamu itu bisa gunakan!! Dan bangsatnya kamu bicara kalau semua baju ini di belikan memang khusus untuk OLVIA GUNAKAN DI DEPAN IBUMU!!" aku menekankan kata sahabat terus menerus dalam kalimatku.
"Irina, dengarkan aku-" tidak akan, aku tak ingin mendengarnya.
"Diam, aku belum selesai bicara tentang semuanya!!" aku menghapus air mata yang memburamkan pandangan. "Kamu selalu begitu, menyangkal, melarikan diri dan mencari pelampiasan pada apapun yang bisa memberikan pembenaran akan kelakuan kamu yang salah!!"
Kanneth menyangkal segera, tak akan ada maling yang mengaku kesalahannya tanpa ancaman.
"Mana ada!! Kamu hanya terlalu curiga dengan Olivia, Irina. Aku udah sering bilang, dia hanya sahabat aku," ujarnya lagi menyangkal.
"Benar, dia hanya sahabat kamu, sahabat yang lebih sering menemani kamu, sahabat yang bahkan lebih berharga dari aku! Istri kamu sendiri!!" Aku mulai tertawa pilu dengan senyum miris dan tambahan air mata kebodohan yang keluar karena luka mencintai."Kamu gak perlu lagi menyangkal kali ini, kamu sudah bebas Kanneth!! Aku mau kita cerai, talak aku segera dan terserah kamu setelah itu, mau mempublikasi hubungan kamu dengan Olivia atau tidak, aku tak lagi ada urusan dengan kamu. Sudah cukup dengan semuanya, aku tak ingin lagi merasa bodoh."
Kanneth menahan kepergianku, dia memelukku begitu erat. Tak membiarkan aku seperti biasanya, fase ynag terulang terus menerus.
"Gak Irina, aku gak mau kita selesai! Aku gak mempunyai hubungan apapun, tolong... Maafkan aku. Maafin aku Irina... "
"Selama ini, aku udah capek direndahkan, dibenci mereka yang mempercayai rumor itu dan dinilai dari cara berpakaian aku yang seadanya. Sedangkan kamu membiarkan dan aku babak belur karenanya, sedari awal... Hubungan ini memang hanya aku yang memulai. Kamu hanya menerima dan aku memberi, kita gak pernah memberikan porsi adil setiap momennya... "
"Irina gak seperti itu!"
"TAPI KENYATAANNYA BEGITU, KAMU SELINGKUH DAN AKU CUMAN PELAMPIASAN ATAS RASA BOSAN KAMU!!" Aku berteriak dan Kanneth semakin berang.
"Apa seperti itu aku dimata kamu? Serendah itu perasaan aku ke kamu? Serendah itu kamu memaknai rasa kasih sayang aku ke kamu?!!"
Aku membuang muka, karena aku tidak pernah berpikir seperti itu. Tapi untuk mengakhiri semua ini, dia perlu membuat Kanneth marah lagi padaku. Aku ingin pria itu membenci dan pergi menjauh, apa pun yang ada didekatku hanya akan menjadi sesuatu yang buruk.
Hubungan kami tak mendapat izin dari ibu Kanneth, bahkan Melody sudah mendatangiku bersama Olivia. Kanneth tidak pernah tahu apa yang sudah dilakukan ibunya hanya untuk membuat pernikahan kami berakhir.
"Oke, kamu tetap disini. Aku keluar, semoga kamu bisa mendinginkan pikiran kamu tentang hubungan kita. Aku gak mau kita berpisah, apapun yang terjadi!! Dan harus kamu ingat, aku berada di dekat Olivia untuk kamu karena mamah meminta. Aku gak mau mamah menyentuh kamu, sampai aku lulus dan bisa memperluas perusahaan star up yang baru aku mulai. Itu saja, tunggu aku pulang setelah ini." ucapnya.
"Kamu tau? pada akhirnya masalah ini tidak pernah selesai setiap kali kamu pergi meninggalkan aku untuk mendinginkan pikiran..." ujarku lirih kearah Kanneth yang sama sekali tidak berhenti.
Setelah itu Kanneth pergi, aku membiarkan Kanneth yang memiliki wajah menahan amarah masuk ke dalam kamar, pria itu keluar lagi dan pergi dari apartemen meninggalkan aku dengan tangis dan lukaku di dalam kesepian.
Bahkan Kanneth melewatiku begitu saja yang berdiri di depan tv menyala di sana masih menampilkan film yang tadi tengah ditonton oleh kami.
"Jangan pergi, tetap disini. Apapun yang terjadi, aku bakalan balik lagi kesini setelah kasih kamu waktu untuk berpikir dengan baik." ujar Kanneth pada akhirnya bicara lagi sebelum menutup pintu apartemen kami.
Aku luruh ke atas lantai dingin, di ruang tv yang sepi itu aku menangis menahan diri sedari tadi. Kini meraung dengan pilu, rasanya sangat menyakitkan. Aku memegangi dada dengan keras, merenggut bagian baju di bagian dada susah payah. Merasakan nyeri itu tak menghilang, perasaan marah dan kosong itu bersatu padu dan tak dapat di identifikasi.
"Gak ada yang mau ini berakhir, Ken...." Aku memeluk kedua lututku dan menenggelamkan wajahku di antara kaki."Bahkan ketika kamu menuruti mama kamu, dia tetap menyentuh aku untuk membuat hubungan kita berhenti di titik perpisahan."
Olivia membuat Jeremy di usir dari perusahaan setelah dia menolak perjodohan dari ayahnya karena terhasut oleh Karin, sahabatnya. Kemudian perusahaan ayahnya bangkrut akibat dijatuhkan lawan bisnisnya, dia ditipu oleh Karin dan dibunuh. Kemudian Olivia bangun kembali di kamarnya, tepat setelah dia menolak perjodohan. Sebuah jendela sistem muncul dan memberikan dia dua pilihan untuk menyelamatkan hidupnya, menikahi Jeremy atau mati dengan sia-sia. Olivia memilih pilihan pertama, menerima perjodohan dna menikahi Jeremy. Tetapi ayahnya berkata,"Jeremy. Putriku menerima lamaranmu!" Olivia menikah, menerima semua perhatian dan cinta yang Jeremy berikan padanya. Termasuk untuk membalas dendam pada Karin dan lawan bisnis ayahnya, dia hidup kembali dengan bantuan sistem yang terus meminta dia untuk menggoda suaminya yang mesum dan selalu suka physical touch.
Dia seorang duda yang ditinggal istrinya selingkuh. Traumanya sama sepertiku, kami benci ikatan pernikahan yang hanya memberi luka atas nama cinta, jadi ini tidak akan begitu membebaniku. Aku bisa bebas setelah melahirkan. Aku akan mendapat uang setelah melahirkan. Aku dapat melanjutkan hidup dengan baik bersama adikku. Aku dapat memulai semuanya dengan benar. Tidak, aku serius akan hengkang dari hidup suamiku setelah melahirkan. Hidupku bukan seperti kisah romance fiksi, semuanya hanya soal kontrak. Tapi selalu berbeda hal jika takdir yang mempermainkan rencana manusia. Bagaimana pada akhirnya mereka malah mengejarku yang masuk dalam kubangan para pemegang kekuasaan? Aku ingin berteriak. "Aku bukanlah orang yang dicintai olehnya, apalagi kelemahannya!!" Uh, aku salah besar mengatakan itu sepertinya. Karena dia, suamiku malah mengikatku dengan pernikahan sungguhan. Baik! Suami tolong lindungi aku kalau begitu.
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Riani sangat menyayangi pacarnya. Meskipun pacarnya telah tidak bekerja selama beberapa tahun, dia tidak ragu-ragu untuk mendukungnya secara finansial. Dia bahkan memanjakannya, agar dia tidak merasa tertekan. Namun, apa yang pacarnya lakukan untuk membalas cintanya? Dia berselingkuh dengan sahabatnya! Karena patah hati, Riani memutuskan untuk putus dan menikah dengan seorang pria yang belum pernah dia temui. Rizky, suaminya, adalah seorang pria tradisional. Dia berjanji bahwa dia akan bertanggung jawab atas semua tagihan rumah tangga dan Riani tidak perlu khawatir tentang apa pun. Pada awalnya, Riani mengira suaminya hanya membual dan hidupnya akan seperti di neraka. Namun, dia menemukan bahwa Rizky adalah suami yang baik, pengertian, dan bahkan sedikit lengket. Dia membantunya tidak hanya dalam pekerjaan rumah tangga, tetapi juga dalam kariernya. Tidak lama kemudian, mereka mulai saling mendukung satu sama lain sebagai pasangan yang sedang jatuh cinta. Rizky mengatakan dia hanyalah seorang pria biasa, tetapi setiap kali Riani berada dalam masalah, dia selalu tahu bagaimana menyelesaikan masalahnya dengan sempurna. Oleh karena itu, Riani telah beberapa kali bertanya pada Rizky bagaimana dia bisa memiliki begitu banyak pengetahuan tentang berbagai bidang, tetapi Rizky selalu menghindar untuk menjawabnya. Dalam waktu singkat, Riani mencapai puncak kariernya dengan bantuannya. Hidup mereka berjalan dengan lancar hingga suatu hari Riani membaca sebuah majalah bisnis global. Pria di sampulnya sangat mirip dengan suaminya! Apa-apaan ini! Apakah mereka kembar? Atau apakah suaminya menyembunyikan sebuah rahasia besar darinya selama ini?
Sinta butuh tiga tahun penuh untuk menyadari bahwa suaminya, Trisna, tidak punya hati. Dia adalah pria terdingin dan paling acuh tak acuh yang pernah dia temui. Pria itu tidak pernah tersenyum padanya, apalagi memperlakukannya seperti istrinya. Lebih buruk lagi, kembalinya wanita yang menjadi cinta pertamanya tidak membawa apa-apa bagi Sinta selain surat cerai. Hati Sinta hancur. Berharap bahwa masih ada kesempatan bagi mereka untuk memperbaiki pernikahan mereka, dia bertanya, "Pertanyaan cepat, Trisna. Apakah kamu masih akan menceraikanku jika aku memberitahumu bahwa aku hamil?" "Tentu saja!" jawabnya. Menyadari bahwa dia tidak bermaksud jahat padanya, Sinta memutuskan untuk melepaskannya. Dia menandatangani perjanjian perceraian sambil berbaring di tempat tidur sakitnya dengan hati yang hancur. Anehnya, itu bukan akhir bagi pasangan itu. Seolah-olah ada penghalang jatuh dari mata Trisna setelah dia menandatangani perjanjian perceraian. Pria yang dulu begitu tidak berperasaan itu merendahkan diri di samping tempat tidurnya dan memohon, "Sinta, aku membuat kesalahan besar. Tolong jangan ceraikan aku. Aku berjanji untuk berubah." Sinta tersenyum lemah, tidak tahu harus berbuat apa ....
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"