Olivia membuat Jeremy di usir dari perusahaan setelah dia menolak perjodohan dari ayahnya karena terhasut oleh Karin, sahabatnya. Kemudian perusahaan ayahnya bangkrut akibat dijatuhkan lawan bisnisnya, dia ditipu oleh Karin dan dibunuh. Kemudian Olivia bangun kembali di kamarnya, tepat setelah dia menolak perjodohan. Sebuah jendela sistem muncul dan memberikan dia dua pilihan untuk menyelamatkan hidupnya, menikahi Jeremy atau mati dengan sia-sia. Olivia memilih pilihan pertama, menerima perjodohan dna menikahi Jeremy. Tetapi ayahnya berkata,"Jeremy. Putriku menerima lamaranmu!" Olivia menikah, menerima semua perhatian dan cinta yang Jeremy berikan padanya. Termasuk untuk membalas dendam pada Karin dan lawan bisnis ayahnya, dia hidup kembali dengan bantuan sistem yang terus meminta dia untuk menggoda suaminya yang mesum dan selalu suka physical touch.
Di masa lalu karena kesalahan dan kebencian Olivia pada Damar, pria yang ayahnya didik untuk menjadi penerus perusahaan.
Dan Jeremy membuat Alan, ayah Olivia mempercayai setiap ucapannnya.
Seperti melarangnya pergi berpesta dengan kekasihnya, melarang dia untuk mabuk sendirian, melarang dia menginap di rumah temannya ketika ada pria dia antara mereka. Dia benci pada Damar, pria es yang dingin dan batu. Di masa lalu Olivia membuat Damar dikeluarkan dari perusahaan karena di fitnah olehnya dengan sengaja, ayahnya marah besar mengetahui jika Damar melecehkan putrinya.Namun itu adalah awal dari kemalangannya baru saja dimulai, keluarnya Damar dari perusahaan membuat keuangan tidak stabil, investasi jatuh dalam titik yang kritis.
Dan semua itu terjadi karena Damar di usir dari perusahaan ayahnya secara tidak terhormat, tak lama perusahaan ayahnya bangkurt yang Surya mati karena serangan jantung karena terkejut ketika tau jika Damar tak pernah melecehkan putrinya. Rasa bersalah sekaligus kejutan itu, membuat dia terkena serangan jantung dan meninggal.
Sedangkan Olivia hubungannya berakhir dengan her boyfriend dan teman-temannya meninggalkan dia sendirian disaat susah, sebab pertemanan mereka hanya memanfaatkan uang kekayaan Olivia selama ini. Lebih parahnya lagi, adik-adik ayahnya. Bibi dan paman tidak ada yang mamu membantunya dari kesusahan, semua orang berpaling. Dan yang menjatuhkan perusahaan ayahnya adalah ayah sahabat dekatnya, Karina.
Perempuan itu juga menyukai Damar dan saat tau ayahnya akan menikahkan Olivia dengan Damar, dia segera meminta pada ayahnya untuk membuat fitnah. Bahkan menghasut Oliva juga untuk memandang buruk Damar, nyatanya. Pria itu orang yang sangat baik, saat-saat terakhirnya koma di rumah sakit akibat tabrak lari. Damar adalah wajah terakhir yang dia lihat.
Dan sekarang dia bangun di umurnya yang ke 20, tepat setelah ayahnya baru saja memberitahu tentang niatnya untuk menikahkan dia dengan Damar. Oliva menangis dan melarikan diri sambil bercerita pada Karina, sampai membuat dia tak sadar terpeleset di kamar mandi karena terlalu sedih.
"Aku akan membalas Budi padanya, tak akan kubiarkan Damar diusir dari perusahaan. Aku bisa membantunya sekaligus menyelamatkan ayah juga perusahaan."
Tapi dia tak pernah berpikir untuk menerima pernikahan, Olivia hanya ingin membalas Budi andai sistem jendela melayang itu tidak membuatnya ketar ketir karena khawatir.....
Olivia tidak percaya jikalau harus menikah dengan pria dingin dan sekeras es batu ini, pria di depannya baru saja selesai mengijab kabulnya pagi tadi dan malam ini adalah malam pernikahan yang sering di bahas orang dewasa di sisinya.
"Malam pertama pengantin adalah yang terbaik dan cukup menyakitkan, tapi hanya untuk pertama setelahnya hanya akan ada kenikmatan."
Sungguh itu kalimat paling vulgar yang pernah Olivia dengar selama hidupnya, dia berumur 20 tahun dan ayahnya menikahkan dia dengan pria kepercayaannya yang berada di perusahaan. Dia awalnya menolak dan berniat kabur, meski kasih sayangnya pada sang ayah sangat besar.
Olivia tetap tak ingin menikah dengan pria dingin seperti Damar, pria tak bernyawa yang hanya tau aturan dan aturan. Benar-benar pria disiplin yang menyebalkan, dan Olivia sudah lama menjauhi pria ini karena tidak pernah berbicara santai padanya. Selalu kaku dan dingin. Sampai kemudian sebuah sistem muncul di depan matanya dengan kalimat panjang.
[Menyelamatkan Surya Armanto dari kejatuhan sebelum mati karena serangan jantung. Cara menyelamatkan.
1. Menikahi Damar Laksamana Irawan, meruntuhkan es balok dinginnya dan mendapatkan kasih sayang juga kesetiaannya dapat menyelamatkan perusahaan dari tangan orang jahat.
2. Kabur dan membiarkan Surya Armanto mati.]
Sistem kejam sialan, Surya Armanto adalah ayah kandungnya. Orang tua tunggal yang membesarkannya tanpa seorang istri bahkan sampai saat ini, pria tua itu menyayanginya lebih dari dirinya sendiri.
"Haha. Ini pasti hanya halusinasiku saja, mana mungkin aku melihat sebuah jendela sistem didepan mataku." Ujar Olivia sambil menggelengnya kepala dengan ironis.
Sisa-sisa kesedihan masih ada, mengingat bagaimana akhir tragisnya sebelum kematian. Jadi Olivia tidak terlalu mengarahkan perhatiannya pada sistem jendela yang menghitung mundur.
[Jika anda tidak memilih, sistem akan memilih otomatis secara random. Hitungan mundur 10, 9, 8...]
Bip bip.
Suara itu membuyarkan kembali lamunan Olivia yang langsung mendongak kala melihat, hitungan mundur sudah mencapai angka 3 dan dengan segera tangannya terangkat panik, memilih salah satu dari dua pilihan gila yang tidak ada yang menguntungkannya.
"APA-APAAN! TADI AKU MEMILIH YANG MANA?!!"
Jendela sistemnya sudah menghilang. Gumam Olivia dengan pandangan kosong, tadi itu. Dia tak memilih pilihan untuk matikan?
Bip bip.
[Mengatakan pada Surya kalau anda ingin menikah dengan Damar Laksamana Irawan, waktu yang diberikan 5 menit. Hitungan mundur di mulai 4:59...]
"ANJING GILA!! BENERAN DONG!" Olivia berteriak sembari menjengguk kedua sisi rambutnya dengan kesal.
Tapi karena teriakannya terlalu kencang, pembantunya datang dengan nada khawatir.
"Non, kenapa teriak?!! Apa ada masalah?!!!"
"Ah! Gak ada apa-apa kok, bi. Akunya aja yang gila!" Jawa Olivia sekenanya.
Wajahnya bahkan memerah karena sistem ini tidak masuk akal, kemudian dia kembali mendongak untuk melihat jika jendela sistem masih ada di sana.
"Bibi, papa ada dirumah?"
"Ada non, malahan ada mas Damar juga di kantor sama bapak."
"Oke, makasih banyak bi!"
"Siap non, kalau mau bibi bisa sampaikan ke bapak kalau non mau ketemu."
"Iya bi, nanti aku yang turun ke bawah deh." Tapi karena teriakannya terlalu kencang, pembantunya datang dengan nada khawatir.
Tapi Olivia masih ragu sebenarnya, apa ini hanya tipuan dan halusinasinya atau benar. Mungkin dia akan menunggu sambil melihat, jika tidak maka tamatlah riwayatnya.
"Kamu tau, sedari awal hubungan ini aku sudah belajar untuk kehilangan kamu meski gak mampu." ucapku setelah sekian lama terdiam, Irina berhasil bicara pada suaminya yang berselingkuh dengan perempuan yang dia bilang hanya sekedar 'sahabat'. "Irina, Olivia hanya teman aku..." Kanneth lagi-lagi menyangkal. Aku menyela cepat,"Itu yang kamu anggap teman, dia hamil anak kamu!!" "Tapi kamu tau, aku mencintai kamu, bukan dia!" katanya tak tau malu. "Dan kamu sudah mengingkari janji kamu untuk mencintai aku seorang!!" Kanneth terdiam, dia sudah pasti tak dapat membalas ucapan Irina yang membeberkan fakta. "Jika aku jabarkan semua kebohongan kamu yang aku ketahui, sudah tak terhitung sakitnya aku karena berjuang untuk kamu!! Salahku gak menuntut banyak agar kamu memikirkan tentang aku!" aku menarik napas sesak saat sadar air mata mengalir membasahi kedua pipiku."Dan semua orang menjatuhkan aku, menilai diriku hanya dari pakaian yang aku gunakan. Mengasumsikan kita berdua tidak cocok memiliki hubungan ini, jadi... tolong lepaskan aku dari penderitaan ini Kanneth."
Dia seorang duda yang ditinggal istrinya selingkuh. Traumanya sama sepertiku, kami benci ikatan pernikahan yang hanya memberi luka atas nama cinta, jadi ini tidak akan begitu membebaniku. Aku bisa bebas setelah melahirkan. Aku akan mendapat uang setelah melahirkan. Aku dapat melanjutkan hidup dengan baik bersama adikku. Aku dapat memulai semuanya dengan benar. Tidak, aku serius akan hengkang dari hidup suamiku setelah melahirkan. Hidupku bukan seperti kisah romance fiksi, semuanya hanya soal kontrak. Tapi selalu berbeda hal jika takdir yang mempermainkan rencana manusia. Bagaimana pada akhirnya mereka malah mengejarku yang masuk dalam kubangan para pemegang kekuasaan? Aku ingin berteriak. "Aku bukanlah orang yang dicintai olehnya, apalagi kelemahannya!!" Uh, aku salah besar mengatakan itu sepertinya. Karena dia, suamiku malah mengikatku dengan pernikahan sungguhan. Baik! Suami tolong lindungi aku kalau begitu.
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Naya Agustin, "aku mencintaimu, tapi cintamu untuknya. Aku istrimu, tapi kenapa yang memberi segalanya ayah mertuaku?" Kendra Darmawan, "kau Istriku, tapi ayahmu musuhku. Aku mencintamu, tapi sayang dosa ayahmu tak bisa kumaafkan." Rendi Darmawan, "Jangan pedulikan suamimu, agar aman dalam dekapanku."