/0/2765/coverbig.jpg?v=73c87851898f3527cba598cd0d6fce68)
Lunar dihadapkan pada pengkhianatan sang calon suami. Dia kabur dan suatu insiden mengharuskannya menikah dengan seorang pebisnis kaya. Arkan sendiri terpaksa mengurungkan niat untuk melamar kekasihnya. Ketika hubungan berkembang menjadi lebih dari sekadar pernikahan palsu, mereka terperangkap di antara perasaan yang rumit. Akankah mimpi buruk mereka berakhir indah?
Lunar melihat penampilannya sendiri di depan cermin. Gaun yang dia kenakan tampak begitu indah dengan hiasan manik berwarna putih, potongan gaun pendek pada bagian depan, tetapi dibuat panjang pada bagian belakang, bagaikan burung merak yang menguncupkan ekornya. Gaun itu tidak sampai menyapu lantai sehingga dia masih bisa berjalan tanpa harus mengkhawatirkan gaun pernikahan yang kotor.
Hari ini adalah tanggal pernikahannya dengan Nico, pria yang dikenalkan sang kakak padanya. Oleh sebab itu, penampilannya harus dibuat sangat menawan. Dia adalah pemeran utama dari acara pernikahan dan semua mata akan tertuju ke arahnya, begitu pula dengan Nico. Mereka harus sama-sama terlihat menawan di depan semua orang yang akan menjadi saksi pernikahan.
"Akhirnya anak-anakku sudah menikah semua."
Suara seorang wanita yang dikenali membuat tatapan Lunar beralih pada titik pantulan cermin yang lain. Dari sana tampak ibu, ayah, dan juga kakaknya yaitu Sora sedang berjalan sambil tersenyum lebar, jauh berbeda dari Lunar yang sebenarnya tidak pernah menginginkan pernikahan tanpa dasar cinta itu terjadi. Semua dilakukan terpaksa karena tuntutan keluarga.
"Ibu, Lunar belum resmi menjadi istri Nico. Kita masih harus menunggu acaranya dimulai." Sora berkata, menggelengkan kepala.
"Sama saja. Sekarang atau nanti, Lunar akan tetap menikah dengan Nico," ucap sang ibu yang tidak ingin dibantah perkataannya.
"Bagaimana bisa sama? Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi ke depannya."
Hanya sang ayah saja yang tampak khawatir, anak bungsunya sebentar lagi diserahkan pada pria yang akan menjadi suaminya kelak. Walaupun demikian, tidak menghilangkan kenyataan bahwa kedua orangtua Lunar memaksakan pernikahan. Bagi keluarga Lunar, pernikahan adalah jalan keluar terbaik untuk meringankan beban tanggungan hidup.
Sebelum memutuskan untuk menikah, Lunar sudah memberikan penolakan, tetapi segalanya berakhir pada kata makian yang diterima dari keluarganya sendiri. Dia yang tidak punya kekuasaan apa-apa dan dalam keadaan belum memiliki pekerjaan harus mengalah.
Sora pun memiliki pengalaman yang sama dengan Lunar. Entahlah. Mungkin keberuntungan tidak memihak pada keluarga itu. Hanya saja, dibandingkan Lunar yang menikah dengan pria muda seperti Nico, kakaknya lebih tragis lagi lantaran dinikahkan dengan teman sang ayah.
Tidak seperti dugaan bahwa Sora selalu terlihat bahagia, kebutuhan hidup selalu tercukupi dengan baik, pasti ada saja setiap hari yang dibeli untuk menuntaskan hasrat duniawi. Mungkin itu pula yang menjadi alasan kenapa Sora mendukung keputusan kedua orangtua mereka.
Memang pria yang menikah dengan Sora tergolong kaya, tetapi sudah tidak muda. Lunar sendiri tidak tahu kenapa sang kakak bisa bertahan dengan pria yang sudah seperti bapak-bapak itu. Tidak tahu akan bagaimana kehidupan Lunar jika harus berada di posisi sang kakak.
Beruntung Lunar dikenalkan pada Nico, teman Sora. Setidaknya sang kakak masih memikirkan perasaannya yang tidak ingin hidup bersama pria berumur tua. Kini dia hanya bisa bergantung pada harapan kalau suatu saat perasaannya pada Nico akan tumbuh.
"Ngomong-ngomong, ada di mana Nico? Aku tidak melihatnya sejak tadi," ucap Sora dengan raut wajah kebingungan.
Lunar ingat saat dia masih sibuk dirias oleh penatanya, Nico yang sudah lebih dulu selesai mengatakan kalau ingin ke toilet. Tetapi ini sudah sangat lama hanya untuk sekadar pergi ke toilet. Terlebih sebentar lagi acara pernikahan akan dimulai. Ke mana sebenarnya Nico? Dia juga tidak bisa menghubungi karena ponsel Nico ada bersamanya.
"Tadi Nico berkata akan pergi ke toilet, tapi ini sudah terlalu lama." Lunar ikut gelisah.
Apa mungkin terjadi sesuatu yang buruk pada Nico?
"Aku akan pergi untuk mencarinya," ucap Lunar kembali.
"Oh, baiklah. Lebih baik begitu karena sebentar lagi acara akan dimulai."
Di lorong hotel, Lunar celingak-celinguk mencari keberadaan Nico. Sudah lebih lima menit sejak dia tidak lagi berada di ruang rias dan sampai detik itu masih tidak menemukan apa-apa meski sudah bertanya pada orang yang dia lewati. Tidak ada yang melihat keberadaan Nico yang hilang bagai ditelan bumi.
Dia tidak akan ditinggal menikah, bukan?
Hati Lunar akan sangat senang jika begitu, tetapi pikiran itu ada sebelum mereka mempersiapkan pernikahan dengan matang. Sekarang semua orang sudah berkumpul untuk menanti acara pernikahan mereka, tidak mungkin dibatalkan, karena hal itu hanya akan membuat nama mereka menjadi buruk di mata orang-orang.
Suara berisik terdengar di satu kamar yang terbuka celah pintunya. Sangat jelas karena dia tepat berada di depan pintu itu sekarang. Dia berusaha menenangkan diri untuk tidak memikirkan apa yang didengar, terlebih dia ada di hotel dan hal-hal mengenai hubungan di antara pria dan wanita adalah sesuatu yang tidak mengejutkan lagi terjadi di hotel.
"Nico ...."
Lunar yang ingin melangkahkan kaki, ketika mendengar nama itu langsung melebarkan mata. Dia tidak salah dengar kalau suara wanita yang ada di dalam kamar melirihkan nama Nico, bukan?
Pasti itu bukan Nico yang akan menjadi suaminya. Tidak mungkin Nico yang dia kenal akan melakukan hal gila seperti tidur bersama wanita lain di saat acara pernikahan mereka akan segera berlangsung.
Dia harus menuntaskan kegelisahan yang dirasakannya, memastikan kalau pria yang ada di dalam sana bukan Nico.
Perlahan dia membuka celah pintu lebih lebar dan berusaha mengintip ke dalam kamar. Benar saja kalau sepasang kekasih sedang bergulat di atas ranjang. Dia menelan ludah sambil menanti kebenaran yang ingin dicari, masih saja sampai detik ini dia berharap kalau pria itu bukanlah Nico.
Tepat di saat pria itu membalikkan badan sembari berusaha menciumi wanita di dalam sana, dia membelalakkan mata. Harapannya sia-sia karena pria itu adalah Nico yang akan menikahinya. Tanpa sengaja dia langsung memekik dan memundurkan langkah, lalu pergi dari sana secepat mungkin karena sudah tidak sanggup lagi melihat pemandangan yang menyakiti hati.
Dia sudah berusaha untuk menerima kenyataan yang tidak diinginkan, memilih Nico sebagai pendamping hidupnya kelak. Hari itu pula dia menerima sebuah pengkhianatan atas keputusannya sendiri. Kenapa semua bisa jadi seperti ini? Sungguh sangat menyakitkan untuknya.
"Lunar!"
Tangan Lunar ditarik, mau tidak mau dia harus membalikkan badan. Sangat memuakkan harus berhadapan dengan pria yang sudah berkhianat di belakangnya, apalagi Nico tidak memperlihatkan ekspresi menyesal sedikit pun. Bagaimana dia bisa terkecoh oleh kebaikan Nico selama ini padanya?
"Aku membencimu, Nico! Lepaskan aku!" Lunar berusaha melepaskan cengkeraman Nico pada pergelangan tangannya.
"Berhenti membuat kekacauan."
Lunar ditarik untuk memasuki kamar yang menjadi sumber kesakitan. Setelah berhasil masuk, pintu itu pun ditutup rapat. Sekarang mereka bertiga saling berhadapan.
Begitu miris bagi Lunar yang harus memandangi Nico hanya mengenakan bokser dan kemeja tanpa dikancingkan, ditambah saat memandangi wanita yang masih duduk di atas ranjang dan hanya berusaha menutupi tubuh dengan selimut.
Bukan dia yang membuat kekacauan, melainkan Nico.
Lunar menelusuri pakaian yang tergeletak di lantai dan seketika marahnya semakin membesar. "Kau meniduri pegawai hotel?"
"Ini hanya sebuah kesalahan," ucap Nico dengan entengnya.
"Kesalahan?" Lunar tergelak tidak percaya akan alasan yang dia dengar.
"Kalau semua ini adalah kesalahan, berarti aku harus melaporkan kejadian ini pada pihak hotel agar pegawai yang merayumu segera dipecat." Lunar menunjuk wanita di hadapannya tanpa melirik pada orang yang ditunjuk.
"Aku tidak akan membiarkanmu untuk melakukannya." Nico berucap seraya mengancingi kemeja satu persatu.
"Sebentar lagi acara pernikahan kita akan segera dimulai. Kita harus pergi secepatnya agar tamu undangan tidak menunggu lama," sambung Nico.
Sekali lagi Lunar tergelak akan sikap pria yang dengan entengnya membahas soal pernikahan setelah berkhianat di depan mata.
"Kau pikir setelah aku melihat perselingkuhanmu, aku akan tetap menikah denganmu? Jangan bermimpi, Nico! Aku tidak akan sudi menikah dengan pria sepertimu!"
Lunar langsung berlalu pergi begitu saja dari kamar hotel, tidak memedulikan kalimat Nico yang mencoba untuk menghentikannya.
Sekarang bukan tamu undangan yang harus dipikirkannya, melainkan bagaimana agar pernikahan tidak terjadi. Lunar bergegas menghampiri kamar rias untuk menemui keluarganya dan menceritakan pengkhianatan yang dilakukan oleh Nico. Jelas saja hal itu membuat orangtua Lunar menjadi sangat marah.
"Tidak akan ada pernikahan untuk hari ini," ucap sang ayah sambil mengepalkan tangan.
"Semuanya tidak benar, Ayah."
Di tengah suasana itu, Nico muncul dengan pakaian rapi, setelan formal pria yang akan menikah.
"Lunar hanya ingin membuatku terlihat buruk agar acara pernikahan batal." Nico menjelaskan.
Lunar membelalakkan mata. Apa yang dikatakan Nico barusan jelas fakta sebaliknya. "A-aku benar-benar melihatnya dengan mata kepalaku sendiri kalau Nico meniduri wanita lain. Aku sama sekali tidak berbohong!"
"Sebelumnya Lunar menolak untuk menikah dengan Nico. Mungkin saja ini juga siasatnya untuk membatalkan pernikahan." Sora ikut bersuara.
Lunar yang mengerti ke mana arah pembicaraan Sora langsung menyanggah, "Apa maksudmu? Bukankah keberadaanku di sini sudah bisa membuktikan kalau aku menerima pernikahan?"
Sora mengangkat kedua bahu. "Siapa yang tahu."
Kedua kaki Lunar seakan lemas mengetahui kalau Sora tidak berpihak padanya, lebih memilih Nico yang mana sudah melakukan pengkhianatan. Mereka adalah saudara kandung dan seharusnya saling mendukung satu sama lain. Sora sangat berbeda hari ini dan membuat dia tidak habis pikir kalau kakaknya tidak mempercayainya seperti dia yang mempercayai.
"Pernikahan sudah ada di depan mata. Jangan sampai nama baik tercemar karena alasan yang kau berikan untuk menggagalkan pernikahan. Cepatlah bersiap-siap untuk menyambut hari bahagiamu," ucap sang ibu.
Mereka semua pergi meninggalkan Lunar, kecuali Nico. Pria itu tampak senang karena telah berhasil mengelabui satu keluarga, senyuman kemenangan dipamerkannya sebelum Nico benar-benar pergi dari pandangan.
Kini bagaimana Lunar harus menghadapi pernikahan yang semakin tidak ingin dijalaninya? Kalau dia menikah, entah pengkhianatan apa lagi yang akan diterima. Dia tidak bisa terus-menerus hidup dalam kesakitan jika hidup bersama pria berselingkuh seperti Nico.
Lunar memperhatikan sekeliling, hanya tersisa dirinya dan penata rias di sana. Semua orang tampaknya sudah berada di tempat acara.
"Hei," panggil Lunar setengah berbisik, membuat mereka langsung bertemu tatap. "Bisakah kau membantuku?"
Penata rias terlihat kebingungan ketika dipanggil. Dia melihat-lihat ke sekitarnya dan menemukan jawaban kalau hanya ada mereka berdua saja di sana.
"Saya, Nyonya?" Penata rias bertanya lagi untuk memastikan sembari menunjuk diri sendiri.
Hanya karena kesalahpahaman kecil, Sara dikucilkan oleh keluarga suaminya hingga berujung pada perceraian. Dia bertekad untuk membalaskan dendam dengan mengelola perusahaan kakeknya dan membongkar perilaku buruk keluarga Atkinson di depan publik. Dapatkah dia mewujudkan keinginannya itu? Atau sebagai mantan suami, Rion akan memberikan umpan balik atas tindakan Sara?
Setelah sekian lama, Alana si pencuri menemukan tempat berlindung dari sisi buruk kota Tanzanite. Bersama Luke adalah waktu di mana kehidupannya menjadi lebih berwarna. Sampai ketika pria yang cerdas dan tampan itu meminta agar dirinya melupakan bahwa mereka pernah bertemu, haruskah Alana melepaskan perasaannya dan melanjutkan kehidupan sebagai sosok yang baru?
Mateo, seorang pria yang dihantui oleh masa lalunya, dipaksa hidup menyendiri setelah terjerat kasus pembunuhan sejak lama. Anonimitasnya yang dibangun dengan hati-hati hancur ketika dia bertemu dengan Hillary, seorang wanita kaya dan sombong yang tanpa disadari menjadi umpan bagi jurnalis investigasi Serina, saat wanita itu menyelidiki kisah Mateo yang terlupakan. Bersama-sama, mereka membentuk aliansi yang tidak terduga, didorong oleh keinginan untuk mengungkap kebenaran di balik kejahatan keji itu. Saat mereka mengarungi jaring berbahaya, Mateo, Hillary, dan Serina harus menghadapi musuh mereka sendiri dan mendorong batas keyakinan untuk mewujudkan keadilan. Akankah aliansi mereka menang, atau akankah bayang-bayang dari masa lalu menghabiskan mereka semua?
Demi masa depan kariernya, Erin harus menyembunyikan fakta bahwa dia adalah istri dari pemilik perusahaan itu sendiri. Dapatkah rahasia mereka bertahan sampai akhir cerita? Atau justru yang terjadi sebaliknya?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.