/0/10338/coverbig.jpg?v=3a6d777b7f3134ab6ee6dad7798db921)
Hanya karena kesalahpahaman kecil, Sara dikucilkan oleh keluarga suaminya hingga berujung pada perceraian. Dia bertekad untuk membalaskan dendam dengan mengelola perusahaan kakeknya dan membongkar perilaku buruk keluarga Atkinson di depan publik. Dapatkah dia mewujudkan keinginannya itu? Atau sebagai mantan suami, Rion akan memberikan umpan balik atas tindakan Sara?
Suasana di rumah mewah itu kelihatan suram, alasannya karena duka menyelimuti keluarga besar Atkinson. Tangisan orang-orang yang kehilangan sudah terkuras habis, tinggal merenungi nasib ke depan tanpa sang kakek yang selalu menjadi panutan.
Sara dan ibu mertuanya mengantarkan tamu duka sampai ke depan pintu sebagai bentuk rasa hormat dan terima kasih pada mereka yang telah hadir. Kesunyian pun menjadi semakin dekat, melebarkan sayap untuk segera dipeluk oleh kesedihan.
Sara memperhatikan sekeliling, tidak menemukan sosok suaminya yang menemani tamu duka terakhir. Jika kedatangan rekan bisnis ke mari bertujuan untuk menghibur hati yang sedang bersedih, justru Rion selama itu hanya mendengar tanpa berkata-kata.
Sara tahu bagaimana kedekatan antara Rion dan kakek, wajar jika sulit mengharapkan pria itu melupakan kesedihan dengan cepat. Walaupun begitu, dia akan terus berada di sisi Rion sebagai seorang istri pilihan kakek.
Mencari-cari keberadaan sang suami, Sara menemukannya tengah duduk di bangku taman seorang diri. Saat langkah sudah bertemu pada tujuan, dia melihat jelas raut wajah lesu Rion kembali.
Sara duduk pula di sana. Dia menyodorkan minuman yang sebelumnya diambil dari dapur dan berkata, "Kau tidak makan apa-apa sejak tadi pagi. Setidaknya, biarkan air putih ini membasahi tenggorokanmu sebentar."
Rion menolak, sedangkan Sara yang keras kepala membuat sang suami mau tidak mau meneguk minuman tersebut sampai habis. Sara meraih gelas yang sudah kosong dan meletakkannya di samping dia duduk. Hanya saja, raut wajah murung Rion tidak lenyap begitu mudah hanya dengan satu gelas minuman, lantas Sara memberikan pelukan.
"S-sara ...." Rion terkejut akan pelukan yang tiba-tiba.
Rasa terkejut itu berkurang ketika Rion merasakan sentuhan lembut di punggungnya. Sara mengusap-usap seolah ingin menenangkan. Apa istrinya sedang berusaha untuk mengurangi kesedihannya?
"Kakek pernah berkata padaku kalau dia sangat menyayangimu."
Rion membalas pelukan sang istri. Baginya yang diasuh oleh sang kakek setelah kepergian orangtua, tidak ada kebahagiaan lain kecuali menyenangkan beliau. Sekarang dia tidak bisa membahagiakan, bahkan melihat senyuman pria tua itu hanya bisa melalui foto saja.
"Apa kakek benar berkata begitu?"
Sara menganggukkan kepala. "Kau tahu kalau kakek tidak mungkin berbohong soal cucu kesayangannya."
Mendengar pernyataan kecil dari Sara setidaknya membuat hati lega. Kemurungan yang pekat di wajah Rion pun berangsur memudar. Apa itu juga efek dari sebuah pelukan? Yang jelas di saat bersedih seperti sekarang, Rion memang membutuhkan seseorang seperti Sara di sisinya.
Satu minggu setelah masa berkabung, Rion masih merasakan kesedihan, akan tetapi lebih baik dari sebelumnya. Dia bisa bertahan lantaran disibukkan oleh urusan pekerjaan yang membuat dia tidak bisa berlarut-larut meratapi kepergian sang kakek.
Di sisi lain, Sara juga berusaha untuk menjadi sosok lebih baik lagi sebagai seorang istri. Dia tidak ingin memberatkan pikiran Rion dengan hal yang bisa dilakukannya sendiri. Sudah cukup pria itu berduka atas kepergian kakek.
"Apa kebutuhan rumah tangga yang perlu dibeli sebanyak ini?" tanya Sara.
Ketua pelayan yang mendengarnya menjawab, "Nyonya besar dan nona Charla berkata bahwa mereka membutuhkan semua itu."
Sebelumnya Sara tinggal bersama Rion dan juga sang kakek, akan tetapi semenjak kabar duka entah bagaimana orang-orang yang tidak tinggal bersama mereka jadi menempati kamar di rumah ini. Bukan berarti dia tidak senang dengan keberadaan keluarga sendiri, hanya terkejut dengan pengeluaran rumah tangga mereka. Tidak masalah jika itu satu kali atau dua kali, tetapi akan berbeda kasusnya jika terjadi terus-menerus.
Sekarang adalah waktu yang tidak mudah bagi Rion yang harus menangani perusahaan sendirian. Tidak tahu kejadian apa yang telah menunggu di depan nanti, mereka seharusnya lebih berhati-hati mengambil keputusan.
"Aku akan membicarakan hal ini pada ibu dan juga Charla."
"Baik, Nyonya."
Teriakan yang memanggil namanya membuat Sara mengerutkan dahi. Dia beranjak dari dapur dan pada saat itu melihat sosok Charla muncul dengan raut wajah yang buruk. Hal apa yang membuat adik iparnya terlihat sangat kesal?
"Kau tidak memiliki telinga, ya, Sara?! Aku memanggilmu sejak tadi!"
"Oh, Charla! Ada apa?"
"Berhenti memanggil namaku dengan ekspresi seolah kita sangat dekat."
Sara berpikir kalau adik iparnya hanya emosional, jadi tidak sengaja bersikap buruk padanya. Dia menyingkirkan keinginan hati untuk menasihati dan berkata, "Maaf."
Charla melipatkan tangan di dada, melempar pandangan sinis. "Kau sudah melakukan permintaanku?"
"Aku sudah meminta pelayan untuk melakukannya. Apa sudah dilakukan, Bi?" tanya Sara pada ketua pelayan yang berdiri di sampingnya.
"Sudah, Nyonya."
"Apa?! Kau meminta pelayan mengisi bak mandi dengan tangan mereka yang menjijikkan itu?"
Sara tersentak, begitu pula dengan para pelayan yang sedang bekerja dan tidak sengaja mendengar perdebatan. Mereka sudah pasti tersinggung dengan perkataan anak berusia 22 tahun ini. Sejak kapan Charla memiliki sifat tidak sopan? Jauh berbeda dari yang Sara tahu.
"Aku harus mengerjakan hal lain. Jadi, tidak sempat mengisi air bak mandimu. Itu juga bukan tugasku. Kau bisa meminta tolong pada pelayan."
"Hah? Kau ingin membantah, ya?!"
"Kenapa pagi hari sudah begitu ribut?"
Seorang wanita paruh baya muncul di tengah perdebatan. Dia adalah orang yang harus Sara hormati yaitu ibu mertuanya. Setelah kepergian kakek, dia menjadi orang paling tua di rumah ini dan suaranya mutlak didengar, meskipun Sara selalu memiliki firasat buruk soal beliau. Dia berusaha untuk menolak anggapan tidak berdasar itu.
"Lihatlah, menantu ibu yang suka mencari muka di depan kakek dan kakak ini. Aku hanya meminta bantuan mengisikan air bak mandi, tetapi dia justru melemparkan tugasnya pada pelayan."
"Itu karena saya harus memeriksa kebutuhan bulanan. Dan lagi, saya pikir mengisikan air bak mandi bukanlah tugas seorang menantu di rumah ini."
Belinda tersenyum miring, menatap jijik pada sang menantu. "Ternyata beginilah sikapmu yang sebenarnya. Aku tidak tahu kalau kau ingin berkuasa di rumah ini hanya karena label seorang istri."
"S-saya tidak bermaksud begitu. Ibu memikirkannya terlalu berlebihan."
Belinda mencengkeram bahu Sara dengan kuat, membuat sang menantu kesakitan oleh kuku panjang terpoles cat berwarna merah. "Jangan bertingkah, Sara. Di hadapan kami, kau hanyalah rumput liar yang tumbuh di halaman."
Sara menatap kedua mata ibu mertua yang tajam. Dia gemetar oleh gejolak perasaan asing yang tidak pernah dirasakannya selama ini. Apa itu marah atau takut?
Belinda menarik tangannya untuk kemudian dilipatkan di dada. "Kami sudah lama tidak ke mari, setidaknya perlakukan kami lebih baik dari ini."
"Saya akan mengisi bak mandinya dengan yang baru."
"Tidak perlu," ucap Charla dengan tegas. "Jika tidak mau membantu seharusnya katakan sejak awal agar waktuku tidak terbuang. Sangat tidak bisa diandalkan."
Charla berdecak, lalu pergi meninggalkan mereka. Sara tidak tahu harus berkata apa lagi karena dia merasa apa yang terjadi bukanlah kesalahannya. Di sisi lain, dia juga tidak ingin mengecewakan Rion jika tahu kalau dirinya kesulitan lantaran masalah sepele.
"Jangan besar kepala hanya karena kau istrinya Rion. Kami semua tidak pernah menerimamu masuk ke keluarga Atkinson, asal kau tahu saja. Maka dari itu, bersikaplah tahu diri pada orang yang menolong hidupmu."
Sepeninggal Belinda, Sara terdiam begitu lama. Dia cukup terkejut mendengar pengakuan tersebut. Apa maksudnya kalau dia tidak pernah diterima masuk ke keluarga Atkinson?
Sara menepis pemikiran buruk tentang mereka. Dia berpikir mungkin kemarahan membuat apa yang seharusnya tidak diucapkan jadi terucap. Mustahil dia dianggap begitu, karena selama ini semua baik-baik saja.
"Bagaimana dengan kebutuhan rumah tangganya, Nyonya?"
Sara melihat buku catatan khusus yang ada di tangannya. Bagaimana dia akan menanyakan soal itu pada mereka saat kondisi buruk begini?
"Bersiaplah dan temani aku untuk membelinya."
Rion pulang kerja pada malam hari. Dia datang langsung disambut oleh sang istri yang sudah lama menanti. Sara sendiri berpikir kalau kehidupannya sekarang sangat sempurna, menjalani pernikahan dengan orang seperti Rion. Suaminya tipikal pemimpin perusahaan seperti yang ada di dalam novel-novel, tampan, dan kaya. Dia tidak berbohong jika pria idamannya juga serupa.
"Aku sudah mengisi bak mandi untukmu," ucap Sara.
"Terima kasih."
Rion membasuh diri, sedangkan Sara duduk di tepi ranjang. Dia bahkan sudah menyiapkan pakaian ganti. Tidak lama kemudian, Rion ke luar dengan jubah mandi dan mengenakan pakaian yang sudah tersedia.
Rion tidak makan malam hari ini. Dia sudah melakukannya ketika bertemu dengan klien, mereka makan bersama. Jadi, hanya Sara yang akan turun, menghabiskan makan malam bersama anggota keluarga lainnya.
"Aku akan beristirahat lebih dulu."
Sara menganggukkan kepala. Dia tahu kalau beberapa hari terakhir adalah waktu yang sibuk bagi suaminya bekerja, jadi tidak ingin memaksa untuk menemaninya di ruang makan.
"Kau ingin aku pijat?"
Rion yang baru menarik selimut itu langsung berhenti. Dia agak bingung, karena baru kali ini selama mereka menikah ditawari perihal memijat.
"Sejujurnya, aku cukup lelah, tapi aku juga tahu kalau kau pasti juga lelah melalui aktivitasmu hari ini."
"Tidak masalah. Aku masih bisa memijatmu sebentar, dengan begitu kau bisa tidur dengan nyenyak."
Rion menggaruk kepala. Dia tidak begitu butuh sebenarnya namun jika dipikir-pikir, mereka tidak memiliki banyak waktu berdua satu minggu ini. Mungkin, jika mereka duduk sekitar sepuluh menit saja, bukan sebuah masalah besar, bukan?
"Baiklah. Aku meminta bantuanmu."
Sara tersenyum, lalu dia naik ke ranjang dan duduk di belakang sang suami. Dia menatap punggung lebar di depannya dengan terkagum-kagum. Itu seperti aset negara.
Bagaimana dada bidangnya Rion? Bukan berarti dia tidak pernah melihatnya, akan tetapi memikirkan seperti ini cukup membuat jantung berdebar lima kali lipat.
Rion menoleh ke belakang sebentar, dengan kebingungan berkata, "Oh, apa aku harus membuka pakaianku agar kau bisa memijatku dengan mudah?"
Sara menaikkan kedua alis, reaksinya agak terlambat. "Apa?"
Setelah sekian lama, Alana si pencuri menemukan tempat berlindung dari sisi buruk kota Tanzanite. Bersama Luke adalah waktu di mana kehidupannya menjadi lebih berwarna. Sampai ketika pria yang cerdas dan tampan itu meminta agar dirinya melupakan bahwa mereka pernah bertemu, haruskah Alana melepaskan perasaannya dan melanjutkan kehidupan sebagai sosok yang baru?
Mateo, seorang pria yang dihantui oleh masa lalunya, dipaksa hidup menyendiri setelah terjerat kasus pembunuhan sejak lama. Anonimitasnya yang dibangun dengan hati-hati hancur ketika dia bertemu dengan Hillary, seorang wanita kaya dan sombong yang tanpa disadari menjadi umpan bagi jurnalis investigasi Serina, saat wanita itu menyelidiki kisah Mateo yang terlupakan. Bersama-sama, mereka membentuk aliansi yang tidak terduga, didorong oleh keinginan untuk mengungkap kebenaran di balik kejahatan keji itu. Saat mereka mengarungi jaring berbahaya, Mateo, Hillary, dan Serina harus menghadapi musuh mereka sendiri dan mendorong batas keyakinan untuk mewujudkan keadilan. Akankah aliansi mereka menang, atau akankah bayang-bayang dari masa lalu menghabiskan mereka semua?
Demi masa depan kariernya, Erin harus menyembunyikan fakta bahwa dia adalah istri dari pemilik perusahaan itu sendiri. Dapatkah rahasia mereka bertahan sampai akhir cerita? Atau justru yang terjadi sebaliknya?
Lunar dihadapkan pada pengkhianatan sang calon suami. Dia kabur dan suatu insiden mengharuskannya menikah dengan seorang pebisnis kaya. Arkan sendiri terpaksa mengurungkan niat untuk melamar kekasihnya. Ketika hubungan berkembang menjadi lebih dari sekadar pernikahan palsu, mereka terperangkap di antara perasaan yang rumit. Akankah mimpi buruk mereka berakhir indah?
Untuk memenuhi keinginan terakhir kakeknya, Sabrina mengadakan pernikahan tergesa-gesa dengan pria yang belum pernah dia temui sebelumnya. Namun, bahkan setelah menjadi suami dan istri di atas kertas, mereka masing-masing menjalani kehidupan yang terpisah, dan tidak pernah bertemu. Setahun kemudian, Sabrina kembali ke Kota Sema, berharap akhirnya bertemu dengan suaminya yang misterius. Yang mengejutkannya, pria itu mengiriminya pesan teks, tiba-tiba meminta cerai tanpa pernah bertemu dengannya secara langsung. Sambil menggertakkan giginya, Sabrina menjawab, "Baiklah. Ayo bercerai!" Setelah itu, Sabrina membuat langkah berani dan bergabung dengan Grup Seja, di mana dia menjadi staf humas yang bekerja langsung untuk CEO perusahaan, Mario. CEO tampan dan penuh teka-teki itu sudah terikat dalam pernikahan, dan dikenal tak tergoyahkan setia pada istrinya. Tanpa sepengetahuan Sabrina, suaminya yang misterius sebenarnya adalah bosnya, dalam identitas alternatifnya! Bertekad untuk fokus pada karirnya, Sabrina sengaja menjaga jarak dari sang CEO, meskipun dia tidak bisa tidak memperhatikan upayanya yang disengaja untuk dekat dengannya. Seiring berjalannya waktu, suaminya yang sulit dipahami berubah pikiran. Pria itu tiba-tiba menolak untuk melanjutkan perceraian. Kapan identitas alternatifnya akan terungkap? Di tengah perpaduan antara penipuan dan cinta yang mendalam, takdir apa yang menanti mereka?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
21+ Bijaklah dalam membaca! Mengandung bayak Konten Dewasa. Nama ku Laras, Aku seorang Anak Yatim Piatu dan sudah putus sekolah, tinggal sendiri di rumah reyot peninggalan alm Ibu dan Ayah ku. Aku tinggal di sebuah dusun terpencil, yang berada si sekitar perkebunan Sawit. Terpaksa Aku harus menjadi Buruh harian di Kebun Sawit Milik Juragan Johan, demi kelangsungan hidup ku. Singkat perkenalan, Juragan Johan ini lah Ayah ku dan Ayah dari Anak ku, dan juga jadi mertua ku Ikuti kisahnya biar ga bingung. Bagaimana semua itu bisa terjadi
Sepasang Suami-Istri yang hidup bahagia, dan sudah mempunyai seorang Putri kecil, Kehidupannya mereka Cukup mapan, dimana Angga sang suami bekerja di bidang Export-Import. Kehidupan percintaan mereka juga cukup baik, "Ratih" yang mempunya body bak Gitar Spanyol, tubuh yg tinggi, dan wajah yang cantik, demikian juga "Angga" si Suami, Badan yang Atletis, wajah yang tampan dan bersih. Suatu malam, Maling memasuki rumah mereka, selain menguras harta, tapi juga menguran keringat "Ratih & Angga" bagaimana kelanjutan-nya & Perubahan apa yang akan dirasakan Suami-Istri tersebut? silahkan di simak!
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa 21+ Carmen Adelia Giovanni (26) harus menelan pil pahit setelah memergoki kekasihnya selingkuh dengan sahabatnya sendiri. Kemudian ia memutuskan untuk pindah ke kota lain untuk menenangkan diri dan mencari pekerjaan lain. Ia melamar pekerjaan di perusahaan Johnson Corporation dan diterima menjadi sekretaris di sana. Alexander Felix Johnson (31) CEO arogan yang kembali ke kota kelahirannya ketika menemukan gadis yang menarik perhatiannya berada di kantor milik keluarganya. Akankah Alexander Felix Johnson berhasil memiliki Adelia Giovanni untuk menjadi kekasih sekaligus istrinya? Dan bagaimana reaksi Adelia ketika mengetahui bahwa Alexander adalah laki-laki yang membawanya malam itu?