/0/21773/coverbig.jpg?v=20250103223143)
Setelah di-blacklist oleh banyak perusahaan besar, pergelaran busana Karisha Quinn nyaris saja gagal. Namun, sebagai wanita ambisius, ia akan melakukan segalanya, termasuk mengorbankan tubuhnya kepada seorang komisaris penguasa bisnis dan melakukan kesepakatan bersama. "Bagaimana kalau kita melakukan kesepakatan?" "Apa?" "Aku akan memberikan semua yang kamu mau asalkan kau tidak tidur dengan pria lain! Bagaimana? Deal?"
Karisha Quinn melangkahkan kaki penuh percaya diri, melewati banyak karyawan yang membungkuk patuh memberi hormat padanya. Begitu anggun-seakan seisi dunia tercipta hanya untuk berada di bawah kaki seorang nona besar dari keluarga Quinn.
Anggun, modis, dan menarik.
Tiga kata tersebut sudah cukup mewakili penampilan si bungsu Quinn tersebut. Siapapun yang melihat gadis itu akan tahu bentuk kepercayaan diri yang dipancarkan bukanlah wujud keangkuhan, melainkan simbol dari wanita cerdas yang begitu menarik perhatian tiap mata yang meliriknya.
"Bagaimana perkembangannya?" Risha duduk memeriksa setumpukan kertas-kertas sketsa begitu memasuki ruang kantor serta menempatkan diri dengan nyaman di kursi kerjanya yang empuk.
"Sejauh ini-" gadis yang sendari tadi mengekor di belakang Risha, gadis berambut pendek yang tak kalah menariknya dari si mungil Quinn.
Suzy, seorang gadis yang memikat, keturunan china-amerika, layaknya seorang dewi, "-perkembangannya cukup buruk," lanjutnya jujur.
Risha mengerucutkan bibir, mengeskpresikan rasa kesal yang selalu berbeda dari kebanyakan orang.
"Well, Risha. Banyak perusahaan yang memblokademu. Mereka tidak ingin kau tampil. Tapi-abaikan itu, kita harus segera mendapatkan gedung pertunjukkan kalau tidak ingin pertunjukannya batal," tutur Suzy tegas namun tanpa kesan menggurui. Satu fakta, Risha tidak pernah suka digurui. Suzy sudah terlalu dekat hingga mengenal gadis yang telah menjadi partnernya ini.
Tangan Risha berhenti memeriksa sketsa, terlalu banyak masalah yang bergelimpangan di depan mata semenjak ia memutuskan menggelar peragaan busana untuk pertama serta untuk yang terakhir. Yah, terakhir kali sebelum-
Risha menggeleng pelan, keadaan yang kacau membuat isi kepalanya mengeluarkan hal-hal yang memicu agresi. Begitu melihat setumpukan majalah fashion yang tergeletak begitu saja lekas disambar olehnya sebagai pengalih pikiran.
"Oke. Intinya kita harus mencari perusahaan besar yang tidak mudah digulingkan untuk jadi sponsor," Risha bergumam, membalik-balik halaman majalah tanpa ada perhatian lebih pada isinya. "Apakah ada saran?"
Suzy menyilangkan tangan di depan dada. "Laki-laki itu bisa membantumu."
"Siapa?" Risha menaikkan sebelah alisnya, memandang bingung pada si blasteran mandarin.
Suzy menggerakkan dagu singkat, memberi isyarat pada majalah yang Risha pegang. Gadis itu lekas menutup majalah, memberi perhatian pada cover yang menampilkan secara penuh gambar seorang laki-laki bersetelan jas abu-abu serta kemeja putih yang serasi tanpa adanya dasi namun tetap memikat meski senyum dingin yang diperlihatkan. Risha membaca sebaris nama yang tertera sebagai pelengkap judul.
Nathan Xander?
"Tampan, jenius, sadis, dan yang paling penting-dia berkuasa di dunia bisnis," papar Suzy mewakili isi majalah untuk mempersingkat agar atasannya tidak perlu membalik halaman majalah untuk mencari informasi laki-laki dingin yang terpampang di cover.
"Ck! Ini kan majalah fashion, kenapa wajah seorang pebisnis-yang bukan seorang model-bisa dimuat disini?" gerutu Risha melempar majalahnya ke tong sampah di samping meja.
Suzy meringis melihat wajah tampan pada cover harus mencium langsung tong sampah. "Dia itu masuk dalam daftar pria yang paling diinginkan di tempat tidur. Kau tidak pernah baca artikel tentangnya ya?"
Risha menggeleng acuh, "Aku tidak pernah tertarik dengan apa pun selain fashion. Dan kalau aku membutuhkan pertolongannya, aku tidak ingin membawanya ke tempat tidur."
"Tapi itu cara pertukaran yang sering digunakan untuk orang-orang seperti dia."
"Well, ayo kita lihat seberapa berguna laki-laki ini," Risha mengambil tasnya serta merapikan setelan kerjanya. "Kalau dia cukup berarti, setidaknya tempat tidur tidak akan menjadi pilihan pertama untukku."
"Kau ingin menemuinya sekarang?"
"Yes ...."
"You'll sleep with him?" tatapan mata Suzy menyelidik, ada rasa tak percaya terpancar di sana.
"Yah-kita lihat saja perkembangannya."
Selalu acuh. Selain bakat sendiri, apa sih yang dipentingkan oleh Karisha Quinn. Apa yang bisa membuat gadis innocent itu memiliki sesuatu yang berarti untuk dipertahankan di dunia ini?
"Jangan lupa pakai pengaman, Risha."
Pengaman?
Risha tersenyum getir. Sungguh ironis Suzy memperingatkannya, selama ini langkah yang diambil seorang Karisha Quinn selalu jauh dari kata aman.
Oh-drama hidup.
***
Serombongan wartawan berkumpul ria di pintu utama sebuah gedung perkantoran megah dikawasan tersibuk kota New York.
Xanders Corporation.
Rasanya wartawan-wartawan dari berbagai media-baik luar maupun dalam negeri-tak pernah jengah berkumpul layaknya sekumpulan semut mengejar gula demi mendapatkan sebaris saja berita dari perusahaan yang telah berdiri kokoh menguasai dunia perbisnisan lebih dari tiga puluh tahun berdirinya.
Sejujurnya berita utama yang diincar para pencari berita tersebut lebih mengarah ke Komisaris Xanders Corporation itu sendiri.
Oh-ayolah, siapa sih yang tidak tertarik menggali info dengan si sulung Xander yang begitu tersohor itu? Anak sulung dari keluarga Xander, si jenius yang begitu ahli menjalankan perusahaan di usianya yang terbilang cukup muda untuk memegang kendali atas ribuan tanggung jawab. Si sombong dengan sejuta keangkuhan serta kesadisannya, mampu membuat ribuan bahkan jutaan wanita menyodorkan diri secara suka rela.
"Lihat ulahmu, Xander," asisten pribadi si Xander muda mengomel melewati kerumunan wartawan yang tanpa henti memberikan blizt cahaya kamera meski sekuat tenaga ditahan oleh sekuriti.
Xander muda diam membatu. Nol ekspresi, nol komentar, semua nol. Bahkan untuk sekedar menyapa wartawan-untuk sedikit menghargai jerih payah mereka yang telah berjam-jam menunggu-pun tak pernah ditampakkan si angkuh itu.
Begitulah manusia. Apabila ia tahu seberapa besar kualitas diri yang ia miliki, maka semakin tinggi ia menjunjung dirinya. Dan sayangnya-tuhan terlalu bermurah hati memberikan banyak anugerah ke makhluk searogan Nathan Xander.
"Maaf, Pak. Ada seseorang yang ingin bertemu dengan, Anda," sekretaris Nathan langsung menghadang di depan pintu.
Sekretaris yang berpenampilan profesional serta berparas cantik tersebut terpaksa menelan kekesalan, menerima fakta bahwa yang diajak bicara sudah melenggang acuh masuk kedalam ruangan. Satu kesimpulan, Nathan Xander sedang tidak ingin diganggu.
Well, terimakasih atas kejujuran ekspresinya.
***
"Miss Quinn, sampai kapan Anda ingin menunggu? Pak Komisaris sudah lama meninggalkan kantor."
Risha tersenyum manis-koreksi; tersenyum terlalu manis-untuk ukuran seorang tamu yang telah menunggu sejak pagi hingga lewat dari jam tutup kantor.
"Sayang sekali," Risha mendesah bereskpresi seakan kecewa, "padahal aku sudah berharap banyak. Apakah kau akan pulang juga?"
Gadis yang setahu Risha adalah sekretaris sang direktur kantor mengangguk pelan. Wajahnya yang lelah karena seharian berkerja tetap mencoba terlihat ceria meskipun cukup sulit.
"Anda juga harus pulang, Miss. Percaya atau tidak, atasan kami itu orang yang sulit."
Risha mengangguk-angguk mengerti. Segudang rencana telah tersusun di kepalanya. Cukup gila, namun begitu menarik untuk dijalankan.
"Oke, kalau begitu aku pamit dulu. Mampirlah kapan-kapan ke tempat kerjaku, akan kubuatkan rancangan yang cocok untukmu"
Gadis itu mengangguk senang. Setelah berbasa-basi dengan ucapan perpisahan yang singkat, Risha mulai melangkah menuju pintu yang ia tuju.
Si sekretaris yang telah bekerja cukup lama di perusahaan langsung mengerutkan dahi melihat calon tamu atasannya bergerak ke arah yang sejujurnya bukan pintu keluar.
"Maaf, Miss!" gadis itu bergerak mengejar Risha. Tentu harus mengejar, sebelum terjadi sesuatu.
"Miss!"
Brak!
Terlambat.
Selamat datang di ruang kerja pribadi Nathan Xander.
Elizabet Candra, atau yang biasa dipanggil Elz, seorang wanita kaya yang berhasil mendapatkan liontin berlian bernamakan back to past di acara pelelangan. Konon, liontin berlian itu bisa membawa tuannya ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahannya di masa lalu walaupun Elz tak mempercayai kisah itu dan menganggapnya sekedar dongeng belaka. Di hari yang sama ia harus mengetahui kenyataan bahwa suaminya, Adrian, telah menjalin hubungan dengan adik tirinya sendiri, Vanesha, dan merencanakan pembunuhan pada dirinya dan juga putranya. Ia bersama putranya dipaksa meminum racun dan dibiarkan terkurung di dalam rumah mewahnya yang sengaja dibakar oleh suaminya dan orang-orang kepercayaannya.Namun, siapa sangka Elz malah tersadar dari komanya dan menyadari bahwa ia berada di masa lalu bersama suami pertama yang ia bunuh demi mendapatkan harta warisan?
Bacaan dewasa! Mohon Disesuaikan dengan usia! Raihan mendadak diminta menggantikan adik angkatnya untuk menikah dengan putra keluarga Kuiper, bernama Nico dan mereka dikejutkan oleh rencana pernikahan yang dibuat oleh keluarga mereka yang tinggal dua hari lagi. Awalnya, Nico tak mengira bahwa istrinya begitu jelita namun saat mereka bertemu saat usai menikah, Nico terpesona oleh kecantikan Raihan. “Kenapa kau harus bingung?” tanyanya, “sekarang aku adalah istrimu, kau bisa bebas melakukan apa saja pada diriku,” lanjutnya dengan tatapan tajamnya yang menantang. “Kau bilang… aku bisa bebas melakukan apa saja pada dirimu? Apa kau mengijinkannya?” “Ya, tentu saja,” jawab Raihan, “kita sekarang adalah suami istri, kenapa aku tidak boleh mengijinkanmu?” Nico yang seakan mendapat lampu hijau dari Raihan tiba-tiba saja maju dan memeluk Raihan seperti hewan liar yang menyergap mangsanya. Raihan yang terkejut seperti tidak bisa berbuat apa-apa, tubuh langsingnya terasa ringkih di pelukan tubuh Nico yang cukup atletis. “Tu-tunggu…!” Raihan menahan dada Nico, mencoba menghentikan Nico yang tampak tak sabaran. “Kenapa?” tanya Nico menatap bingung ke mata Raihan, “bukannya aku bebas melakukan apa saja?” “Iya, tapi…” sahut Raihan, ekspresi wajahnya sedikit ketakutan “bisakah kita melakukannya pelan-pelan?” “Seperti apa?” “Mungkin… kita bisa memulainya… dengan ciuman…”
Khusus Dewasa, mohon bijak dalam membaca! Ariel Anata bertemu dengan pria tampan bernama Sean Rinadi di suatu kelab malam. Karena kebencian pada dirinya sendiri, Ariel memutuskan untuk melepaskan kesuciannya pada pria tersebut dengan perjanjian mereka tak akan bertemu setelah malam itu. Namun, siapa yang sangka bahwa kakak dari Ariel, bernama Vania Anata, merupakan gadis yang akan dijodohkan untuk Sean yang membuat Ariel bertemu kembali dengan Sean. Sean yang mendapatkan kesempatan pun berusaha untuk terus berurusan dengan Ariel dan terus mengejar cinta gadis itu. Sayangnya, Ariel malah memanfaatkan Sean karena kebenciannya pada keluarganya sendiri yang sering membandingkannya dengan Vania.
Ananda Edward, seorang pria bertemperamen keras atas prinsipnya dan merupakan pewaris dari kekayaan mendiang ibunya, melakukan keonaran di kelab malam yang membuatnya terkurung dalam penjara dan membuat ayahnya, Ishan Edward, murka padanya. Nanda akan dibebaskan dengan beberapa syarat, salah satunya adalah bekerja di perusahaan lain sebagai karyawan biasa dengan memakai nama Ananda Iskandar. Suatu hari, Nanda diikutkan dalam proyek launching toko butik Royal Soul, bersama salah satu manager handal bernama Erika Adhinata, seorang gadis muda, cantik, cerdas dan multitalent. Dengan kelebihan dan kelembutannya, ia mampu menyentuh hati Nanda yang tak percaya akan cinta. Namun, cinta itu ternyata bertepuk sebelah tangan karena sang pujaan hati belum benar-benar bisa melepaskan diri dari cinta masa lalunya, seorang pria hedon berhati lembut yang gemar tidur bersama gadis-gadis cantik. Lalu, bagaimana perjuangan Nanda untuk membawa Rika ke pelukannya?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong patokku di mulut kenikmatan Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kenikmatanku. Dan …. langsung amblas semuanya …. bleeesssssssssssskkkkkk … ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena patokku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong … tanpa harus bersusah payah lagi. Mamie pun menyambut kehadiran patokku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang … kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu … agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “ “Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah …. “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta. Lalu aku mulai menggenjotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh …. Saaaam …
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.