Don't Judge book by cover! Kata itu seperti tepat menggambarkan seorang Arleta. Karena meski mempunyai rupa yang menarik juga tubuh yang tak kalah mempesona seperti namanya. Sayang, hidup Arleta tidak secantik namanya. Arleta adalah kotak pandora. Banyak rahasia dan luka yang dia bawa dalam perjalan hidupnya. Dia seorang tuan putri, namun tidak bisa memakai gaun indah layaknya cerita dalam negeri dongeng. Karena yang Arleta butuhkan bukan gaun indah, melainkan baju jirah dan sebilah senjata agar bisa bertahan hidup. Joshua, sang paman yang terobsesi padanya membuat hidup Arleta penuh dengan darah dan air mata. Hingga Arleta tidak pernah berani berharap akan hari esok yang indah, juga tidak berani membuka hati untuk satu orang pria pun. Baginya cinta hanya akan membuat lemah dan membuang waktu berharganya saja. Hal itu menjadi tantangan berat untuk Arkana Sadewa, photografer yang jatuh cinta pada Arleta di pertemuan pertama mereka yang tidak di sengaja. Siapa Arleta sebenarnya? Ikuti kisahnya dalam novel ini.
"Makasih, Bang!"
Arletta menyerahkan helm sembarangan pada ojol yang mengantarkannya, sesampainya di tempat pemotretan. Setelah itu bergegas masuk, sebelum Karmila--si tuan putri kembali mengamuk karena keterlambatan Arletta dalam mengirimkan barang pesanan.
Salahkan kota Jakarta yang terlalu bucin pada kemacetan. Hingga lumayan sulit bagi Arletta untuk menjadi orang ketiga agar mereka terurai.
'Etdah! Ini tempat pemotretan apa pasar malam? Rame banget warganya?' gerutu Arleta dalam hati. Saat baru saja masuk lokasi pemotretan, sudah di suguhkan pemandangan riuh dan kacau.
"Cepetan! Katanya, dia udah hampir kehabisan napas, tahu. Kasihan."
Kening Arletta makin berlipat dalam, saat tak sengaja mendengar seruan salah satu orang yang lewat di sana.
'Tunggu! Ini maksudnya apa? Kenapa orang-orang itu terlihat gusar? Jangan-jangan sedang terjadi sesuatu!' batin Arletta kini bertanya dengan penasaran.
Menyadari hal itu. Arletta pun mau tak mau mulai ikut panik, karena teringat Karmila yang juga ada di sini. Segera saja, Arletta meraih ponselnya dan mendial nomor si nona besar. Sayangnya, tidak ada yang mengangkat panggilan tersebut.
"Sialan! Kemana sih, si Karmila?" gerutu Arletta kembali mendial nomor Karmila.
Seperti halnya tadi. Panggilan itu tidak diangkat. Arletta pun makin kesal, dan memilih menelepon Dita, asisten Karmila.
"Hallo, Dit. Lo dimana? Mila juga di mana? Gue--"
"Let. Milla tenggelam. Huhuhu ...."
Degh!
Arletta langsung tercekat. Shock mendengar kabar tersebut. Namun, juga tidak ingin percaya begitu saja pada kabar barusan.
"Ma-maksud lo apa, Dit? Karmila tenggelam? Bagaimana bisa? Dia kan bisa berenang. Bagaimana mungkin bisa tenggelam. Lo jangan ngadi-ngadi, ya?"
"Gue juga gak tahu Let, kenapa itu bisa terjadi? Karmila tadi terpeleset saat melakukan pemotretan dan ... sulit sekali diangkat kepermukaan. Mas Arkan dan asistennya sampai kepayahan mengangkat tubuhnya."
Tidak masuk akal! Karmila kan kecil. Berat badannya pun ideal. Bagaimana bisa dia jatuh dan tidak bisa diangkat? Lelucon macam apa ini?
"Let! Karmila sudah hampir kehabisan napas. Gimana ini? Huhuhu ... gue takut, Let! Gue takut!"
Arletta pun makin dibuat gusar oleh seruan Dita yang tiba-tiba. Disertai tangisan histeris yang sukses membuatnya bergerak cepat membelah kerumunan di hadapannya.
"Dit! Lo jangan panik. Gue ke sana sekarang. Tapi ... kasih gue kronologi kejadian sedetail dan sesingkat mungkin." Arletta berbicara seraya mencari keberadaan Dita.
"Gue gak tahu, Let! Gue gak ngerti harus jelasin gimana lagi sama lo. Karena yang gue tahu. Karmila hanya terpeleset saat melakukan pemotretan di pinggir kolam renang dan terjatuh!"
Pemotretan dan kolam renang? Clue apa yang bisa Arletta tarik dari dua hal itu hingga Karmila tidak bisa diangkat kepermukaan. Apa Karmila membawa sesuatu yang berat saat pemotretan, atau ....
Tunggu!
Sepertinya Arleta ingat sesuatu!
***
"Dit, Mila mana?"
Akhirnya, setelah membelah kerumunan yang panjang. Arletta pun dapat menemukan Dita di pinggir kolam renang. Mata dan hidung gadis itu sudah memerah. Khas orang yang terus menerus menangis.
"Leta, Mila. Itu ... di dalam," jawab Dita tergagap sambil menunjuk kolam renang di hadapannya.
Mata Arletta pun segera mengikuti arah tunjuk Dita, dan langsung tercekat seketika saat melihat sahabatnya, Karmila ada di dalam sedang ditarik oleh dua orang pria. Namun, tidak berhasil.
"Tuh! Padahal udah dibantuin Mas Dewa sama asistennya juga, tapi tetep aja gak bisa keluar. Gak tau ada apa di kolam itu?" jelas Dita lagi disela tangisannya. Sambil terus menunjuk arah tengah kolam renang yang lumayan dalam.
'Ini berapa meter, sih?'
Akan tetapi, bukan itu yang jadi fokus Arletta sekarang. Karena dibanding kedalaman kolam renang. Arletta lebih memilih fokus pada Karmila yang mulai kepayahan. Begitu pula dengan dua pria yang masih mencoba menariknya.
"Let, gimana ini? Mila udah mulai lemes itu di dalam sana," racau Dita. Seraya mencengkram tangan Arletta lumayan keras. Membuat gadis itu ikut tegang.
Tangan Arletta sudah mengepal dikedua sisinya dengan kuat tanpa sadar. Gemas sendiri karena belum mendapatnya ide satu pun untuk menolong Karmila.
'Berpikir Arletta! Mila membutuhkanmu saat ini. Ayo, pikirkan sesuatu yang bisa menyelamatkan Mila!' batin Arletta menyemangati, dan memaksa otaknya berpikir cepat mencari solusi.
Uhm ... apa yang harus Arletta lakukan sekarang?
Apa Arletta minta saja airnya dikuras, ya? Agar Mila tidak kepayahan menahan napas lagi? Tetapi, itu pasti akan membutuhkan waktu lama, dan Mila belum tentu bisa bertahan selama itu.
'Tidak! tidak! Jangan yang itu. Cari solusi lain.' Tanpa sadar, Arletta menggelengkan kepalanya dengan cepat. 'Apa ... Arletta Ikut masuk saja dan membantu dua cowo itu, atau--'
"Gak bisa. Dia berat banget!"
Tiba-tiba seorang pria muncul di atas permukaan air, dengan napas tersengal. Membuat lamunan Arletta terganggu. Terlihat sekali jika pria itu benar-benar sudah berusaha keras.
Pria itu memakai kaos polo warna maroon, tanpa aksen apa pun. Dipadu dengan jeans belel warna hitam. Sementara pria satu lagi, tampaknya masih belum menyerah untuk berusaha mengangkat tubuh Mila dari dalam sana.
"Ya Tuhan ... gimana ini?" pekik para model yang kebanyakan bergenre wanita itu.
Jika diperhatikan baik-baik, pria di tempat ini memang hanya dua orang itu saja. Sementara yang lainnya. Cewek semua.
Ini kenapa bisa timpang begini, ya?
Pemotretannya emang khusus cewek, atau gimana?
"Ini sulit. Dia benar-benar berat. Padahal badannya kecil. Tapi, kenapa bisa seberat itu, ya? Berapa sih, BB Karmila itu?"
Pria yang tadi belum menyerah pun, kini turut menepi. Dengan napas yang sama tersengal, meninggalkan Mila yang hampir kehabisan napas dan lemas di bawah sana.
Pria kali ini memakai kaos polo warna putih, dipadukan kemeja kotak-kotak tak dikancingkan.
Mendengar hal itu, tentu saja perasaan Arletta makin gusar. Gadis itu terus mencoba berpikir cepat mencari solusi, seraya memindai tempat itu. Mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menolong Mila.
Dapat!
Mata Arletta pun seketika berbinar saat melihat lighting yang berada tak jauh dari tempatnya. Gadis itu lalu melempar paper bag yang sedari tadi dia pegang ke arah Dita.
"Pegangin, Dit!" titahnya sebelum beranjak pergi dengan terburu.
Dita yang mendapat lemparan paper bag dari Arletta terlihat bingung. Namun, wanita itu tidak berkomentar sama sekali. Fokusnya terpecah antara Karmila di dalam kolam, dan Arletta yang ... entah mau pergi kemana?
Prang!
Saat orang-orang masih fokus pada kondisi Mila yang masih terjebak di dalam kolam. Tiba-tiba saja, Arletta memecahkan sebuah lighting, yang ada di sana.
Tentu saja, suara membahana itu langsung mengagetkan semua orang. Yang kemudian berubah jadi kebingungan. Saat melihat seorang gadis, yang tidak diketahui asal usulnya tengah sibuk memperhatikan satu persatu, pecahan beling di sana.
Sebelumnya hidupku baik-baik saja. Aman, tentram, damai dan terkendali. Meskipun aku bekerja sebagai publik figur di dunia entertainment. Tetapi aku tidak pernah mencari sensasi agar viral, atau pun terkena gosip miring hingga menjadi headline di akun lambe-lambean. Hingga akhirnya aku bertemu dengan Thalita Eugenie Alexander. Seorang gadis cilik yang tiba-tiba menarikku ke meja kasir dan ingin membeliku. Lah, dia kira aku ciki atau permen kapas? Seenaknya saja mau dibeli. Namun, berawal dari kejadian itu, hidupku pun mulai kacau setelahnya. Kehadiran Tita dan ayahnya, Aksa Malvino Alexander, si duren sawit berbuntut dua. Perlahan membuat aku mendadak virall. Apalagi, dengan status si duda yang ternyata bukan orang biasa. Makin menjadi saja gosip yang menimpaku setiap harinya. Membuat aku muak, dan ingin sekali resign dari dunia entertainment yang kugeluti. Masalah lainnya adalah, si duda selain narsis parah, juga sangat pemaksa sekali. Aku harus ekstra keras memutar otak dalam menolak lamaran gilanya. "Saya heran, kok ada wanita bodoh seperti kamu?" Heh? Maksudnya? "Padahal ada berlian di depan mata. Bukannya diambil dan disimpan, malah di tolak. Waras kamu?" What the hell! "Saya juga heran sama Bapak. Sudah tahu ditolak, masih aja gigih maksa. Kayak gak ada cewek lain aja diluaran sana. Kenapa? Situ kurang laku, ya?" Nah, emang enak dibalikin? Lo jual, gue borong, Bang!
Kenapa, sih, wanita kalau sudah diatas 30 tahun dan belum menikah, disebut perawan tua? Tidak laku? Dan berbagai titel lainnya. Apalagi kalau hidup di kampung seperti aku? Pokoknya harus tebal kuping dengerin nyinyiran tetangga. Untung aku santuy, yee kan? Meski kadang pengen juga melepas kejombloan yang haqiqi ini. Namun apa daya, jodohnya masih otw. Jadi selain menunggu, apalagi yang bisa aku lakukan. Aku gak mungkin asal tunjuk, dan asal pilih mumpung ada yang mau, iya kan? Karena nikah itu perkara panjang yang punya banyak poin untuk dipikirkan dan dipertimbangkan. Jadi … tolong dimengerti, ya? Jomblo itu bukan aib, kok. Meski aku gak tahu sampai kapan harus menjomblo seperti ini. Aku Hasmi Azzahra. Suster cantik dan masih single di usia yang terbilang tak muda lagi. Membuatku mau tak mau harus menebalkan telinga dari nyinyiran orang-orang sekitarku. Yuk! Temani aku nyari jodoh.
Nyatanya, kisah mereka belum berakhir. Meski Aika sudah mendapatkan kembali ingatannya tentang Kairo dan kembali konyol seperti dulu. Namun kisah mereka tidak langsung berakhir bahagia. Trauma yang Aika alami, kenyataan tentang rahimnya yang terluka, dan kehadiran Andara Prameswari, anak rekan bisnis Daddy Arjuna sempat membuat Aika si periang hampir menyerah dalam pernikahannya. Rasa cinta pada Kairo dan rasa iba terhadap kondisi Andara membuat Aika meminta Kairo berpoligami. Aika berharap Kairo bisa memiliki Keluarga sempurna dengan menikahi Rara. Semuanya semata-mata dia lakukan untuk kebaikan suaminya. Nyatanya, Hal itu justru membuat Kairo kecewa, hingga pertengkaran pun tak bisa dihindari lagi. Meski akhirnya masih bisa kembali bersama, namun kehadiran orang-orang dari masa lalu keduanya pun turut mewarnai rumah tangga kedua insan itu setelahnya. Lalu, bisakah Kairo dan Aika tetap bertahan dan bergandengan tangan dalam pernikahan itu, sampai semua mimpi terwujud? Bisakah mereka tetap tertawa dan terus melangkah maju meski harapan semakin menipis dalam setiap langkah yang terlalui? Ikuti terus kisah Kairo dan Aika di Novel keduanya. Pastinya masih akan dihiasi kekonyolan dari Aika si ratu gesrek dan kesabaran tingkat dewa ala Kairo. Selamat membaca .....
*Sequel Istri Nomor Dua* Zaina Rahayu terpaksa menjadi yatim piatu karena kesalahan seorang Nyonya sosialita dari kota. Beruntung wanita kota itu mau bertanggung jawab, dan menawarkan sebuah janji manis sebagai menantu di rumahnya, setelah orang tuanya tiada. Sayangnya, masa lalu sang calon suami membuat Ina hilang respect, dan memutuskan perjodohan itu dengan sepihak. Apalagi dengan sikap dingin dan galaknya sang calon suami. Ina yakin tak akan bisa bertahan hidup dengan pria itu. Lalu, bagaimana saat ternyata takdir tetap mengarahkannya pada pria galak itu? Bisakah Ina bertahan dan membuat sang pria mencintainya? Atau malah kalah dan menyerah dengan cinta yang terlanjur tumbuh tanpa ia sadari. Inilah kisah Zaina Rahayu, gadis lugu yang terjebak dengan pria galak, yang gagal move on dari masa lalunya.
Sequel 1 Novel Tante, Mau kan jadi Mamaku? Menurut Kalian, lebih seram mana? Dikejar mbak Kun-kun burik? Diajak kondangan sama poci pake batik? Disuruh kepangin tuyul gondrong? atau ... pertanyaan kapan nikah seeetiap hari? Hayoo pilih yang mana? Kalau aku sih pilih .... Kepo, ya? Simak yuk kisahku melawan emak sendiri yang ngebet minta mantu, meski aku baru saja lulus kuliah. Happy Reading ….
Menikah muda bukanlah impianku. Apalagi harus menjadi istri kedua. Ini mimpi buruk! Namun demi sebuah bakti, aku pun harus rela menerima takdir, dan menjadi orang ketiga di rumah tangga pasangan yang sudah kuanggap kakakku sendiri. Meski pada akhirnya, aku pun harus menerima nasib, diabaikan suamiku sendiri. Mampukah aku bertahan dalam Rumah tangga penuh belukar ini? Atau menyerah dan mencari bahagiaku sendiri?
Setelah tiga tahun menikah yang penuh rahasia, Elsa tidak pernah bertemu dengan suaminya yang penuh teka-teki sampai dia diberikan surat cerai dan mengetahui suaminya mengejar orang lain secara berlebihan. Dia tersentak kembali ke dunia nyata dan bercerai. Setelah itu, Elsa mengungkap berbagai kepribadiannya: seorang dokter terhormat, agen rahasia legendaris, peretas ulung, desainer terkenal, pengemudi mobil balap yang mahir, dan ilmuwan terkemuka. Ketika bakatnya yang beragam diketahui, mantan suaminya diliputi penyesalan. Dengan putus asa, dia memohon, "Elsa, beri aku kesempatan lagi! Semua harta bendaku, bahkan nyawaku, adalah milikmu."
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Memiliki wajak cantik dan tubuh sempurna justru mengundang bencana. Sherly, Livy dan Hanny adalah kakak beradik yang memiliki wajah cantik jelita. Masing-masing dari mereka sudah berkeluarga. Tapi sayangnya pernikahan mereka tak semulus wajah yang dimilikinya. Masalah demi masalah kerap muncul di dalam hubungan mereka. Kecantikan dan kesempurnaan tubuh mereka justru menjadi awal dari semua masalah. Dapatkah mereka melewati masalah itu semua ?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"