Kenapa, sih, wanita kalau sudah diatas 30 tahun dan belum menikah, disebut perawan tua? Tidak laku? Dan berbagai titel lainnya. Apalagi kalau hidup di kampung seperti aku? Pokoknya harus tebal kuping dengerin nyinyiran tetangga. Untung aku santuy, yee kan? Meski kadang pengen juga melepas kejombloan yang haqiqi ini. Namun apa daya, jodohnya masih otw. Jadi selain menunggu, apalagi yang bisa aku lakukan. Aku gak mungkin asal tunjuk, dan asal pilih mumpung ada yang mau, iya kan? Karena nikah itu perkara panjang yang punya banyak poin untuk dipikirkan dan dipertimbangkan. Jadi ... tolong dimengerti, ya? Jomblo itu bukan aib, kok. Meski aku gak tahu sampai kapan harus menjomblo seperti ini. Aku Hasmi Azzahra. Suster cantik dan masih single di usia yang terbilang tak muda lagi. Membuatku mau tak mau harus menebalkan telinga dari nyinyiran orang-orang sekitarku. Yuk! Temani aku nyari jodoh.
Jomlo 1
"Pagi Pak Sarif," Aku menyapa riang Pak Sarif, satpam yang sudah paruh baya di rumah sakit ini.
"Eh, Neng Hasmi. Masuk pagi, ya?" balasnya ramah.
"Masuk malam, Pak. Hehehe ... ya, iyalah, Pak. Kalau jam segini udah di sini, pasti masuknya pagi. Gimana sih, Pak."
Pak Sarif tergelak renyah menanggapi selorohanku yang sebenarnya garing.
"Kirain masuk angin, Neng."
"Kembung, dong."
Kembali Pak Sarif pun tergelak, lalu mempersilahkan aku pergi setelahnya. Kalau tetap di sana, aku yakin pembicaraan kami akan memanjang dan akan menimbulkan keterlambatan masuk kerja.
Bukan apa-apa, Surat peringatan sama potongan gaji bukan Author yang menanggungnya. Jadi, sebelum dompetku meringis gara-gara potongan gaji, lebih baik aku sadar diri dan .... mundur, Kapten!
Aku melangkah riang ke kawasan rumah sakit, yang sudah hampir lima tahun ini menjadi tempatku mengais rezeki. Diiringi lagu Jaran Goyang, yang mengalir lancar jaya dari headset yang menempel di telinga. Sesekali aku pun menggoyangkan pantat teposku, mengikuti musik yang terdengar..
Jurus yang sangat ampuh.
Teruji terpercaya.
Tanpa anjuran dokter.
Tanpa harus muter-muter.
Cukup siji solusinya.
Pergi ke mbah dukun saja.
Langsung tembak.
Mbah saya putus cinta ....
Hihiy ... mantap ... tarik mang!
"Memang mantul, nih, lagu. Bagus buat bangun mood." Aku bermonolog di sela-sela langkahku.
Sesekali, mulutku pun juga ikut bersenandung riang mengikuti lagunya. Namun. Aku melakukannya dengan cara berbisik. Takutnya aku mendadak viral, gara-gara meng-cover lagu dari Via Vallen. Sedangkan suaraku sendiri tak beda jauh dengan sang penyanyi asli. Ya ... kalau diibaratkan. Via Vallen itu nilai suaranya sepuluh. Kalau aku jelas kebalikannya, alias nol satu. Kan, beda tipis doang. Hehehehe ....
Apa salah dan dosaku sayang.
Cinta suciku kau buang-buang.
Lihat jurus yang kan kuberikan.
Jarang goyang ... jaran goy ....
Jedug!
Bruk!
"Wadaw! Pantat gue!" seruku refleks. Aku baru saja hendak berbelok ke arah koridor menuju loker, tapi justru tak sengaja menabrak sesuatu akibat terlalu asik manggut-manggut menikmati musik dari headseat.
Mungkin saja tembok, terasa keras. Eh, tapi ... sejak kapan ada tambahan tembok di koridor begini? Kok, aku baru tahu.
"Are u okay?"
Temboknya bisa ngomong! Ih, serem, ya? Jangan-jangan itu tembok jadi-jadian lagi. Atau .... Hiiyyy. Pemikiranku justru membuat bulu kuduk bergidik sendiri, bayangan yang terlintas di kepala membayangkan kemungkinan makhluk astral yang baru saja kutabrak.
"Hei, Kamu tidak apa-apa, kan? Ada yang terluka?" tembok jadi-jadian itu bersuara lagi
Aku mengerjap beberapa kali meyakinkan diri, sebelum memberanikan diri mendongak untuk melihat tembok apa yang bisa berbicara itu.
"Kamu?!"
"Bapak?!"
Refleks aku dan tembok ... eh, orang itu pun berseru dengan kompak.
Ladalah! Ternyata temboknya Pak Pengacara! Ya, cocoklah kalau begitu. Karena memang orang ini terlihat seperti tembok yang bisa ngomong. Kenapa aku bisa mengatakan hal seperti itu? Tentu saja karena Pengacara si Daddy, alias suaminya Dokter Karina memang mirip dengan tembok, baik wajah dan kelakuannya. Datar, lempeng, dan kaku.
Kurang mirip bagaimana lagi? Dia memang seperti batu diberi nyawa.
Mengetahui apa yang sudah kutabrak, aku berusaha bangun dengan susah payah. Karena tembok yang bisa 'bicara' ini, bener-bener tidak ada kepekaan sama sekali. Seperti mengulurkan tangan atau membantuku bangun atau yang lainnya. Paling tidak agar dia terlihat seperti pria pada umumnya.
Namun, sayangnya si pengacara itu malah diam saja dan membiarkanku ngedeprok di lantai mirip suster ngesot.
Menyebalkan sekali, kan?
Pada akhirnya aku memilih berdiri sendiri dengan tangan kanan mengusap kening, yang masih terasa agak pening. Sementara tangan kiriku mengelus-elus pantat tepos, yang baru saja berciuman dengan lantai.
Please, jangan pernah kalian praktekan. Bukannya terlihat kasihan, yang ada nanti kalian malah dikasih pisang sama yang lihat. Hehehehe ....
Oke skip! Aku hanya becanda saja. Ojo baper, okeh!
"Ngapain liat-liat? Naksir? Ngomong, Bos!" sindirku sinis ketika sudah berdiri tegak. Namun, pria itu masih tetap tak bereaksi apa pun.
"Mimpi!" balasnya singkat, padat, dan menyakitkan.
Tanpa minta maaf, minta nomor telpon, minta makan, apa lagi minta nomor rekening. Pria itu justru pergi begitu saja, sangat menyebalkan, kan?
"Huh, dasar tembok! Gak pernah sekolah! Bukannya minta maaf abis nabrak orang. Malah maen kabur aja. cowok apaan itu?" gerutuku kesal.
Bukan gerutuan lagi yang terlontar, karena aku sengaja meninggikan suara, berharap manusia tembok itu mendengar keluhanku barusan. Hanya ingin tahu saja, apa telinganya masih berfungsi dengan baik atau tidak?
Pria itu berhenti melangkah. Namun, tetap terdiam dalam posisi yang sama. Tidak berbalik ke arahku sama sekali.
Alhamdulilah ....
Itu brarti telinganya masih berfungsi normal. Semoga saja setelah ini dia pasti akan minta maaf.
"Sepertinya ada yang bersuara, tapi ... dari mana, ya?"
What the ....
Dia mendadak buta atau bagaimana? Bisa-bisanya dia bicara seperti itu, setelah apa yang sudah terjadi antara kami. Haish! Kenapa bahasanya jadi begitu, ya?
Ralat! Maksudnya setelah apa yang terjadi barusan dan ... Hello! Aku bukan makhluk tak kasat mata! Meski tubuhku kecil dan imut, tetap saja aku bisa terlihat.
Ah, Dasar Pengacara sialan!
Kekesalanku semakin meningkat drastis. Apa lagi setelahnya, si manusia tembok itu kembali melanjutkan langkah tanpa dosa tanpa menoleh. Aku pun hanya bisa mengeram kesal di tempatku.
"Dasar kampret! Kirim ajian semar mesem juga dah, nih. Biar jadi bucinnya Hasmi sekalian!" gerutuku yang juga memilih melanjutkan langkah pada tujuan awalku.
Alansyah Hermawan namanya. Pengacara kepercayaan Pak Arjuna, suaminya Dokter Karina, yang sering aku panggil si daddy.
Jangan salah paham! Panggilan itu tidak ada maksud apa pun. Aku hanya suka memanggilnya seperti itu, karena menjadi saksi hidup dalam perjalanan kisah cinta Dokter Karina dan Pak Arjuna. Untuk cerita lebih detailnya, baca saja di novel mereka, ya?
Karena hal itulah yang membuatku sering bersinggungan dengan Alan. Di mana saat itu, dia adalah orang yang dipercaya menyelesaikan kasus yang menimpa Dokter Karina.
Berawal dari keisenganku yang terus menggodanya karena gemas dengan wajah datarnya. Kami pun jadi seperti Tom and Jerry sekarang tiap kali bertemu. Melihat tampilan Alan yang dingin sekaligus kaku, kupikir sifatnya juga akan seperti karakter tokoh di dalam novel yang sering kalian baca. Sayangnya prediksiku salah besar, karena dia akan selalu dengan senang hati membalas semua keisenganku padanya.
Lidah pria itu lebih tajam dan pedas mengalahkan bubuk cabe merk Bon Cabe. Membuatku ingin ambil mie rebus dan telor untuk melengkapinya sekaligus.
"Tumben tuh muka pagi-pagi udah butek? Abis di putusin pacar atau abis ketemu penagih hutang?" Salah satu teman sejawatku menyindir saat bertemu di loker.
"Gimana gak butek, kalau pagi-pagi udah ketemu tembok dikasih nyawa. Nyebelin!"
"Siapa? Pak Alan maksud lo?"
"Bukan."
"Lalu?"
"Calon Bucinnya Hasmi!"
Don't Judge book by cover! Kata itu seperti tepat menggambarkan seorang Arleta. Karena meski mempunyai rupa yang menarik juga tubuh yang tak kalah mempesona seperti namanya. Sayang, hidup Arleta tidak secantik namanya. Arleta adalah kotak pandora. Banyak rahasia dan luka yang dia bawa dalam perjalan hidupnya. Dia seorang tuan putri, namun tidak bisa memakai gaun indah layaknya cerita dalam negeri dongeng. Karena yang Arleta butuhkan bukan gaun indah, melainkan baju jirah dan sebilah senjata agar bisa bertahan hidup. Joshua, sang paman yang terobsesi padanya membuat hidup Arleta penuh dengan darah dan air mata. Hingga Arleta tidak pernah berani berharap akan hari esok yang indah, juga tidak berani membuka hati untuk satu orang pria pun. Baginya cinta hanya akan membuat lemah dan membuang waktu berharganya saja. Hal itu menjadi tantangan berat untuk Arkana Sadewa, photografer yang jatuh cinta pada Arleta di pertemuan pertama mereka yang tidak di sengaja. Siapa Arleta sebenarnya? Ikuti kisahnya dalam novel ini.
Sebelumnya hidupku baik-baik saja. Aman, tentram, damai dan terkendali. Meskipun aku bekerja sebagai publik figur di dunia entertainment. Tetapi aku tidak pernah mencari sensasi agar viral, atau pun terkena gosip miring hingga menjadi headline di akun lambe-lambean. Hingga akhirnya aku bertemu dengan Thalita Eugenie Alexander. Seorang gadis cilik yang tiba-tiba menarikku ke meja kasir dan ingin membeliku. Lah, dia kira aku ciki atau permen kapas? Seenaknya saja mau dibeli. Namun, berawal dari kejadian itu, hidupku pun mulai kacau setelahnya. Kehadiran Tita dan ayahnya, Aksa Malvino Alexander, si duren sawit berbuntut dua. Perlahan membuat aku mendadak virall. Apalagi, dengan status si duda yang ternyata bukan orang biasa. Makin menjadi saja gosip yang menimpaku setiap harinya. Membuat aku muak, dan ingin sekali resign dari dunia entertainment yang kugeluti. Masalah lainnya adalah, si duda selain narsis parah, juga sangat pemaksa sekali. Aku harus ekstra keras memutar otak dalam menolak lamaran gilanya. "Saya heran, kok ada wanita bodoh seperti kamu?" Heh? Maksudnya? "Padahal ada berlian di depan mata. Bukannya diambil dan disimpan, malah di tolak. Waras kamu?" What the hell! "Saya juga heran sama Bapak. Sudah tahu ditolak, masih aja gigih maksa. Kayak gak ada cewek lain aja diluaran sana. Kenapa? Situ kurang laku, ya?" Nah, emang enak dibalikin? Lo jual, gue borong, Bang!
Nyatanya, kisah mereka belum berakhir. Meski Aika sudah mendapatkan kembali ingatannya tentang Kairo dan kembali konyol seperti dulu. Namun kisah mereka tidak langsung berakhir bahagia. Trauma yang Aika alami, kenyataan tentang rahimnya yang terluka, dan kehadiran Andara Prameswari, anak rekan bisnis Daddy Arjuna sempat membuat Aika si periang hampir menyerah dalam pernikahannya. Rasa cinta pada Kairo dan rasa iba terhadap kondisi Andara membuat Aika meminta Kairo berpoligami. Aika berharap Kairo bisa memiliki Keluarga sempurna dengan menikahi Rara. Semuanya semata-mata dia lakukan untuk kebaikan suaminya. Nyatanya, Hal itu justru membuat Kairo kecewa, hingga pertengkaran pun tak bisa dihindari lagi. Meski akhirnya masih bisa kembali bersama, namun kehadiran orang-orang dari masa lalu keduanya pun turut mewarnai rumah tangga kedua insan itu setelahnya. Lalu, bisakah Kairo dan Aika tetap bertahan dan bergandengan tangan dalam pernikahan itu, sampai semua mimpi terwujud? Bisakah mereka tetap tertawa dan terus melangkah maju meski harapan semakin menipis dalam setiap langkah yang terlalui? Ikuti terus kisah Kairo dan Aika di Novel keduanya. Pastinya masih akan dihiasi kekonyolan dari Aika si ratu gesrek dan kesabaran tingkat dewa ala Kairo. Selamat membaca .....
*Sequel Istri Nomor Dua* Zaina Rahayu terpaksa menjadi yatim piatu karena kesalahan seorang Nyonya sosialita dari kota. Beruntung wanita kota itu mau bertanggung jawab, dan menawarkan sebuah janji manis sebagai menantu di rumahnya, setelah orang tuanya tiada. Sayangnya, masa lalu sang calon suami membuat Ina hilang respect, dan memutuskan perjodohan itu dengan sepihak. Apalagi dengan sikap dingin dan galaknya sang calon suami. Ina yakin tak akan bisa bertahan hidup dengan pria itu. Lalu, bagaimana saat ternyata takdir tetap mengarahkannya pada pria galak itu? Bisakah Ina bertahan dan membuat sang pria mencintainya? Atau malah kalah dan menyerah dengan cinta yang terlanjur tumbuh tanpa ia sadari. Inilah kisah Zaina Rahayu, gadis lugu yang terjebak dengan pria galak, yang gagal move on dari masa lalunya.
Sequel 1 Novel Tante, Mau kan jadi Mamaku? Menurut Kalian, lebih seram mana? Dikejar mbak Kun-kun burik? Diajak kondangan sama poci pake batik? Disuruh kepangin tuyul gondrong? atau ... pertanyaan kapan nikah seeetiap hari? Hayoo pilih yang mana? Kalau aku sih pilih .... Kepo, ya? Simak yuk kisahku melawan emak sendiri yang ngebet minta mantu, meski aku baru saja lulus kuliah. Happy Reading ….
Menikah muda bukanlah impianku. Apalagi harus menjadi istri kedua. Ini mimpi buruk! Namun demi sebuah bakti, aku pun harus rela menerima takdir, dan menjadi orang ketiga di rumah tangga pasangan yang sudah kuanggap kakakku sendiri. Meski pada akhirnya, aku pun harus menerima nasib, diabaikan suamiku sendiri. Mampukah aku bertahan dalam Rumah tangga penuh belukar ini? Atau menyerah dan mencari bahagiaku sendiri?
TERDAPAT ADEGAN HOT 21+ Amira seorang gadis berusia 17 tahun diperlukan tidak baik oleh ayah tirinya. Dia dipaksa menjadi budak nafsu demi mendapatkan banyak uang. Akan kah Amira bisa melepaskan diri dari situasi buruk itu? Sedangkan ayah tirinya orang yang kejam. Lantas bagaimana nasib Amira? Yuk baca cerita selengkapnya di sini !
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Setelah malam yang penuh gairah, Viona meninggalkan sejumlah uang dan ingin pergi, tetapi ditahan oleh sang pria. "Bukankah giliranmu untuk membuatku bahagia?" Viona, selalu menyamar sebagai wanita jelek, tidur dengan om tunangannya, Daniel, untuk melarikan diri dari pertunangannya dengan tunangannya yang tidak setia. Daniel adalah sosok yang paling dihormati dan dikagumi di kota. Kabar tentang petualangan romantisnya beredar, beberapa mengatakan mereka melihatnya mencium seorang wanita di dinding dan yang lain menyebutnya gosip. Siapa yang bisa menjinakkan hati Daniel? Kemudian, yang mengejutkan, Daniel ketahuan membungkuk untuk membantu Viona mengenakan sepatu, semata-mata demi mendapatkan ciuman darinya!
Marsha terkejut saat mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Karena rencana putri asli, dia diusir dan menjadi bahan tertawaan. Dikira terlahir dari keluarga petani, Marsha terkejut saat mengetahui bahwa ayah kandungnya adalah orang terkaya di kota, dan saudara laki-lakinya adalah tokoh terkenal di bidangnya masing-masing. Mereka menghujaninya dengan cinta, hanya untuk mengetahui bahwa Marsha memiliki bisnis yang berkembang pesat. “Berhentilah menggangguku!” kata mantan pacarnya. “Hatiku hanya milik Jenni.” “Beraninya kamu berpikir bahwa wanitaku memiliki perasaan padamu?” kata seorang tokoh besar misterius.