Sebelumnya hidupku baik-baik saja. Aman, tentram, damai dan terkendali. Meskipun aku bekerja sebagai publik figur di dunia entertainment. Tetapi aku tidak pernah mencari sensasi agar viral, atau pun terkena gosip miring hingga menjadi headline di akun lambe-lambean. Hingga akhirnya aku bertemu dengan Thalita Eugenie Alexander. Seorang gadis cilik yang tiba-tiba menarikku ke meja kasir dan ingin membeliku. Lah, dia kira aku ciki atau permen kapas? Seenaknya saja mau dibeli. Namun, berawal dari kejadian itu, hidupku pun mulai kacau setelahnya. Kehadiran Tita dan ayahnya, Aksa Malvino Alexander, si duren sawit berbuntut dua. Perlahan membuat aku mendadak virall. Apalagi, dengan status si duda yang ternyata bukan orang biasa. Makin menjadi saja gosip yang menimpaku setiap harinya. Membuat aku muak, dan ingin sekali resign dari dunia entertainment yang kugeluti. Masalah lainnya adalah, si duda selain narsis parah, juga sangat pemaksa sekali. Aku harus ekstra keras memutar otak dalam menolak lamaran gilanya. "Saya heran, kok ada wanita bodoh seperti kamu?" Heh? Maksudnya? "Padahal ada berlian di depan mata. Bukannya diambil dan disimpan, malah di tolak. Waras kamu?" What the hell! "Saya juga heran sama Bapak. Sudah tahu ditolak, masih aja gigih maksa. Kayak gak ada cewek lain aja diluaran sana. Kenapa? Situ kurang laku, ya?" Nah, emang enak dibalikin? Lo jual, gue borong, Bang!
*Happy Reading*
"Tita mau beli Tante ini sekalian ya, Pah. Boleh, kan?"
Hah?!
Seketika, aku pun hanya bisa melongo di tempatku, mendengar permintaan seorang bocah perempuan yang tadi tiba-tiba saja menarik lenganku ke arah kasir, saat aku sedang melihat-lihat deretan jam di toko ini.
Aku tidak mengenal anak itu sama sekali. Melihatnya pun, baru hari ini. Lalu kenapa tiba-tiba dia ingin membeliku? Dia yang tidak bisa membedakan antara manusia dan benda bernama jam, atau ... memang aku ini yang mirip jam?
Yang benar saja. Aku ini model, loh! Masa disamakan dengan benda bulat berdetak begitu?
"Boleh kan, Pah? Yah?"
Aku hanya bisa menggaruk belakang leher yang sebenarnya tidak gatal. Saat lagi-lagi anak kecil itu menatap bapaknya dengan tatapan memelas, dan menanyakan hal aneh itu.
'Eh, bener kan dia bapaknya. 'Pah' itu berarti Papah, kan? Bukan Opah apalagi sampah. Ck, gak mungkin banget. Orang ganteng gitu kok bentukannya. Beneran jadi sampah juga pasti banyak yang mungut itu, mah. Gak perlu didaur ulang dan bisa langsung di pajang. Udah cocok banget pokoknya.'
Kini aku malah membatin tentang pria yang dipanggil 'Papa' oleh anak itu. Tanpa sadar terpesona pada wajahnya yang maskulin, dan tatapannya yang sangat meneduhkan.
Mendengar tanya anaknya, si Papa pun--Duh, maksud aku si papanya anak-anak--Eh, kok jadi papanya anak-anak, sih? Papanya tuh bocah! Astaga!
'Gusti ... kenapa jadi belibet gini omonganku? Tuh cowok hot banget, sih. Kan, aku jadi gak Fokus. Aduh ... aduh, bisa jongkok dikit gak sih, Pa? Gantengnya Papa kelewatan tinggi, tahu. Kan, jadi gak bisa fokus!'
Okeh, lupakan! Sepertinya aku mulai error gara-gara pria ganteng itu. Pokoknya, pria itu lalu berdehem sejenak sebelum melirik aku dan anaknya bergantian.
"Sayang, jangan gitu, dong. Tantenya bukan mainan. Mana bisa dibeli?"
'Ya ampun ... suaranya! Seksi banget! Kupingku Auto istighfar jadinya. Pokoknya jangan sampai aku khilaf dan malah lumer di dadanya minta beneran di bawa pulang. Aduh! Jaga image, Nur! Jual mahal dikitlah biar dikata elegant!'
Aku pun sekuat tenaga menahan diri agar tetap tenang di tempatku. Meski sudah sangat tidak fokus dengan keberadaan pria yang sangat menggoda iman itu.
Bukan aku murahan. Tetapi, bagaimana lagi? Meski aku terkesan cuek selama ini. Aku tetaplah wanita normal. Dan tentu saja, sebagai seorang wanita, aku juga suka melihat pria-pria tampan seperti bapaknya bocah itu. Aku tidak mau munafik.
"Tapi Tita suka, Pa. Tantenya cantik. Tita mau Tante ini aja yang gantiin mama, Pa. Dede bayi juga pasti suka punya mama baru kayak Tante."
Tunggu!
Mama baru? Dede bayi?
Mengerjap pelan, aku pun memaksa otakku mencerna ucapan bocah yang bernama Tita itu, secepat yang aku bisa.
'Gusti ... ini maksudnya apa? Si Papa maksudnya Duda, gitu? Udah Punya anak dua dan ... Ya ampun, jangan bilang nasibku akan seperti Intan.'
Nggak! Nggak! Nggak! Aku gak mau Nikah sama Duda! Buy one get three lagi, ya kan? Astaga! Kayak gak ada cowok single nganggur aja. Tuhan, jangan iseng, dong.
"Tapi--"
"Ekhem!" Tak ingin hanya berpangku tangan melihat si papa membujuk anaknya. Aku pun sengaja berdeham cukup keras, agar mendapat sedikit atensi mereka. Bagaimana pun, Ini juga menyangkut masa depanku, ya kan? Aku harus buka suara.
Tentu saja, keinginanku terkabul. Sedetik setelah aku berdehem. Anak dan bapak itu pun menoleh ke arahku. Membuat mataku pun tak sengaja bersirobok dengan mata si Papa dan ... 'Gantengnya ....'
'Fokus, Nur! Ingat buy one get three!' batinku pun berseru mengingatkan.
Benar. Aku gak boleh jatuh ke pesona si Papa, yang sialnya memang hot-nya minta di ajak bikin anak. Menyebalkan! Kenapa sih, cowok ganteng seperti ini selalu bekas orang?
"Sayang, Maaf, ya? Kayaknya Tante gak bisa memenuhi keinginan kamu barusan, buat jadi mama baru kamu dan dede bayi." Akhirnya aku ingat tujuanku berdehem tadi.
"Kenapa?" Bocah itu pun kembali bertanya dengan penasaran.
"Karena ...." Aku menggantung kalimatku, mencari alasan logis secepatnya sebagai jawaban. Sebab aku tidak mungkin jujur untuk alasan yang sebenarnya.
"Karena Tante udah punya tunangan," jawabku asal, mengikuti ide random yang melintas begitu saja di otak.
Tidak tanggung-tanggung. Demi meyakinkan bocah itu, aku pun mengangkat tangan kiriku, dan menunjukan sebuah cincin polos yang tersemat di jari manisku.
Sebenarnya, tidak ada yang istimewa dengan cincin itu. Hanya sebuah cincin mainan, hadiah dari ciki lima ribu yang dibawa si Nur (Nyonya Ammar) ke toko tempo hari. Karena lucu, dan seperti cincin emas putih sungguhan. Aku pakai aja. Siapa sangka, ternyata tuh cincin lumayan berguna hari ini?
Tolong ingatkan aku untuk membelikan hadiah buat kembaran aku itu, ya?
"Tante punya tunangan?" Bocah itu meminta konfirmasi lagi, yang langsung aku sambut dengan anggukan riang.
"Udah mau nikah?"
"Iya."
"Kapan?"
Eh? Kapan, ya? Kapan aku nikah? Maunya sih besok, tapi ... gebetan aja aku gak punya, gimana bisa menikah, coba? Haduh ....
"Minggu depan." Terlanjur berbohong. Maka sekalian aja tenggelam, ya kan? Toh, aku yakin. Setelah ini juga kami gak akan ketemu lagi. Jadi ya ... santai saja.
Mendengar jawabanku barusan, bocah itu pun mengerjap perlahan, sebelum kemudian menunduk sedih. Membuat aku sebenarnya tidak tega. Tapi ... mau bagaimana lagi?
Aku gak jelek-jelek amat sampai harus dapetin duda. Duda buntut satu sih, gak masalah. Nah ini, buntutnya sudah dua. Yang satu masih bayi lagi. Aku yakin gak bakal sanggup. Jadi, aku terpaksa harus kejam.
"Gitu ya? Ya udah deh. Tita cari mama lain aja."
Untungnya lagi bocah itu tidak sama seperti Si Bella. Karena kalau tuh bocah setipe dengan anak tirinya Intan. Yakin aku dia gak akan menerima begitu aja situasi ini, dan ... jawabannya pasti menyebalkan. Tahu sendiri bagaimana Bella. 'Bikin emosi' sudah jadi sifat permanennya.
Bocah itu akhirnya melepaskan tanganku, dan beringsut ke arah si Papa. 'Aduh, ini lidah gak bisa di kondisikan. Keenakan manggil Papa. Kayak pas aja gitu buat dijadiin panggilan sayang.'
Pria itu lalu merendahkan diri demi bisa menyambut putrinya. Menggendongnya segera dan membelai rambut indah Tita dengan tangannya yang bebas. Kok, aku iri, ya?
"Maaf kalau Tita sudah mengganggu waktu kamu," ucap pria itu lagi, menatapku teduh.
"Gak papa. Gak ganggu, kok. Cuma kaget aja tiba-tiba ada yang narik." Aku pun berusaha menjawab seramah mungkin.
Aku harus jaga image sebagai publik figur, kan?
"Iya, Tita memang--"
"Ekhem! Maaf ganggu. Tapi ... Dev, udah waktunya pergi."
Aku pun mendesah kecewa diam-diam. Saat Lika, asistenku tiba-tiba muncul dan menyela omongan si Papa begitu saja. Lebih dari itu, dia juga mengingatkan jadwal pekerjaan yang tidak bisa aku abaikan. Jadinya, mau tidak mau kami harus berpisah.
"Tante?" Belum sempat aku mencapai pintu toko, Tita memanggilku kembali.
"Ya?" sahutku refleks, menghentikan langkah dan menoleh ke arahnya kembali.
"Kalau Nikahnya batal, bilang, ya? Tita masih mengharapkan Tante sampai bulan depan."
Don't Judge book by cover! Kata itu seperti tepat menggambarkan seorang Arleta. Karena meski mempunyai rupa yang menarik juga tubuh yang tak kalah mempesona seperti namanya. Sayang, hidup Arleta tidak secantik namanya. Arleta adalah kotak pandora. Banyak rahasia dan luka yang dia bawa dalam perjalan hidupnya. Dia seorang tuan putri, namun tidak bisa memakai gaun indah layaknya cerita dalam negeri dongeng. Karena yang Arleta butuhkan bukan gaun indah, melainkan baju jirah dan sebilah senjata agar bisa bertahan hidup. Joshua, sang paman yang terobsesi padanya membuat hidup Arleta penuh dengan darah dan air mata. Hingga Arleta tidak pernah berani berharap akan hari esok yang indah, juga tidak berani membuka hati untuk satu orang pria pun. Baginya cinta hanya akan membuat lemah dan membuang waktu berharganya saja. Hal itu menjadi tantangan berat untuk Arkana Sadewa, photografer yang jatuh cinta pada Arleta di pertemuan pertama mereka yang tidak di sengaja. Siapa Arleta sebenarnya? Ikuti kisahnya dalam novel ini.
Kenapa, sih, wanita kalau sudah diatas 30 tahun dan belum menikah, disebut perawan tua? Tidak laku? Dan berbagai titel lainnya. Apalagi kalau hidup di kampung seperti aku? Pokoknya harus tebal kuping dengerin nyinyiran tetangga. Untung aku santuy, yee kan? Meski kadang pengen juga melepas kejombloan yang haqiqi ini. Namun apa daya, jodohnya masih otw. Jadi selain menunggu, apalagi yang bisa aku lakukan. Aku gak mungkin asal tunjuk, dan asal pilih mumpung ada yang mau, iya kan? Karena nikah itu perkara panjang yang punya banyak poin untuk dipikirkan dan dipertimbangkan. Jadi … tolong dimengerti, ya? Jomblo itu bukan aib, kok. Meski aku gak tahu sampai kapan harus menjomblo seperti ini. Aku Hasmi Azzahra. Suster cantik dan masih single di usia yang terbilang tak muda lagi. Membuatku mau tak mau harus menebalkan telinga dari nyinyiran orang-orang sekitarku. Yuk! Temani aku nyari jodoh.
Nyatanya, kisah mereka belum berakhir. Meski Aika sudah mendapatkan kembali ingatannya tentang Kairo dan kembali konyol seperti dulu. Namun kisah mereka tidak langsung berakhir bahagia. Trauma yang Aika alami, kenyataan tentang rahimnya yang terluka, dan kehadiran Andara Prameswari, anak rekan bisnis Daddy Arjuna sempat membuat Aika si periang hampir menyerah dalam pernikahannya. Rasa cinta pada Kairo dan rasa iba terhadap kondisi Andara membuat Aika meminta Kairo berpoligami. Aika berharap Kairo bisa memiliki Keluarga sempurna dengan menikahi Rara. Semuanya semata-mata dia lakukan untuk kebaikan suaminya. Nyatanya, Hal itu justru membuat Kairo kecewa, hingga pertengkaran pun tak bisa dihindari lagi. Meski akhirnya masih bisa kembali bersama, namun kehadiran orang-orang dari masa lalu keduanya pun turut mewarnai rumah tangga kedua insan itu setelahnya. Lalu, bisakah Kairo dan Aika tetap bertahan dan bergandengan tangan dalam pernikahan itu, sampai semua mimpi terwujud? Bisakah mereka tetap tertawa dan terus melangkah maju meski harapan semakin menipis dalam setiap langkah yang terlalui? Ikuti terus kisah Kairo dan Aika di Novel keduanya. Pastinya masih akan dihiasi kekonyolan dari Aika si ratu gesrek dan kesabaran tingkat dewa ala Kairo. Selamat membaca .....
*Sequel Istri Nomor Dua* Zaina Rahayu terpaksa menjadi yatim piatu karena kesalahan seorang Nyonya sosialita dari kota. Beruntung wanita kota itu mau bertanggung jawab, dan menawarkan sebuah janji manis sebagai menantu di rumahnya, setelah orang tuanya tiada. Sayangnya, masa lalu sang calon suami membuat Ina hilang respect, dan memutuskan perjodohan itu dengan sepihak. Apalagi dengan sikap dingin dan galaknya sang calon suami. Ina yakin tak akan bisa bertahan hidup dengan pria itu. Lalu, bagaimana saat ternyata takdir tetap mengarahkannya pada pria galak itu? Bisakah Ina bertahan dan membuat sang pria mencintainya? Atau malah kalah dan menyerah dengan cinta yang terlanjur tumbuh tanpa ia sadari. Inilah kisah Zaina Rahayu, gadis lugu yang terjebak dengan pria galak, yang gagal move on dari masa lalunya.
Sequel 1 Novel Tante, Mau kan jadi Mamaku? Menurut Kalian, lebih seram mana? Dikejar mbak Kun-kun burik? Diajak kondangan sama poci pake batik? Disuruh kepangin tuyul gondrong? atau ... pertanyaan kapan nikah seeetiap hari? Hayoo pilih yang mana? Kalau aku sih pilih .... Kepo, ya? Simak yuk kisahku melawan emak sendiri yang ngebet minta mantu, meski aku baru saja lulus kuliah. Happy Reading ….
Menikah muda bukanlah impianku. Apalagi harus menjadi istri kedua. Ini mimpi buruk! Namun demi sebuah bakti, aku pun harus rela menerima takdir, dan menjadi orang ketiga di rumah tangga pasangan yang sudah kuanggap kakakku sendiri. Meski pada akhirnya, aku pun harus menerima nasib, diabaikan suamiku sendiri. Mampukah aku bertahan dalam Rumah tangga penuh belukar ini? Atau menyerah dan mencari bahagiaku sendiri?
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Kelly, seorang bisu yang telah diabaikan oleh suaminya selama lima tahun sejak pernikahan mereka, juga menderita karena ibu mertuanya yang kejam. Setelah perceraian, dia mengetahui bahwa mantan suaminya langsung bertunangan dengan wanita yang benar-benar pria itu cintai. Sambil memegangi perutnya yang sedikit bulat, dia menyadari bahwa pria itu tidak pernah benar-benar peduli padanya Dengan penuh tekad, dia meninggalkan pria itu, memperlakukannya sebagai orang asing. Namun, setelah dia pergi, pria itu menyisir seluruh dunia untuk mencarinya. Ketika jalan mereka berpapasan sekali lagi, Kelly telah menemukan kebahagiaan baru. Untuk pertama kalinya, pria itu memohon dengan rendah hati, "Tolong jangan tinggalkan aku ...." Namun tanggapan Kelly tegas dan meremehkan, memotong ikatan apa pun yang tersisa. "Enyah!"
Warning! Explicit mature content included Mergokin pacar tidur sama teman sekampus, diusir dari kos, kucing kesayangan dilempar keluar rumah, ditambah hujan deras yang sedang mengguyur kota Pahlawan. Sungguh perpaduan sempurna untuk melatih kesehatan mental! Padahal semua ini hanya karena telat bayar kos sehari aja, malah dia ditendang dari rumah yang sudah diamanahkan untuk ia rawat oleh mendiang pemilik rumah. Ujian berat inilah yang sedang melanda hidup Mariska. Seolah Ujian Akhir Semester tak cukup membuatnya berdebar-debar karena harus pandai mengatur jadwal kuliah di sela kesibukannya bekerja. Namun, kata orang badai selalu datang bersama pelangi. Di tengah sadisnya ujian hidup yang harus Mariska hadapi ternyata takdir malah membawanya menuju tempat kos baru yang lebih modern, bersih, dengan harga sewa murah. Belum lagi jantungnya ikut dibuat berdebar kencang saat tahu pemilik kos ternyata pria muda, lajang, dan rrrr- hottie. Plus satu lagi yang bikin lebih jantungan, saat si Om kos malah ngotot ngajakin Mariska nikah detik ini juga. Kok bisa?! Apa alasannya? Ingin menghindar, tapi tak punya pilihan. Belum lagi saat keduanya semakin dekat malah Mariska jadi lebih sering mendapatan mimpi yang terasa seperti Deja Vu. Tanpa sadar memori gadis ini dipaksa kembali ke masa lalu di mana sebuah tragedi mengerikan menimpa keluarganya. Sanggupkah Mariska bertahan menjadi salah satu penghuni kos yang diisi oleh sekumpulan manusia nyentrik dengan beragam profesi tak terduga? "Mungkin ini cara Tuhan untuk mengajariku agar tak mudah menyerah." Ares tak menyangka bahwa dia akan bertemu kembali dengan cinta pertamanya melalui jalan takdir paling manis meskipun terasa tragis bagi keduanya. Lalu bagaimana dengan Mariska? Kapan ia sadar bahwa Ares adalah cinta pertamanya saat masih bocah dulu? Kisah seru mereka hanya bisa dibaca di Om Kos!
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?
Luna tidak pernah menyangka bahwa cinta pertamanya harus berakhir tragis. Reno, pria yang dia cintai ternyata adalah calon kakak tirinya. Romansa yang baru akan dimulai itu pun seolah pupus dalam sekejap. Kendati begitu, cinta yang menggebu antara Luna dan Reno tak dapat dihentikan begitu saja. Mereka memilih berjalan di atas bara api, meski tau perlahan-lahan terbakar bersama. Jika hubungan terlarang diantara mereka terungkap, akankah mereka bisa terus bersama? Dan bagaimana nasib Luna ketika dia harus merelakan masa depannya karena mengandung buah dari hubungan terlarang mereka?