/0/16313/coverbig.jpg?v=826938fa2d6147a359ff89b8580da6c0)
Nabil sibuk menjadi mak comblang atau istilahnya pencari jodoh untuk tetangganya sendiri. Sampai tiba di penghujung akhir tahun, dirinya sadar telah menyukai tetangganya--Regal. Akankah keduanya saling mencintai? Atau hanya salah satunya saja alias cinta bertepuk sebelah tangan?
Kata orang jodoh ialah cerminan diri. Menurut Regal sepertinya tidak sependapat dengan kata-kata tersebut. Contohnya kedua orang tua lelaki itu. Ayah yang humoris, ramah dan suka berbaur dengan warga sekitar. Sedangkan Ibun memiliki sifat pendiam, pemalu dan jutek. Bukan mematahkan opsi kalimat di atas ya. Ini menurut pendapat dirinya. Bukankah sebuah hubungan harus dilandasi menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Saling berkomunikasi adalah kunci sebuah kepercayaan. Kenapa tiga puluh tahun Ayah dengan Ibun berumah tangga harus kandas dikarenakan kurangnya komunikasi.
Ayah selalu pulang larut dari kantor padahal biasanya tidak.
Regal menjadi saksi bagaimana Ibun selalu menangis tiap malam. Dirinya sudah besar. Waktu itu umurnya empat belas tahun. Ayah yang membentak Ibun entah karena apa. Makanya, Regal suka diam-diam menyelinap masuk ruang rahasia di rumahnya, karena dia tahu Ayah menyimpan sesuatu di dalam sana. Perkiraannya benar. Pas tengah malam lelaki itu haus dan ingin turun ke lantai satu. Melewati ruang rahasia sang Ayah, Regal mendengar suara semacam des*han? Bermodal nekat, dia lari cepat menuju kamarnya lagi guna mengambil kunci cadangan ruangan tersebut. Dan, terpampanglah kelakuan be*at Ayahnya. Tega melakukan hal menjijikan bersama wanita selingkuhannya.
Sejak saat itu, Regal membawa paksa Ibun keluar dari rumah itu malam-malam menuju luar kota atas bantuan sang Paman. Sangat jauh dan membujuk Ibun supaya menceraikan Ayah secepatnya.
"Ibun," Regal bangun dari tidurnya dengan nafas terputus-putus. Keringatnya sudah bercucuran. Mimpi itu lagi. Regal sungguh membencinya.
Pintu kamarnya terbuka lebar dan masuklah sosok perempuan terhebat yang Regal punya di dunia ini.
"Ibun?"
Beliau cepat-cepat menghampirinya, kemudian memeluk anak semata wayangnya begitu erat.
"Mimpi buruk lagi?" tanya Nanta--Ibun nya Regal. Bagus bukan namanya? Kepanjangannya Nanta Erlanda. Seorang single mother, berusaha membahagiakan Regal dari umur 14 tahun sampai detik ini usianya 27 tahun. Walau mempunyai pekerjaan tetap, Regal suka diberi uang jajan oleh Nanta. Berasa anak kecil lagi tapi, lelaki itu tetap suka. Kalau menolak uang pemberian Nanta, beliau tidak mau berbicara dengan Regal. Satu sifat Regal ketahui dari Nanta selain pendiam, pemalu dan jutek adalah suka ngambekan.
"Tidur lagi yuk, Ibun temenin Regal di sini," Nanta bersiap tidur di samping anaknya. Menyelimuti anak bujang yang entah kapan mau meminang seorang perempuan.
"Kalau nikah, Regal pasti ada yang temenin tidurnya," Nanta terkekeh saat Regal menutup kedua telinganya menggunakan guling.
***
"Abang tukang bakso mari-mari sini, Nabil mau beli,"
Regal mengumpat dalam hati. Padahal masih pagi, tetangga anehnya sudah stand by di depan pagar rumahnya sambil bernyanyi dengan mengubah lirik lagu. Iya aneh. Cewek itu cerewetnya minta ampun, cengeng alias baperan, dan satu lagi, ceroboh.
"Enggak pakai saus, enggak pakai sambal dan juga pakai kol," Regal tetap fokus mengelap gerobak baksonya dan menghiraukan Nabil.
"Abang Regal cintanya sama Rika. Rika, Rika dan Rika abang cuma miliknya Rika,"
Lelaki itu mendengus sebal. Rika, nama yang Nabil sebut adalah mantannya Regal. Sudah putus sejak dua tahun lalu. Nabil tidak mengetahui kabar putusnya dengan Rika. Gak papa lah, toh enggak penting juga.
"Cewek sinting," gumam Regal setelah selesai mengelap gerobak menjadi kinclong.
"Regal? Gak baik loh ngomong gitu. Nabil baik sama cantik malah dikatai sinting," ujar Nanta sambil membawa wadah berisi bakso.
Regal mengambil alih wadah tersebut dan meletakkannya sebagian ke etalase. Dari ukuran jumbo hingga kecil, dia sambil mengintip Nabil dari kaca. Menggelang pelan, Nabil nekat menaiki pagar rumahnya yang masih dikunci.
"Eh, Nabil kenapa manjat-manjat? Kamu bukain sana kuncinya, Ibun mau ke kamar mandi dulu,"
Perintah Nanta tidak membuat Regal segera membuka kunci pagar tersebut. Biarin aja, paling bentar lagi jatuh dan tengkurap di tanah yang tergenang air akibat semalam hujan lebat.
Bruk
Regal menahan tawanya. Tebakannya seratus persen benar. Nabil, cewek sinting itu jatuh dalam keadaan tengkurap. Sungguh mengenaskan. Kasihan, baju tidur berwarna putih sudah kotor bercampur tanah.
"Abang?! Nabil sumpahin Abang jodohnya Entin kalau gak bantuin Nabil berdiri," pekik Nabil bak toa. Keras sekali, mungkin satu RT mendengar pekikan Nabil.
"Suka banget jodoh-jodohin gue," dumel Regal, "Rika lebih baik ketimbang Entin--cewek yang gak waras,"
Dengan langkah malas, Regal menghampiri Nabil. Keadannya masih tengkurap atau Nabil sengaja supaya Regal membantunya berdiri?
"Kena loh, Bang," lirih Nabil untungnya Regal tidak mendengar ancaman bahaya dari cewek tersebut.
"Ayo, gue bantu lo berdiri," Regal setengah bungkuk dengan uluran tangan kanan ke arah Nabil. Gerakan cepat, tangan Nabil meraup tanah basah, kemudian melemparnya pada celana jeans Regal warna hitam.
Sontak Regal menarik tangannya sambil memejamkan mata. Dirinya sudah mandi malah seenak jidat Nabil mengotori celananya?
Nabil tersenyum puas. Cewek itu bangkit berdiri mengibaskan kedua tangan guna tanah yang menempel segera terhempas.
"Satu sama, wlee," ejek Nabil berbalik badan. Udah gitu doang? Regal membuka pejaman mata, menahan untuk tidak mengumpati anak dari pak Adiansyah Saputra--orang yang dulu berbaik hati meminjamkan uang ketika mantan ayah Regal memilih berpisah dan menikah lagi dengan perempuan lain.
Sungguh miris bukan kehidupan seorang Regal? Banyak di luaran sana lebih beruntung darinya. Memiliki keluarga lengkap, harmonis. Regal juga inginnya begitu. Namun takdir berkata lain. Dia dan Nanta sudah terbiasa hidup berdua tanpa adanya sang kepala keluarga.
Tetapi, dari kehidupan Regal di atas, ada sosok Nabil kehilangan ibunya saat melahirkan cewek itu. Ingin merasakan kasih sayang seorang Ibu menjadikan Nabil seorang cewek cengeng, baperan serta ceroboh. Hal itu ditunjukkan agar mendapat perhatian selain Adiansyah Saputra--Bapaknya sekaligus Ibu seperti yang Nabil inginkan. Mengapa Adiansyah tidak menikah lagi? Jawabannya sangat menyentuh hati seorang Nabil. Adiansyah mengatakan tidak akan menikah kembali. Akan membuat Nabil bahagia hingga anaknya menemukan lelaki tepat serta sanggup menjaga tingkah laku Nabil--kesayangannya.
"Minta maaf cepet," tegur Regal. Dia ingin ucapan perminta maaf tersebut keluar dari bibir mungil Nabil. Tidak tau terima kasih. Niat hati menolong, Regal yang terkena imbasnya.
"Gak mau," Nabil berusaha membuka kunci pagar. Ck, masih dikunci. Masa iya Nabil manjat lagi? Jatuh lagi dong kayak tadi.
"Kenapa, hm?"
Bulu kuduk Nabil meremang. Keadaan mereka layaknya film titanic dengan Regal berdiri di belakang Nabil. Kedua tangan cowok itu mengurung tubuh mungilnya, sukses membuat jantungnya jedag-jedug seperti lagu dj.
"Silahkan manjat. Paling lo nyusruk lagi," sekuat tenaga Regal menahan tawa. Dari dekat dia bisa mengenali merk samponya Nabil. Aroma strawberry menguar saat Regal mengendus di puncak kepalanya.
Nabil tidak tahu kenapa reaksi tubuhnya seperti ini. Detik berikutnya, mata Nabil berbinar layaknya menemukan berlian di hamparan tai kucing.
"Entin?? Bang Regal katanya suka sama kamu," pekik Nabil sekencang mungkin.
"Oh shit?!"
Rahel terpaksa menikah dengan seseorang yang umurnya lebih dewasa. Hanya bermodalkan foto dicetak seukuran KTP dan belum pernah ketemu. Bahkan, malam sebelum akad, Ayah tersenyum manis dan berterima kasih telah setuju menikah dengan lelaki pilihannya. Usai berpelukan pun mengecup kening Rahel, beliau menghembuskan nafas terakhirnya.
Sibuk menikmati status duda dan memiliki satu anak yang begitu cantik, enggak ada angin serta badai, Mama tercinta justru menjodohkan dirinya dengan seorang gadis polos berumur delapan belas tahun. Akankah ia terima, atau menolaknya??
"Syaratnya, kamu harus kencan satu malam dengan saya di rumah. Malam itu juga, saya akan kasih kamu uang senilai 100 juta," Bagai rezeki nomplok untuk gadis memiliki lesung pipi itu. Hanya kencan saja bukan? Di rumah pula. "Hanya menemani saya dinner, enggak lebih." Setelah dipecat dari kerjaannya, terbitlah uang menghampiri gadis tersebut. Memang, nasib itu seperti tempe, enggak ada yang tahu.
"Lebaran besok Nisha gak dibeliin baju baru tidak apa-apa 'kan?" Lagi? Memang sih Nisha tidak memaksa Miftah--Ayah kandungnya untuk membeli baju baru untuk dirinya. "Kalau Cici dapet enggak, Yah??" Miftah berjongkok menyamakan tingginya dengan si bungsu, "Pastinya dong. Abang Kifli juga dapet," ujarnya sembari mengusap lembut sang putri. *** Semenjak kematian Bunda nya, sikap Miftah berbeda dari biasanya. Selalu pilih kasih. Kifli dan Cici suka sekali dibelikan sesuatu sementara Nisha tidak. Padahal, ia perlu membeli keperluan sekolah akibatnya Nisha kerja di toko bunga sejak lulus SMP. Akankah kisah hidupnya berakhir tragis seperti kebanyakan film yang sering Nisha tonton?? Akankah dunia adil dengan mendatangkan seorang pria datang di kehidupan Nisha?? Di bulan suci ramadhan. Semoga ia bisa bahagia meski bukan Miftah orang yang membuatnya bahagia. Yah, semoga saja.
Kehidupan Shafiyah langsung berubah kala suaminya di PHK dari kantor tempat dia bekerja. Alasannya, karena ada seseorang korupsi--mengambil saham perusahaan sampai mengalami kerugian mencapai milyaran rupiah. Serba-serbi hidup mewah, bergelimang harta, kebutuhan selalu tercukupi, kini roda telah berputar. Sebagaimana takdir berkata tidak melulu kita berada di atas. Ada kalanya harus mengerti dan merasakan bagaimana kehidupan di kalangan bawah. Ya, Shafiyah terpaksa tinggal bersama dengan mertuanya. Sang suami bertani di sawah guna mencukupi biaya sehari-hari. Menghadapi orang tua suami yang masih mengenyam jadul alias jaman dulu. Kehidupan Shafiyah terombang-ambing. Bagaimanakah kelanjutannya? Apakah Shafiyah bisa bertahan hidup di desa, serta mengalami hal-hal tidak terduga?
"Kalau jalan lampu hijau, hati-hati lampu kuning, kalau kita asing, gimana?" "Udah asing kali. Gak inget ya, kita udah putus dua tahun yang lalu?" Cica, perempuan yang tahun ini menginjak kepala dua itu, harus berjumpa kembali dengan sang mantan sewaktu SMA dulu. Pertemuannya sangatlah tidak aesthetic. Di selokan--ketika Cica fokus memainkan ponsel sampai tidak melihat selokan penuh lumpur dan bau. "Es krim yang dari Cina itu apa sih namanya? Miss you gak sih?" Cica memutar kedua bola matanya, lalu mencebik kasar, "Bantuin gue naik, oy. Malah ngegombal terus. Udah kenyang gue makan janji manisnya elu, Soleh?!" Soleh--mantan Cica justru terkekeh ringan. Lelaki tersebut jongkok alih-alih membantu Cica keluar dari selokan, "Le minerale itu yang ada nangis-nangisnya dikit gak sih?" "Keinget masa lalu ya, Beb?" sambung Soleh membuat Cica menggeram, menahan emosi. "Dasar g*la," Tidak disangka, Cica menarik pergelangan tangan Soleh. Alhasil, mereka berdua sama. Iya, sama-sama kotor terkena lumpur. "Untung gue masih sayang sama elu, Ca," Soleh mencuil sedikit lumpur dan menaruhnya di pipi tirus sang mantan.
Bima tak menyangka, jika seorang gadis yang dia tolong seminggu yang lalu akan menjadi ibu susu anaknya. Dia adalah Jenny, seorang gadis cantik berusia 18 tahun yang masih berstatus pelajar SMA. Namun, entah alasan apa, diumurnya yang masih terbilang muda gadis itu sudah mengandung. Apa mungkin karena salah pergaulan? Atau justru memang dia sudah menikah? Semakin lama dilihat, Jenny semakin mempesona. Hingga membuat seorang Bima Pradipta yang masih berstatus suami orang menyukainya. Dan suatu ketika, sebuah insiden kesalahan pahaman membuat keduanya terpaksa menikah dan menjadikan Jenny istri kedua Bima. Akankah pernikahan mereka abadi? Lalu, bagaimana dengan Soraya istri pertama Bima? Akankah dia terima dengan pernikahan kedua Bima? Atau justru dialah yang terlengserkan? “Setelah kita menikah, aku akan menceraikan Raya, Jen!” Bima~ “Kalau begitu Bapak jahat namanya, masa Bu Raya diceraikan? Aku dan dia sama-sama perempuan, aku nggak mau menyakitinya!” Jenny~
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Apa yang terlintas di benak kalian saat mendengar kata CEO? Angkuh? Kejam? Arogan? Mohammad Hanif As-Siddiq berbeda! Menjadi seorang CEO di perusahaan besar seperti INANTA group tak lantas membuat dia menjadi tipikal CEO yang seperti itu. Dia agamis dan rajin beribadah. Pertemuan putrinya Aisyah dengan Ummi Aida, seorang office girl di tempat dimana dia bekerja, membuat pertunangannya dengan Soraya putri pemilik perusahaan terancam batal karena Aisyah menyukai Ummi yang mirip dengan almarhum ibunya. Dengan siapa hati Hanif akan berlabuh?
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Megan dipaksa menggantikan kakak tirinya untuk menikah dengan seorang pria yang tanpa uang. Mengingat bahwa suaminya hanyalah seorang pria miskin, dia pikir dia harus menjalani sisa hidupnya dengan rendah hati. Dia tidak tahu bahwa suaminya, Zayden Wilgunadi, sebenarnya adalah taipan bisnis yang paling berkuasa dan misterius di kota. Begitu dia mendengar desas-desus tentang hal ini, Meagan berlari ke apartemen sewaannya dan melemparkan diri ke dalam pelukan suaminya. "Mereka semua bilang kamu adalah Tuan Fabrizio yang berkuasa. Apakah itu benar?" Sang pria membelai rambutnya dengan lembut. "Orang-orang hanya berbicara omong kosong. Pria itu hanya memiliki penampilan yang mirip denganku." Megan menggerutu, "Tapi pria itu brengsek! Dia bahkan memanggilku istrinya! Sayang, kamu harus memberinya pelajaran!" Keesokan harinya, Tuan Fabrizio muncul di perusahaannya dengan memar-memar di wajahnya. Semua orang tercengang. Apa yang telah terjadi pada CEO mereka? Sang CEO tersenyum. "Istriku yang memerintahkannya, aku tidak punya pilihan lain selain mematuhinya."