/0/13787/coverbig.jpg?v=121d98164c9876436ea674a365810c70)
Love is true, Do you believe that? Only people who have a heart, who know what true love means. "Jika kamu terlahir kembali ke dunia fana ini, apa yang paling kamu inginkan?" tanya seorang pria tersenyum manis menatap lekat wajah gadis berponi yang ada di depannya. "Aku?" "Iya. Apa yang kamu inginkan Arlyn?" Dengan tersenyum manis, Arlyn mengelus lembut pipi kekasih yang sangat dicintainya. "Hanya satu keinginanku." "Apa?" "Jika terlahir kembali, aku hanya menginginkan jatuh cinta kepadamu lagi, lagi dan lagi," jawab Arlyn tersipu malu. Cinta yang begitu indah, Cinta yang begitu sempurna, Cinta yang begitu menggelora, Mampukah seorang Bastian Pisceso dan Arlyna Virgolin menghadapi setiap badai dalam mengarungi kisah cinta mereka? Karena Cinta tidak seindah yang kita bayangkan. Karena Cinta tidak selalu mudah untuk didapatkan.
Suara langkah kaki terdengar berirama ketika seorang gadis berambut panjang menyusuri lantai lorong yang nampak lengang. "Ke mana orang-orang? Biasanya di sini menjadi ajang tempat nongkrong, tapi sekarang tak ada satupun batang hidungnya yang terlihat."
Langkah kakinya berhenti ketika mendengar suara cempreng memanggilnya dari belakang. "Arlyn! Arlyn! Woi ... Arlyna!"
"Silvi."
"Kamu baru datang?" tanya Silvi dengan napas tidak beraturan berdiri depan Arlyn.
"Iya," jawab Arlyn.
Silvi mengatur napasnya. "Pasti kamu tidak tahu dengan apa yang terjadi di kampus kita pagi ini?"
Arlyn menggelengkan kepalanya pelan. "Bagaimana aku bisa tahu? Baru juga datang."
Silvi menarik tangan Arlyn. "Ayo, ikut denganku!"
"Eh, ada apa ini?!" Arlyn kaget, Silvi menarik tangannya kemudian mengajaknya berlari. "Aduh, ada apa sih kamu ini?! Nanti bukuku jatuh."
Silvi berhenti lalu mengambil buku yang ada di tangan Arlyn. "Sini bukumu! Biar aku yang bawa."
"Ada apa sih?!" Arlyn bingung dengan tingkah Silvi tidak seperti biasanya.
"Nanti juga kamu tahu. Ayo!" Silvi kembali menarik tangan Arlyn.
Mau tidak mau, Arlyn mengikuti langkah Silvi yang begitu tergesa-gesa.
Sampai di depan halaman ruang perpustakaan, nampak beberapa mahasiswa sedang berdiri berkerumun. Arlyn mengernyitkan alisnya, semakin bingung dengan apa yang terjadi.
Silvi menyeruak masuk ke dalam kerumunan mahasiswa agar bisa melihat dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi tanpa melepaskan pegangan tangannya dari tangan Arlyn. "Minggir, minggir. Air panas, air panas. Minggir!"
Arlyn tertegun ketika melihat apa yang terjadi di depannya. "Apa itu?"
Silvi menutup bibir dengan kedua tangannya. "Ya Tuhan."
Di depan Arlyn dan Silvi nampak seorang mahasiswi dalam kondisi pingsan sedang diberikan pertolongan oleh beberapa rekan sesama mahasiswa dan juga dosen.
Arlyn melihat orang yang disampingnya. "Kenapa dia Sisi?"
"Tadi dia jatuh dari lantai dua, katanya sih terpeleset," jawab Sisi.
"Jatuh dari lantai dua? OMG." Silvi terkaget. "Tapi yang aku dengar dari si Doni katanya dia bukan jatuh, tapi memang sengaja lompat. Katanya baru bertengkar dengan cowoknya."
"Hush! Jangan sembarangan bicara," tegur Arlyn menyenggol lengan Silvi. "Nanti jadi fitnah!"
Arlyn dan beberapa mahasiswa yang lain hanya bisa menonton tanpa bisa menolong, karena mahasiswi yang jatuh itu pingsan dan juga nampak kakinya ada yang patah. Jika salah menolong, takutnya malah akan semakin memperburuk kakinya yang patah.
"Kita ke kantin," ajak Silvi setelah semuanya selesai dan membubarkan diri.
"Ngapain?" tanya Arlyn dengan polosnya mengambil buku dari tangan Silvi.
"Berenang!"
"Hah?" Arlyn melihat Silvi bingung.
Silvi menoyor kepala Arlyn pelan. "Bodoh banget! Ke kantin kalau tidak makan atau minum terus ngapain lagi?"
"He-he-he." Arlyn terkekeh setelah menyadari kebodohannya.
"Aku belum sarapan, Naga-naga kecil di dalam perutku yang mungil ini dari tadi bernyanyi terus menerus." Silvi mengelus perutnya.
"Bukan Naga kecil itu mah, tapi Dinosaurus! Sudah sarapan atau belum, perutmu selalu lapar." Ledek Arlyn.
"He-he-he."
Di kantin banyak mahasiswa sedang makan, hampir semua meja terisi penuh. Silvi dan Arlyn kebagian meja yang berada ditengah-tengah.
"Aku pesan makanan ya. Kamu mau makan apa?" tanya Silvi menaruh tasnya di meja.
"Pancake sama susu coklat," jawab Arlyn.
"Ok! Tunggu di sini, biar aku yang traktir." Silvi segera pergi untuk memesan makanan.
Arlyn mengedarkan pandangannya ke sekeliling, nampak beberapa meja terisi penuh. Tatapannya berhenti ketika seorang pria berkulit putih tersenyum manis padanya, dengan cepat Arlyn segera mengalihkan pandangannya. "OMG."
Tidak lama kemudian, Silvi datang dengan membawa nampan berisi penuh pesanan mereka berdua.
"Sering-seringlah kamu punya hati bagai malaikat seperti ini. Sudah traktir aku, dibawain pula makanannya," ucap Arlyn mengambil susu coklat miliknya.
"Enak saja! Kamu yang enak, aku yang bangkrut! Uang kamu itu lebih banyak dariku!"
"He-he-he. Banyak dari Hongkong! Uang jajan saja, aku minta sama bokap," jawab Arlyn.
Silvi tidak memperpanjang obrolannya, pancake yang ada di depannya langsung dilahapnya dengan cepat sehingga hanya dalam hitungan menit, pancake yang begitu banyak sudah habis berpindah ke dalam perutnya.
Arlyn geleng-geleng kepala. "Gila kamu ya! Kelaparan atau apa? Pancake begitu banyak sampai ludes."
"He-he-he. Sudah kubilang, aku ini lapar. Nggak percaya sih." Silvi kembali meneguk susu coklatnya sampai habis tidak bersisa.
Arlyn hanya bisa menghela nafas melanjutkan acara makan pancakenya sambil melihat Silvi yang sekarang sibuk dengan ponselnya yang tidak berhenti berdering.
"Mau apa sih nih orang? Nelepon aku mulu?!" gerutu Silvi melihat layar ponselnya.
"Angkatlah! Berisik tau."
"Malas." Silvi menaruh ponselnya di atas meja.
Arlyn melihat ponsel Silvi yang terus berdering. "Bisa nggak sih ponselnya jangan kasih suara, berisik tahu! Lihat, kita jadi tontonan orang gara-gara ponselmu itu!"
"He-he, sorry." Silvi langsung memasang mode silent pada ponselnya. "Kamu seperti emak-emak komplek yang lagi beli sayur, rewel!"
Arlyn mencibir. "Sembarangan!"
Setelah selesai menghabiskan semua pancake dan susu coklatnya, Arlyn mengajak Silvi untuk masuk kelas karena sebentar lagi mata kuliah Dosen yang berpredikat sebagai Dosen killer akan segera dimulai.
Waktu terus beranjak, detik ke detik, menit ke menit hingga tiba saatnya Arlyn selesai mengikuti semua mata kuliah. Wajah kusut dan tubuh lelah menghiasi semua mahasiswa yang satu kelas dengannya.
"Arlyn," panggil Silvi. "Kamu pulang dijemput atau naik umum?"
"Pulang naik taksi," jawab Arlyn. "Mobilku mogok nggak ada bensinnya."
"Itu mah bukan mogok, tapi mobilmu tidak ada tenaga, tidak dikasih makan."
"He-he."
"Pulang bareng aku," ucap Silvi. "Aku bawa motor."
"Siapa takut?!"
"Tapi kamu yang bawa motornya ya." Silvi menaik turunkan alisnya melihat Arlyn.
"Let's go!" Arlyn bergegas pergi ke luar dari kelas diikuti Silvi dari belakang.
Ditempat parkir, Arlyn dan Silvi sedang sibuk memakai helmnya ketika seseorang menyapa keduanya.
"Hai Arlyn! Silvi! Mau pulang?"
Wajah Silvi langsung sumringah begitu melihat siapa yang menyapanya. "Hai Budi! Iya nih, kita mau pulang. Kamu mau pulang juga?"
"Iya," jawab Budi melirik Arlyn masih sibuk dengan helmnya.
"Sendirian?" tanya Silvi.
"Iya."
"Cewekmu mana?" tanya Silvi semakin memperlebar bahan obrolan.
"Cewek darimana? Aku tidak punya cewek, jomblo," jawab Budi melihat Arlyn bersiap naik ke atas motor.
Senyum Silvi melebar. "Yes! Yes! Kesempatan untukku. OMG!" Hati Silvi bicara sendiri.
Arlyn telah siap dengan sepeda motornya. "Ayo, Silvi! Naik!"
Silvi dengan berat hati naik ke atas motornya dibelakang Arlyn. "Budi, aku pulang duluan ya. Sampai ketemu lagi. Kapan-kapan main ke rumahku, pintu rumahku selalu terbuka untukmu."
Budi tersenyum mengangguk. "Iya, tentu saja. Sampai bertemu lagi Arlyna!"
Tanpa bicara, Arlyn langsung melajukan sepeda motornya ke luar dari area parkir.
Cantika tidak pernah menduga, pertemuannya dengan Jaden akan membawanya pada kehidupan yang berbeda. "Jika aku tidak bisa memiliki kamu, maka siapapun yang ada di dunia ini, tidak bisa memiliki kamu!" Ultimatum keras yang dilontarkan Jaden telah membelenggu Cantika pada kehidupan yang tidak pernah sedikitpun dibayangkannya. Akankah, Cantika bisa keluar dari belenggu Jaden yang begitu terobsesi pada dirinya atau justru Cantika yang malah terjebak oleh perasaannya sendiri setelah mengetahui siapa Jaden yang sesungguhnya. Simak, ikuti terus jalan ceritanya sampai akhir!
Pertemuan singkat dengan pria blasteran berwajah rupawan Gideon Bastian telah membuat hari-hari Arlyna Aira tidak tenang. Apalagi ketika mengetahui pria yang selalu ada dalam pikirannya bukanlah orang biasa. "Menyerah? Kamu menyerah?! Hanya karena keadaan, kamu menyerah? Sebesar itukah cintamu padaku?!" Gideon Bastian, pewaris tunggal dari keluarga terpandang mencintai Arlyna dari sejak pertama bertemu, tapi cerita rumit mewarnai setiap langkah dalam kisah kasih cinta yang mereka lalui. Akankah, Arlyna Aira dan Gideon Bastian bisa bertahan dengan cinta mereka? Ikuti yuuuks ,,, kisahnya bersama author. Cerita ini murni dari hasil imajinasi author sendiri untuk seseorang yang sangat spesial dalam hidup author sebagai kado istimewa di hari teristimewa nya ,,,, March01 ~ TianArlyn.
Ketika cinta diabaikan, Ketika cinta tidak dihargai, Ketika cinta dikhianati, Semuanya akan hilang, ketika cinta tidak lagi bermain dengan perasaan. Semuanya akan lenyap, ketika cinta telah kalah oleh logika. Semuanya akan musnah, ketika cinta sudah habis kesabaran. "Aku membencimu! Aku sangat membencimu! Hati istri mana yang tidak tersakiti, jika suami yang telah bersumpah untuk menjaga istrinya di depan Tuhan, lebih mempercayai ucapan orang lain dibandingkan dengan ucapan istrinya sendiri!" "Lalu, aku harus bagaimana?!" Dengan amarah yang tak tertahan serta air mata menggenangi kelopak mata, Adeline menatap tajam wajah suaminya. "Hanya sebesar itukah, kamu percaya padaku?!" "Jangan membuatku berada diposisi yang sulit Adeline!" "Posisi yang sulit?!" Adeline tersenyum kecut. "Ok! Baik, baiklah. Aku akan mempermudah posisimu! Aku akan membebaskan dirimu, hidupmu dan keluargamu! Bayangan dirimu sekalipun, akan aku bebaskan!" "Adeline Shabira! Apa maksudmu?!" Penyesalan selalu datang terlambat, setelah badai besar yang terjadi dalam ikatan pernikahan mereka. Kebenaran mulai muncul satu per satu, tapi semuanya sudah terlambat. Cinta dan kepercayaan telah menguap bersama angin. Hati yang telah mengeras, akankah bisa mencair kembali? Hati yang telah terluka, akankah bisa memaafkan kembali? Hati yang telah kosong, akankah bisa terisi kembali? Note : Bijaklah dalam membaca 18+ Karya ini murni dari hasil imajinasi author sendiri tanpa ada maksud untuk menyinggung unsur manapun atau pihak manapun.
Sinopsis : "Menikah denganmu?!" Qeiza Noura syok. Setelah putus dari pacarnya, Arlando sang sahabat masa kecil tiba-tiba menawarkan sebuah pernikahan. Periodenya hanya satu tahun dan keduanya boleh mencari cinta sejati dimasa itu. Lantas, mungkinkah, pernikahan yang berlandaskan perjanjian akan berakhir sesuai dengan waktu yang telah ditentukan atau justru benih-benih cinta mulai muncul di hati keduanya?
Virgolin Asteria, Dokter ahli bedah kecantikan diculik pria asing dari dunia yang berbeda. Dibawah tekanan dan ancaman agar bisa menyembuhkan Ratu yang terluka, Virgolin mengerahkan semua kemampuannya untuk menyembuhkan Ratu demi mempertahankan nyawanya yang di ujung tanduk. Di ujung ketidakpastian hidupnya, muncul secercah harapan. Pintu yang memisahkan antara dunianya dan dunia yang sekarang ditempatinya terbuka, tapi Dokter Virgolin malah terhimpit dilema karena hatinya telah terpaut pada sang penculik, Pangeran Pisceso Helios. Akankah Dokter Virgolin pulang ke tempat asalnya di mana keluarga besarnya tinggal atau tetap bertahan bersama cintanya di tempat yang benar-benar asing baginya.
Pertemuan yang tanpa disengaja antara Melodi Celena Wijaya, gadis muda 21 tahun dengan Cleon Helios Lewis 30 tahun, pria berhati dingin pewaris tunggal perusahaan besar telah membuat apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. "Jangan mendekat! Cleon! Stop!" teriak Melodi ketakutan, gadis berlesung pipi wajah oriental menatap tajam pria blasteran yang terus berjalan mendekatinya. "Kenapa? Aku kekasihmu! Apa aku salah jika ingin menyentuhmu?!" "Mimpi! Kamu bukan kekasihku! Kamu, pria gila yang hanya menginginkan tubuhku! Pergi! Jangan menyentuhku!" teriak Melodi. Jarak, ruang dan waktu. Amarah, benci dan cinta. Alunan simphoni kehidupan yang terlantun indah dalam mengiringi alur hidup setiap insan dimuka bumi ini. Bagai bulan dan matahari, Bagai siang dan malam, Perbedaan yang menyatukan, bagai simponi indah dalam ikatan yang mewarnai setiap insan di dunia ini menjadi selaras, seiya dan sekata.
"Meskipun merupakan gadis yatim piatu biasa, Diana berhasil menikahi pria paling berkuasa di kota. Pria itu sempurna dalam segala aspek, tetapi ada satu hal - dia tidak mencintainya. Suatu hari setelah tiga tahun menikah, dia menemukan bahwa dia hamil, tetapi hari itu juga hari suaminya memberinya perjanjian perceraian. Suaminya tampaknya jatuh cinta dengan wanita lain, dan berpikir bahwa istrinya juga jatuh cinta dengan pria lain. Tepat ketika dia mengira hubungan mereka akan segera berakhir, tiba-tiba, suaminya tampaknya tidak menginginkannya pergi. Dia sudah hampir menyerah, tetapi pria itu kembali dan menyatakan cintanya padanya. Apa yang harus dilakukan Diana, yang sedang hamil, dalam jalinan antara cinta dan benci ini? Apa yang terbaik untuknya?"
Rumornya, Laskar menikah dengan wanita tidak menarik yang tidak memiliki latar belakang apa pun. Selama tiga tahun mereka bersama, dia tetap bersikap dingin dan menjauhi Bella, yang bertahan dalam diam. Cintanya pada Laskar memaksanya untuk mengorbankan harga diri dan mimpinya. Ketika cinta sejati Laskar muncul kembali, Bella menyadari bahwa pernikahan mereka sejak awal hanyalah tipuan, sebuah taktik untuk menyelamatkan nyawa wanita lain. Dia menandatangani surat perjanjian perceraian dan pergi. Tiga tahun kemudian, Bella kembali sebagai ahli bedah dan maestro piano. Merasa menyesal, Laskar mengejarnya di tengah hujan dan memeluknya dengan erat. "Kamu milikku, Bella."
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?
Rumor menyatakan bahwa Fernanda, yang baru kembali ke keluarganya, tidak lebih dari orang kampung yang kasar. Fernanda hanya melontarkan seringai santai dan meremehkan sebagai tanggapan. Rumor lain menyebutkan bahwa Cristian yang biasanya rasional telah kehilangan akal sehatnya dan jatuh cinta pada Fernanda. Hal ini membuatnya jengkel. Dia bisa menolerir gosip tentang dirinya sendiri, tetapi fitnah terhadap kekasihnya sudah melewati batas! Lambat laun, ketika berbagai identitas Fernanda sebagai seorang desainer terkenal, seorang gamer yang cerdas, seorang pelukis terkenal, dan seorang raja bisnis yang sukses terungkap, semua orang menyadari bahwa merekalah yang telah dibodohi.
Pernikahan itu seharusnya dilakukan demi kenyamanan, tapi Carrie melakukan kesalahan dengan jatuh cinta pada Kristopher. Ketika tiba saatnya dia sangat membutuhkannya, suaminya itu menemani wanita lain. Cukup sudah. Carrie memilih menceraikan Kristopher dan melanjutkan hidupnya. Hanya ketika dia pergi barulah Kristopher menyadari betapa pentingnya wanita itu baginya. Di hadapan para pengagum mantan istrinya yang tak terhitung jumlahnya, Kristopher menawarinya 40 miliar rupiah dan mengusulkan kesepakatan baru. "Ayo menikah lagi."
Setelah diusir dari rumahnya, Helen mengetahui bahwa dia bukanlah putri kandung keluarganya. Rumor mengatakan bahwa keluarga kandungnya yang miskin lebih menyukai anak laki-laki dan mereka berencana mengambil keuntungan dari kepulangannya. Tanpa diduga, ayah kandungnya adalah seorang miliarder, yang melambungkannya menjadi kaya raya dan menjadikannya anggota keluarga yang paling disayangi. Sementara mereka mengantisipasi kejatuhannya, Helen diam-diam memegang paten desain bernilai miliaran. Dipuji karena kecemerlangannya, dia diundang menjadi mentor di kelompok astronomi nasional, menarik minat para pelamar kaya, menarik perhatian sosok misterius, dan naik ke status legendaris.