gan tenangnya, sepeda motor yang
balik maskernya. "Arlyn!
nggil melihat ke
tar ke Toko Roti D
ke Toko
roti, Arlyna. Masa beli material! B
bodoh, malah tersenyum dibalik mask
njuk Silvi ke sebuah bangunan yang terli
ya dan berhenti tepat di depan T
n dan melepas helmnya. "Kamu mau
api jangan lama! Beliin
setelah memberikan helmnya pada Arlyn
epas helm yang dipakainya. "Gerah banget, aku bis
orang-orang yang berlalu lalang, ada juga peda
a. Entah sudah berapa ratus kali Arlyn melihat ke arah pin
i dalam?" gumam Arlyn melihat jam hello Ki
an untuk menyusul Silvi. Setelah menaruh helm dan memastikan sep
sedang duduk dengan man
duduk manis di sini. Aku di luar keri
dipanggang," jawab Silvi menarik
panggang?!" tanya Arlyna dengan suara keras sehingga mem
k-garuk kepala melihat ekspresi
uga percuma, nanti yang ada malah
suk seorang pria dengan postur tubuh ting
Arlyn. "Lihat pria berto
gilan masuk dari Mamanya. "Aku mau angkat telepon seben
ihat ke seluruh ruangan yang didesain klasik, sese
on, langsung duduk ke
Silvi tanpa mengalihkan pa
t Silvi. "Lihat siapa sih?!
dengan matanya. "Menurutmu, pria
n. "Yang mana? Pria bertopi ad
! Kalau yang satu lagi, itu pelayan toko! Da
darah Arlyn berdesir ketika iris matanya bera
a Silvi. Tidak tahu, jika Arlyn sedang memben
gnya juga berdetak dengan kencang seakan mau meloncat ke luar. "Ya Tu
su, Silvi kembali menyenggol l
ya apa tadi?" tanya Arlyn gugup m
lvi heran melihat kegug
. tidak. Aku baik-baik saja
i seorang pelayan toko datang mendekat dan lan
an Arlyn ke luar dari toko. Jantung Arlyn semakin berdetak kencan
etelah mereka sudah berada di ata
nya?" tanya A
roti tadi," jawab Silvi. "K
akan Silvi memang benar, dirinya seperti sedang kerasukan sesuat
ng masuk membuka pintu pagar. Sementara Silv
egitu melihat putrinya baru
angsung pergi begitu
Mama heran melihat Arlyn tidak s
ka sepatu sneaker putih yang dari pagi dengan seti
.
banyak ditumbuhi tanaman hias di dal
ilnya pada asiste
ang dengan celemek y
an in
ada dibeberapa kantung lan
Tian?" Oma baru ke
a O
tanya Oma melihat T
i aku pulang sendirian. Malas bang
gnya bagaimana?" t
hkan bukan besar lagi, tapi sudah dewasa banget, m
ana sendirian, dia selalu diantar sopir. Kalau kamu tinggalka
g Omanya ucapkan. "Masa sih Mommy tidak t
ng? Mommy kamu itu sel
elepon Mommy. Nanti aku jemput kalau sudah
bajunya. "Ini ponsel Mommy kam