/0/12829/coverbig.jpg?v=ee4b3757035f73fb6961c1b6dc21e1f1)
Tinggal satu rumah dengan seorang madu tidaklah membuat Rumi nyaman, walaupun suaminya bilang bahwa dia tidak mencintai wanita lain selain Rumi dan terpaksa menikah atas permintaan Rumi, apakah Rumi tidak boleh merasa khawatir dan was-was? Apalagi kalau madunya adalah Salwa, adik tirinya yang sangat Rumi tahu seorang wanita yang licik. "Sudahlah Mas, akui saja. Sebenarnya Mas suka 'kan sama aku?" "Mas, apa benar Mas sudah mencintai Salwa?" "Maaf rumi, Mas tidak tahu kapan cinta itu datang. Tapi Mas tidak bisa berbohong, Mas sudah jatuh cinta pada Salwa." Dan pengakuan itulah yang membuat tubuh Rumi melemas, dadanya sesak, lidahnya kelu dan seketika air matanya luruh. Arumi nasha, wanita yang harus tinggal satu rumah dengan Salwa. Istri kedua dari suaminya yang tak lain adalah adik tiri Rumi.
Selama sakit, Rumi hanya bisa menghabiskan waktunya di tempat tidur.
Tidak bisa bergerak kecuali ke kamar mandi untuk wudhu, itu juga masih harus
sholat duduk di tempat tidur.
Bahkan selama dua hari terakhir, Mira lah
orang yang selalu mengantarkan makanan ke kamar Rumi.
Bukan karena Habib tidak
mau, tapi dia terlalu sibuk akhir-akhir ini hingga harus memberikan tugasnya pada
Mira.
Tak masalah, setidaknya dia masih memberi Rumi perhatian.
Sepanjang malam mereka tidur bersama, Habib juga selalu memeluk Rumj, tapi ada yang aneh padanya.
Di malam pertama setelah Rumi pulang, Rumi melihat bibirnya tampak bengkak.
Di malam kedua, Rumi melihat lehernya
dipenuhi noda merah, dan di malam ketiga, Rumi melihat noda merah serta
bibirnya yang bengkak itu secara bersamaan.
Maaf, bukannya Rumi mau
suudzon, tapi Rumi mencurigainya setelah
mencium parfum Salwa di tubuh lelaki ini.
Rumi istrinya, ia tahu bagaimana kondisi
suaminya setelah ... dia ciuman.
Mereka sudah melakukannya beberapa kali tahun lalu, dan itu cukup memberi Rumi gambaran apa yang terjadi di bibirnya, begitu juga dengan leher.
"Mir, apa kamu melihat ada sesuatu yang aneh pada mas Habib beberapa hari ini?" Tanya Rumi pada Mira saat dia sedang menidurkan Rizky.
"Aneh bagaimana, Bu?" Tanya balik Mira
"Entahlah, saya melihat mas Habib beberapa hari belakangan ini agak aneh.
Dia sering bangun tengah malam, entah
pergi ke mana, tapi saat kembali bibir dan
lehernya selalu merah. Itu mirip seperti ...
kalau saya dan Habib ciuman. Eum, maaf,
ya? Kalau ucapan saya terdengar tidak
sopan," jelas Rumi lebih rinci.
Mira terdiam, dia nampak tidak mau berkomentar tentang ini.
Tapi dia mengaku juga merasakan hal yang sama,
tepatnya perubahan sikap Habib yang
semakin lengket dengan Salwa.
Selama Rumi sakit, Salwa lah orang yang selalu
menyiapkan makanan untuk Habib, mereka bahkan sempat masak bersama
kemarin.
Pengasuh Rizky ini curiga jika Habib sudah
mulai menaruh simpati pada Salwa, bukan
hanya sekedar perlakuan baik, tapi juga
semakin dekat layaknya sepasang suami
istri.
Itu jelas melanggar perjanjian pernikahan mereka, dan Mira mulai
berpikir jika Habib sudah benar-benar
mencintai Salwa.
Hingga pada malam berikutnya, Rumi
memutuskan untuk tidak tidur.
Teringat pada malam pertama setelah ia pulang
dari peternakan, Habib sempat mempermasalahkan tentang Faisal yang
mengantar Rmi pulang.
Dia marah, Habib mengakui
kecemburuannya itu.
"Mas tidak suka jika
kamu terus-terusan dekat dengan lelaki
itu. Ingat, Rumi dia seorang duda, tidak ada alasan baginya untuk tidak mencintaimu!" Begitulah yang Habib katakan pada Rumi.
Mungkin kesempatan itulah yang Salwa
ambil untuk semakin mendekat pada
Habib.
Dan malam ini Rumi akan
membuktikannya sendiri.
Saat Habib
ke luar kamar, Rumi mengikuti ke mana dia pergi.
Alhamdulillah, badanya sudah jauh lebih baik.
Rumi bisa berjalan lagi, meski masih sedikit terasa sakit, tapi itu sama sekali
bukan masalah.
Habib pergi ke dapur, ternyata di sana
sudah ada Salwa yang sedang membuat
sandwich.
Siapa yang mau makan
sandwich malam-malam begini? Rumi rasa itu hanya alasan agar Salwa bisa ke dapur dan menunggu Habib.
"Belum tidur, Mas?" Tanya Salwa.
Habib hanya menggeleng. "Kamu sedang apa?" Tanya Habib.
"Membuat sandwich, kamu mau?" Tawar Salwa sambil menyodorkan sandwich pada Habib.
Lelaki brewokan itu mengangguk, dia mendekat untuk menggigit sepotong
sandwich berbentuk segitiga yang ada di
tangan Salwa, tapi wanita itu malah
memasukkan sebagian sandwich ke dalam
mulutnya, hingga Habib berhenti bergerak
dengan posisi wajah yang sudah dekat
dengan wajah Salwa.
Kejadian itu begitu cepat, membuat Habib
hampir tidak bisa mengerem
pergerakannya.
Mereka saling
berpandangan lama sekali, sampai akhirnya Salwa mengunyah habis
sandwich yang ada di mulutnya, dia
tersenyum lalu menarik kerah baju tidur
Habib agar semakin dekat dengannya.
Gerakan dagunya seolah memberi arti pada Habib untuk menggigit sisa sandwich di mulutnya, tapi Habib malah mengambil
sandwich itu dengan tangan.
"Mas, akui saja. Kamu sudah mencintaiku 'kan?" Tanya Salwa membuat Rumi semakin penasaran.
"Kamu bicara apa? Tidak jelas sekali." Tukas
Habib ingin pergi.
Tapi Salwa dengan cepat menghentikan langkah kaki Habib, menarik kembali lelaki itu ke hadapannya, mengambil tangan
kekarnya untuk di taruh di atas perut yang
buncit.
Usia kandungannya sudah hampir tujuh bulan, sudah semakin besar.
Habib tampak menelan saliva melihat
tatapan Salwa dengan rambutnya yang
terurai.
Entah sejak kapan dia berani membuka jilbabnya di depan Habib, Rumi
sendiri terkejut melihatnya berani memperlihatkan aurat di depan Habib.
Rumi menunggu jawaban Habib, sampai akhirnya lelaki itu mengalihkan
pandangan.
"Jangan bermain-main, Salwa. Kamu tahu kita menikah hanya karena
bayimu," ucap Habib pula.
"Kalau begitu katakan, katakan dengan
menatap mataku bahwa Mas Habib tidak
mencintaiku. Aku berjanji, jika Mas bisa
mengatakannya, maka aku akan berhenti
mengejarmu. Tapi jika Mas mencintaiku,
maka pernikahan kita tidak akan pernah
berakhir." Tangan kanan Salwa bergerak ke pipi
Habib untuk membuat lelaki itu menatapnya, sementara tangan kirinya ada
di pundak Habib.
Dia menunggu jawaban
yang sudah Rumi tunggu juga.
Lelaki itu semakin kesulitan mengendalikan diri,
jakunnya naik turun menelan air liur di
mulutnya.
Tubuh lelaki itu semakin panas dingin, hingga kedua manik mata mereka bertemu dan Habib tidak bisa berbohong.
Dia sudah mencintai Salwa, perhatian demi
perhatian kecil yang Salwa berikan datang
beriringan dengan rasa cemburunya
terhadap Rumi yang selalu di datangi Faisal.
Salwa tersenyum. "Terima kasih, Mas. Itu
sudah menjadi jawaban untukku," ucap Salwa sembari memeluk Habib.
"Mas!" Seru Rumi dari balik meja makan setelah tadi lama berjongkok.
Mereka berdua tampak terkejut, terutama
Habib yang langsung melepaskan pelukan
Salwa di tubuhnya.
Wajah terkejut itu persis seperti wajah maling yang
tertangkap basah, keringat dingin perlahan ke luar dari pori-pori kulitnya.
"Mas Habib mencintai Salwa?" Tanya Rumi dengan mata yang berkaca-kaca, bibirnya juga bergetar di buatnya.
"Eum ... ti-tidak, Mas hanya-"
"Jawab, Mas! Tatap mataku dan jawab pertanyaanku. Apa kamu sudah mencintai
Salwa?"Habib tidak mau menjawab, dia
menggeleng dan mengaku jika dia tidak
mencintai Salwa.
Tentu saja hal itu
membuat Salwa merasa tidak senang, karena Habib sudah mengakui cintanya
tadi.
Baik Rumi atau pun Salw, sama-sama menunggu jawaban pasti dari Habib.
Rumi meminta dia menatap matanya, mengatakan
hal yang sejujurnya.
Tak peduli seberapa
pahit kejujuran itu, tapi Rumi hanya ingin dia mengatakan hal yang sebenarnya.
Pandangan mata Habib mengarah pada Rumi
dengan sendu, seperti ada hal yang tertahan di dadanya.
Habib memegang kedua bahu Rumi, menatap matanya sembari berusaha
bersuara.
"Maafkan Mas, Rumi. Tapi ... Mas tidak bisa membohongi perasaan Mas
sendiri. Mas sudah jatuh cinta pada Salwa," ucapnya, membuat bahu Rumiseketika lemas.
Salwa sendiri tersenyum bahagia mendengarnya, kecuali Rumi yang tanpa
sadar meneteskan air mata.
Rumi menepis tangan Habib dengan kasar yang masih ada di bahu Rumi, rasanya masih tidak percaya
jika Habib berani mengakui hal ini padanya.
Janji suci yang dia ucapkan dulu seketika hilang entah ke mana, ketika dia merasaan
sebuah getaran di hatinya.
Habib menggeleng, berusaha untuk menarik Rumikembali tapi Rumi malah berjalan mundur.
"Rumi, tolong jangan marah. Mas tidak tahu kenapa semuanya bisa begini. Tapi ... Salwa memperlakukan Mas dengan baik,
dia juga menghormati Mas. Hari-hari yang
Mas lewati bersamanya, membuat cinta itu
datang secara tak sengaja. Mas tidak bisa
mengendalikannya," ucap Habib.
Lidah Rumj kelu, tak mampu mengatakan apa pun selain menangis.
Hancur, remuk, hingga tak berbentuk bagai di landa badai pasir.
Hatinya luluh lantak seketika, rasanya
tidak bisa di gambarkan.
Seketika itu juga,
istana kebahagiaan yang sudah Rumi bangun runtuh dalam sekejab.
"Rumi!" panggil Habib ketika Rumi pergi dengan
langkah cepat meninggalkan mereka.
"Jangan di kejar, Mas! Mbak Rumi tidak akan
pernah mau mendengarkanmu." Cegah
Salwa menarik tangan Habib.
Di tinggal di hari pernikahan, membuat July shock sampai jatuh terbaring di rumah sakit. Namun semua itu tidak berlangsung lama, setelah beberapa hari pulang dari rumah sakit, July mencoba untuk membuang kenangan buruk itudengan Bodyguardnya, David.
Selama dua tahun, Brian hanya melihat Evelyn sebagai asisten. Evelyn membutuhkan uang untuk perawatan ibunya, dan dia kira wanita tersebut tidak akan pernah pergi karena itu. Baginya, tampaknya adil untuk menawarkan bantuan keuangan dengan imbalan seks. Namun, Brian tidak menyangka akan jatuh cinta padanya. Evelyn mengonfrontasinya, "Kamu mencintai orang lain, tapi kamu selalu tidur denganku? Kamu tercela!" Saat Evelyn membanting perjanjian perceraian, Brian menyadari bahwa Evelyn adalah istri misterius yang dinikahinya enam tahun lalu. Bertekad untuk memenangkannya kembali, Brian melimpahinya dengan kasih sayang. Ketika orang lain mengejek asal-usul Evelyn, Brian memberinya semua kekayaannya, senang menjadi suami yang mendukung. Sekarang seorang CEO terkenal, Evelyn memiliki segalanya, tetapi Brian mendapati dirinya tersesat dalam angin puyuh lain ....
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
Apa yang terlintas di benak kalian saat mendengar kata CEO? Angkuh? Kejam? Arogan? Mohammad Hanif As-Siddiq berbeda! Menjadi seorang CEO di perusahaan besar seperti INANTA group tak lantas membuat dia menjadi tipikal CEO yang seperti itu. Dia agamis dan rajin beribadah. Pertemuan putrinya Aisyah dengan Ummi Aida, seorang office girl di tempat dimana dia bekerja, membuat pertunangannya dengan Soraya putri pemilik perusahaan terancam batal karena Aisyah menyukai Ummi yang mirip dengan almarhum ibunya. Dengan siapa hati Hanif akan berlabuh?
Amora Nouline selalu dibanding-bandingkan oleh sang ibu dengan kakak perempuannya sendiri bernama Alana Nouline! Dalam hal apapun Alana selalu unggul dari Amora, membuat sang Ibu lebih menyayangi Alana dibandingkan dengan Amora. Ketika dihadapkan dengan posisi sang ayah yang sakit parah dan memerlukan biaya rumah sakit yang tidak sedikit, Ibu dan kakak Amora sepakat untuk membujuk agar Amora menjual dirinya demi pengobatan sang ayah. Dengan hati teriris perih, terpaksa dan penuh ketakutan, Amora akhirnya menuruti keinginan ibu dan kakaknya demi kesembuhan sang ayah! Sialnya, malam itu laki-laki yang membeli Amora adalah seorang mafia dingin yang meskipun wajahnya teramat tampan namun wajah itu terlihat sangat menakutkan dimata Amora.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Cerita ini banyak adegan panas, Mohon Bijak dalam membaca. ‼️ Menceritakan seorang majikan yang tergoda oleh kecantikan pembantunya, hingga akhirnya mereka berdua bertukar keringat.