Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya. Setiap wanita yang telah menikah pasti akan memimpikan kehidupan yang bahagia dengan pasangannya, begitu juga dengan Syifa yang sangat memimpikan kehidupan rumah tangga yang bahagia bersama Rudi. Namun, semuanya hanya mimpi yang tidak akan pernah menjadi nyata, Rudi yang dia pikir bisa menjadi imam sekaligus suami yang baik justru malah tidak mengakuinya sebagai seorang istri di depan keluarganya. Bahkan dengan tega dia menikah kembali dengan Anita kekasih yang telah lama menjalin hubungan dengannya. Setelah 7 tahun pernikahan Syifa mulai dilanda kebingungan antara melepaskan atau mempertahankan pernikahannya.
"Mas ... aku hamil," ucap Syifa kepada laki-laki yang duduk di sampingnya sambil memberikan alat tes kehamilan kepada Rudi.
"Hah!hamil," jawab Rudi sambil terlihat kaget.
"Iya, aku hamil anakmu Mas," jawab Syifa sambil meyakinkan Rudi.
"Gawat, jika gadis ini benar-benar hamil habis 'lah riwayatku, apa kata orang jika aku menikahi gadis kampung dan tidak berpendidikan seperti ini," pikir Rudi sambil melirik ke arah Syifa dengan pandangan bingung.
"Mas! Kenapa diam, kamu mau tanggung jawab kan?" tanya Syifa sambil menyenggol pundak Rudi.
"Apa! kamu yakin itu anakku?" tanya Rudi dengan tatapan kaget dan takut jika Syifa memang sedang mengandung darah dagingnya.
"Apa maksudmu Mas, aku tidak pernah berhubungan badan dengan laki-laki manapun selain kamu!" bentak Syifa sambil menangis.
"Ya mungkin saja itu anak laki-laki lain, kita hanya berhubungan badan sekali jadi tidak mungkin bisa hamil secepat itu," jawab Rudi dengan nada ketakutan.
"Jangan asal bicara ya Mas! Aku hanya melakukan hubungan itu cuma dengan kamu, pokoknya kamu harus tanggung jawab atas kehamilanku ini!" bentak Syifa kepada Rudi sambil berdiri.
"Jangan harap aku akan bertanggung jawab dan menikahimu," jawab Rudi sambil meninggalkan Syifa yang mulai meneteskan air mata.
Setelah mendengar ucapan Rudi, Syifa langsung berlari sambil menangis. Dia tidak menyangka laki-laki yang dia percaya saat ini tega menyakitinya. Sejenak Syifa terdiam sambil terisak memikirkan kesalahannya karena telah mempercayai Rudi. Syifa memang hanya gadis kampung yang tidak begitu paham tentang indahnya cinta dan kecanggihan dunia luar, tetapi dibalik sifat lugu dan kampungan yang dia miliki membuatnya menjadi seorang gadis yang sangat lembut dan patuh. Syifa yang merasa sakit terhadap sikap Rudi kini memilih duduk di dekat sungai kecil yang tidak jauh dari desanya. Sepanjang hari Syifa menangis sambil memikirkan nasib anak yang dia kandung.
Sesaat Syifa mulai mengingat tentang indahnya hubungan terlarang yang telah dia lakukan dengan Rudi. Sore itu Rudi yang baru selesai mengawasi sebuah Proyek pembangunan di desa itu berniat untuk menemui Syifa dan mengajaknya jalan-jalan dengan menggunakan sebuah motor milik salah satu pekerja. Syifa yang dari awal memang memiliki perasaan lebih terhadap Rudi pun bersedia untuk menerima ajakan sang kekasih.
"Sore ini kamu terlihat begitu cantik," ucap Rudi sambil mendekat ke telinga Syifa dan membelai rambut panjang Syifa.
"Terima kasih Mas," jawab Syifa lembut sambil menutup matanya.
Rayuan demi rayuan Rudi ucapkan sambil perlahan-lahan mengecup bibir mungil Syifa, Syifa yang Saat itu sudah terlena dengan rayuan Rudi mulai membalas setiap kecupan yang dilakukan sang kekasih dengan mata masih tertutup. Ciuman dan cumbuan yang mereka lakukan akhirnya membuat mereka melakukan hubungan suami istri di gubuk tersebut. Syifa yang sudah terlena dengan rayuan manis sang kekasih begitu sangat menikmati setiap permainan Alex terhadap tubuhnya.
"Apa boleh kita melakukan hubungan terlarang ini Mas," tanya Syifa dengan mata yang masih tertutup.
"Tidak masalah Sayang, aku akan bertanggung jawab jika sesuatu terjadi kepadamu nanti," jawab Rudi sambil menyusuri setiap lekuk tubuh syifa.
Langit senja hari itu menjadi saksi bisu hubungan terlarang antara Rudi dan Syifa, ciuman dan kecupan liar pun Rudi lakukan hampir di seluruh tubuh Syifa. Syifa yang mulai menikmati perlakuan Rudi terhadapnya mulai membalas setiap ciuman Rudi. Sehingga terjadilah hubungan terlarang atas dasar cinta antara Rudi dan Syifa di sebuah gubuk tua.
Terlihat sebuah noda darah segar yang keluar dari area sensitif Syifa karena robeknya sebuah mahkota kewanitaan Syifa. Setelah puas melakukan hubungan layaknya suami istri, Rudi pun mengantar Syifa pulang ke rumahnya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Syifa yang saat itu merasakan sakit di bagian sensitifnya berusaha untuk tetap berjalan tegak di hadapan orang tuanya.
Pertemuan yang tidak disengaja antara Rudi dan Syifa terjadi saat Syifa diminta oleh Ibu Sari untuk mengantar makanan yang dipesan Rudi kepada Sang ibu. Rudi yang saat itu bekerja sebagai kontraktor di perusahaan sang ayah mulai jatuh cinta saat melihat wajah manis Syifa yang hanya bekerja sebagai buruh tani di sawah milik Pak Kades . Selain sebagai seorang buruh tani Syifa juga bekerja sebagai karyawan di sebuah toko sembako kecil di pasar. Syifa yang sedang melamun akhirnya tersadar setelah mendengar suara adzan magrib dari salah satu masjid.
"Seandainya aku mendengarkan kata-kata Ibu untuk tidak terlalu percaya dengan ucapan laki-laki semua ini pasti tidak akan terjadi, apa yang harus aku lakukan sekarang, tidak mungkin aku bicara kepada Bapak dan Ibu tentang kehamilanku, ya mungkin lebih baik aku sembunyikan saja kehamilanku ini, lagi pula perutku juga tidak terlihat besar," pikir Syifa yang saat itu belum terlalu paham tentang masa kehamilan.
Menurut Syifa yang saat itu masih berusia 19 tahun hamil adalah sebuah masa di mana ada seorang bayi di dalam perut seorang perempuan yang akan keluar setelah berusia 9 bulan. Dia tidak tahu bagaimana perjuangan serta tahapan-tahapan yang dialami seorang perempuan selama masa kehamilan. Setelah mengetahui kehamilan Syifa, Rudi yang awalnya sering berkunjung bahkan mengajak Syifa jalan-jalan keliling kampung setiap sore kini justru menjauhi Syifa.
Syifa yang saat itu hanya bekerja di sebuah toko kecil di sebuah pasar tradisional yang tak jauh dari rumahnya, kini harus berjuang mengumpulkan uang lebih banyak lagi untuk kehidupan keluarganya dan anak dalam kandungannya. Setelah uang yang dikumpulkan dirasa cukup Syifa pun berangkat ke sebuah Bidan yang bernama Indri, Bidan Indri adalah seorang bidan yang terkenal di desanya. Informasi itu pun dia dapat dari percakapan seorang Ibu-Ibu saat berbelanja di toko tempat dia bekerja.
"Selamat Sore, Bu Bidan," sapa Syifa sambil masuk ke ruangan Bidan.
"Selamat sore Mbak, ada yang bisa saya bantu Mbak," tanya Bidan Indri saat Syifa sudah duduk di kursi.
"Saya ... saya mau memeriksakan kehamilan saya Bu," jawab Syifa ragu-ragu.
"Oh ... silahkan tidur disini, Mbak," perintah Bidan Indri kepada Syifa sambil menunjuk ke arah sebuah kasur kecil di pojok ruangan.
Syifa yang masih awam dengan kehamilan hanya bisa menurut dengan apapun yang diperintahkan sang Bidan desa kepadanya. Tahap demi tahap pemeriksaan telah dilakukan oleh sang Bidan, Terlihat rasa takut di wajah Syifa saat Bidan Indri mulai melakukan pemeriksaan terhadap dirinya. Setelah Bidan Indri selesai beliau meminta syifa untuk kembali duduk di kursi.
"Bagaimana hasilnya Bu Bidan?" tanya Syifa dengan sedikit ragu.
"Sehat kok Mbak ... ngomong-ngomong suaminya kenapa tidak ikut, soalnya saya mau menjelaskan tentang kehamilan Mbak Syifa, apalagi ini kehamilan pertama dan dengan usia Mbak Syifa yang masih terlalu muda," ucap Bidan Indri.
"Suami saya ... ehm ... itu dia sedang bekerja di kota Bu," jawab Syifa ragu-ragu.
"Baik kalau begitu saya jelaskan sekarang ya Mbak, kehamilan Mbak Syifa sehat dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tapi, saya harap Mbak Syifa jangan terlalu capek dan mengangkat yang berat -berat karena kandungan Mbak Syifa masih terlalu muda, ini saya berikan beberapa Vitamin untuk Mbak Syifa dan janin yang di dalam kandungan," jelas Bidan Indri sambil menyerahkan sebuah kantong berisi beberapa vitamin.
"Terima kasih Bu Bidan, kalau begitu saya permisi dulu Bu," ucap Syifa sambil menerima kantong plastik, kemudian berdiri dan meninggalkan ruangan Bidan Indri.
Setelah keluar dari ruangan Bidan, Syifa langsung melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah. Ditengah perjalanan Syifa bertemu dengan Rudi yang sedang berjalan dengan 2 orang sahabatnya yang sekaligus salah satu pekerja di proyek yang sama dengan Rudi ke arah balai Desa. Karena saat ini di Balai Desa memang sedang ada acara bersih Desa jadi banyak warga yang sudah hadir di balai Desa sejak sore, untuk menyaksikan rangkaian acara yang diadakan oleh Kepala Desa.
"Assalamualaikum Mas Rudi," ucap Syifa sambil berhenti dan melihat ke arah Rudi.
Rudi yang saat itu sedang bercanda dengan karyawannya sama sekali tidak menjawab salam yang diucapkan Syifa, bahkan dia tetap berjalan tanpa melihat ke arah Syifa. Hal ini membuat kedua sahabat Rudi sedikit curiga dengan sikap Rudi kepada Syifa. Hingga membuat salah satu teman yang bernama Reno mulai memberanikan diri untuk bertanya kepada Rudi.
"Tumben, Bos kita yang tampan ini cuek kepada sang pujaan hati," ledek Reno sambil memegang pundak Rudi.
"Iya nih ... memang kalian sedang bertengkar ya Rud?" tanya Anjas.
"Kan hubunganku hanya sekedar taruhan saja ... dan sekarang kalian harus membayar aku ya," jawab Rudi sambil terus berjalan dan tertawa.
"Gila kamu ... anak orang hanya dijadikan bahan taruhan saja," ledek Reno dan Anjas sambil tertawa.
***
Kehamilan Syifa saat ini sudah menginjak usia 3 bulan, rata-rata Ibu hamil mulai merasakan mual, muntah dan kelelahan. Suatu pagi saat Syifa baru saja bangun dari tidur, tiba-tiba dia merasakan mual yang luar biasa hingga dia harus berlari ke kamar mandi selama beberapa kali. Kejadian itu berlangsung selama satu bulan, hingga membuat sang Ibu curiga, dan mulai bertanya kepada Syifa.
"Kamu kenapa toh Nduk, Ibu lihat kamu sering muntah-muntah hampir sebulan ini, kamu baik-baik saja kan?" tanya sang Ibu sambil duduk di samping Syifa yang sedang berbaring ditempat tidur.
Syifa yang mendengar ucapan sang Ibu langsung terkejut dan terdiam. Saat itu yang ada di pikirannya adalah bagaimana caranya menyembunyikan kehamilannya yang sudah memasuki usia 3 bulan. Bagaimana cara menyampaikan kepada orang tuanya tentang apa yang sudah terjadi kepadanya.
"Ya Allah, apa yang harus aku lakukan sekarang," batin Syifa sambil membelakangi ibunya.
Warni adalah seorang bidan yang terkenal baik dan ramah di Desa Tlogo Ungu. Akibat keramahannya itu banyak wanita hamil yang merasa nyaman memeriksakan kehamilannya di rumah bersalin yang dibuka Warni 2 tahun yang lalu. Namun, siapa sangka di balik keramahan dan kebaikan yang diberikan Warni tersimpan sebuah rahasia yang tidak diketahui orang lain. Warni yang dulunya hanya putri seorang petani miskin di desa Tlogo Ungu kerap mendapat hinaan dari warga desa. Bahkan sampai dia berhasil menjadi seorang bidan pun warga desa masih tetap menganggapnya rendah, serta menolak memeriksakan kehamilannya kepada Warni. Mereka rela berjalan jauh ke kota demi memeriksakan kandungannya, bahkan tak jarang Warga desa menghadang pasien dari luar desa yang ingin ke tempat prakteknya. Warni yang sakit hati, serta khawatir jika usaha yang di bangunnya bangkrut memutuskan untuk melakukan pesugihan siluman ular putih dengan bantuan temannya yang bernama Romlah. Siluman ular putih yang kerap dipanggil Nyai Sukma bersedia membantu Warni dalam mendapatkan pundi-pundi kekayaan. Namun, Nyi Sukma meminta Warni untuk menyiapkan satu wanita yang melahirkan pada kamis malam jumat kliwon, serta untuk tumbal pertama Warni harus bersedia menyerahkan bayi yang baru saja dilahirkannya kepada Nyai Sukma sebagai pembukaan. Bersediakah Warni menyerahkan anak pertamanya sebagai tumbal, lalu apa saja yang dialami Warni setelah menyetujui perjanjiannya dengan Siluman ular putih tersebut?
Kisah ini sengaja saya ambil dari kisah dan penggalaman pribadi saya sendiri. Bukan untuk membuka aib, tapi saya ingin mengatakan kepada dunia jika perbedaan usia, status dan jabatan bukanlah jaminan jika sebuah rumah tangga akan bahagia. Yang di butuhkan adalah saling terbuka, kejujuran dan saling sadar jika kehadiran kita untuk pasangan adalah untuk melengkapi kekurangan pasangan kita. Disini saya ingin menunjukkan bagaimana perjuangan suami saya dalam mengajarkan islam dan membantu saya memulai kehidupan yang baru. Sosok wanita yang sama sekali tidak menggenal islam bahkan nekad keluar dari islam kini sedikit lebih tahu tentang islam. Serta seberapa sabar suami saya menghadapi cemooh keluarganya tentang masa lalu saya dan bagaimana kuatnya dia bertahan merawat saya yang sedang sakit sampai saat. Semoga segala lelah dan kerja keras para suami bisa di balas dengan pahala serta kesehatan dan rejeki yang berlimpah.
Namaku Rani aku adalah ibu sekaligus ayah untuk putri tunggalku yang bernama Luna. Luna tidak seperti anak pada umumnya. Dia memiliki gangguan pada pendengarannya sejak bayi. Semua itu terjadi karena aku sedang depresi karena perilaku kasar suamiku. Hingga membuatku nekat melakukan aborsi kepada anak yang aku kandung. Namun, Allah berkehendak lain janin yang ada di dalam kandunganku selamat dan kini menjadi seorang gadis yang sangat cantik. Mas Niko suamiku yang kasar itu meninggalkanku entah kemana. Sejak Luna lahir kedunia dia tidak pernah melihat sosok ayahnya. Kini setelah Mas Niko pergi aku harus berjuang untuk kehidupanku dan Luna di masa depan. Karena aku tidak ingin apa yang aku alami saat ini dirasakan juga oleh putri kecilku.
Semua wanita pasti berharap kehadirannya bisa diterima dengan baik oleh keluarga suami. Namun, tidak jarang banyak wanita yang mengalami nasib buruk saat berada di antara keluarga besar sang suami. Hal ini juga dialami oleh Nia seorang gadis lugu yang terlahir dari keluarga broken home dan kurang mampu. Pernikahan bahagia, serta hangatnya kasih sayang dari mertua dan saudara ipar ternyata hanyalah sebuah mimpi indah bagi Nia. Pasalnya kehadirannya Nia di tengah keluarga Riko justru hanya dianggap sebagai seorang pembantu rumah tangga. Tidak hanya itu, Riko yang seharusnya bisa menjadi suami yang menjaga dan mendidik Nia dalam segala hal justru tega menjerumuskan sang istri pada lembah maksiat. Sifat pemalu, gengsi yang besar, serta kurang sifat tanggung jawab membuat Riko memiliki banyak hutang. Hampir setiap hari rumah mereka selalu didatangi oleh dekoleptor yang ingin menagih hutang dalam jumlah yang cukup besar. Riko merasa tidak nyaman tega menjual sang istri pada laki-laki hidung belang baik secara online maupun pada temannya. Mampukah Nia melepaskan diri dari jeratan dunia malam yang diperkenalkan oleh sang suami?
Setiap wanita pasti berharap jika hanya dia yang menjadi wanita satu-satunya di hati suaminya. Begitu juga yang diharapkan Laila, seorang gadis desa yang kini telah menikah dengan Yoga seorang pria kaya dari kota. Pernikahan mereka memang terjadi karena perjodohan. Namun, Laila berharap Yoga bisa mencintainya seiring berjalannya waktu. Tetapi semua itu ternyata hanyalah sebuah mimpi bagi Laila. Yoga yang memang tidak pernah menerima perjodohan ini diam-diam telah menikah dengan Tasya seorang wanita yang bekerja sebagai resepsionis di hotel miliknya. Tidak hanya itu, Yoga pun akhirnya mengajak Tasya untuk tinggal bersama dengan Laila dalam satu atap. Mampukah Laila menjalani hidup dalam satu atap bersama madunya?
Kesuksesan sebagai seorang Desainer dan pemilik sebuah butik terkenal membuat Intan melupakan persoalan cintanya. Hingga sampai usianya menginjak 30 tahun Intan belum juga memiliki suami ataupun seorang kekasih. Hal itu membuat orang-orang menyebutnya dengan perawan tua, bahkan sang ibu kerap mendapat cibiran dari para tetangga karena status lajang Intan. Karena alasan itulah Sukma terus mendesak Intan untuk segera mencari kekasih dan segera menikah. Desakan Sukma ternyata membuat Intan tertekan, hingga dia pun menceritakan permasalahan yang dihadapinya kepada sahabat baiknya yang bernama Luna. Mendengar cerita Intan yang belum mendapat jodoh, serta sikap Intan yang cuek dan dingin terhadap lawan jenis membuat Luna berpikir jika Intan mendapat sihir dari seseorang. Bahkan Luna pun menyarankan Intan untuk mencari pengobatan alternatif untuk mengeluarkan ilmu sihir yang ada di dalam tubuhnya. Mampukah Intan menemukan jodoh terbaik untuknya, dan apa benar jika dalam tubuh Intan ada ilmu sihir yang sengaja dikirim seseorang?
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...
“Usir wanita ini keluar!” "Lempar wanita ini ke laut!” Saat dia tidak mengetahui identitas Dewi Nayaka yang sebenarnya, Kusuma Hadi mengabaikan wanita tersebut. Sekretaris Kusuma mengingatkan“Tuan Hadi, wanita itu adalah istri Anda,". Mendengar hal itu, Kusuma memberinya tatapan dingin dan mengeluh, “Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?” Sejak saat itu, Kusuma sangat memanjakannya. Semua orang tidak menyangka bahwa mereka akan bercerai.
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
Neneng tiba-tiba duduk di kursi sofa dan menyingkapkan roknya, dia lalu membuka lebar ke dua pahanya. Terlihat celana dalamnya yang putih. “Lihat Om sini, yang deket.” Suradi mendekat dan membungkuk. “Gemes ga Om?” Suradi mengangguk. “Sekarang kalo udah gemes, pengen apa?” “Pengen… pengen… ngejilatin. Boleh ga?” “Engga boleh. Harus di kamar.” Kata Neneng terkikik. Neneng pergi ke kamar diikuti Suradi. Dia melepaskan rok dan celana dalamnya sekaligus. Dia lalu berbaring di ranjang dan membentangkan ke dua pahanya.
Joelle mengira dia bisa mengubah hati Adrian setelah tiga tahun menikah, tetapi dia terlambat menyadari bahwa hati itu sudah menjadi milik wanita lain. "Beri aku seorang bayi, dan aku akan membebaskanmu." Pada hari Joelle melahirkan, Adrian bepergian dengan wanita simpanannya dengan jet pribadi. "Aku tidak peduli siapa yang kamu cintai. Utangku sudah terbayar. Mulai sekarang, kita tidak ada hubungannya satu sama lain." Tidak lama setelah Joelle pergi, Adrian mendapati dirinya berlutut memohon. "Tolong, kembalilah padaku."