/0/17345/coverbig.jpg?v=9169bfb21233e800c546f4975ec22ff8)
Warni adalah seorang bidan yang terkenal baik dan ramah di Desa Tlogo Ungu. Akibat keramahannya itu banyak wanita hamil yang merasa nyaman memeriksakan kehamilannya di rumah bersalin yang dibuka Warni 2 tahun yang lalu. Namun, siapa sangka di balik keramahan dan kebaikan yang diberikan Warni tersimpan sebuah rahasia yang tidak diketahui orang lain. Warni yang dulunya hanya putri seorang petani miskin di desa Tlogo Ungu kerap mendapat hinaan dari warga desa. Bahkan sampai dia berhasil menjadi seorang bidan pun warga desa masih tetap menganggapnya rendah, serta menolak memeriksakan kehamilannya kepada Warni. Mereka rela berjalan jauh ke kota demi memeriksakan kandungannya, bahkan tak jarang Warga desa menghadang pasien dari luar desa yang ingin ke tempat prakteknya. Warni yang sakit hati, serta khawatir jika usaha yang di bangunnya bangkrut memutuskan untuk melakukan pesugihan siluman ular putih dengan bantuan temannya yang bernama Romlah. Siluman ular putih yang kerap dipanggil Nyai Sukma bersedia membantu Warni dalam mendapatkan pundi-pundi kekayaan. Namun, Nyi Sukma meminta Warni untuk menyiapkan satu wanita yang melahirkan pada kamis malam jumat kliwon, serta untuk tumbal pertama Warni harus bersedia menyerahkan bayi yang baru saja dilahirkannya kepada Nyai Sukma sebagai pembukaan. Bersediakah Warni menyerahkan anak pertamanya sebagai tumbal, lalu apa saja yang dialami Warni setelah menyetujui perjanjiannya dengan Siluman ular putih tersebut?
Malam ini Warni baru saja membantu seorang wanita muda yang bernama Linda dalam melakukan persalinan pertamanya. Seperti biasa setiap menyelesaikan tugasnya Warni selalu melihat kalender yang ada di ruang persalinan. Tepat seperti dugaan Warni, malam ini adalah malam jumat kliwon malam dimana dia harus menyerahkan satu tumbal kepada Nyi Sukma.
"Hari ini adalah hari kamis malam jumat kliwon, aku harus menyiapkan tumbal berikutnya untuk Nyai Sukma," batin Warni sambil melihat kalender yang ada di hadapannya.
"Bagaimana keadaan Istri dan Anak saya, Bu Bidan?" tanya Hartono saat melihat Warni keluar dari ruang bersalin.
"Istri dan anak Bapak sehat. Sebentar lagi kami akan memindahkannya ke kamar melati, tapi untuk sementara jangan dijenguk atau diganggu dulu, jadi Bapak bisa pulang dulu ke rumah." Bidan Warni menjelaskan sambil tersenyum ramah.
"Tapi bagaimana mungkin saya tidak boleh menjaga istri saya, sedangkan di rumah bersalin yang lain saja tidak ada masalah jika keluarga menjaga pasien," protes Hartono yang tidak terima dengan keputusan Warni.
"Wanita yang baru saja melahirkan tentu akan merasakan kelelahan yang luar biasa, jadi untuk memulihkan keadaannya dia harus banyak istirahat. Itulah kenapa kami melarang anggota keluarga untuk menjaga pasien," jawab Warni dengan tegas.
"Tapi ...."
Sambil tersenyum ramah, "Bapak bisa melihat kondisi Ibu Linda yang masih ada di ruang bersalin."
Sebenarnya ada rasa ragu dalam hatinya saat akan meninggalkan Linda. Namun, setelah melihat kondisi sang istri yang kelelahan Parto akhirnya bersedia meninggalkan sang istri dan pulang ke rumah. Warni memang tidak mengizinkan pasiennya di temani oleh keluarga mereka, ini di lakukannya untuk mempermudah Nyi Sukma mengambil tumbal yang disediakan untuknya.
"Sus. Pasien yang baru saja bersalin tolong pindahkan ke ruang melati," ucap Bidan Warni kepada seorang perawat.
"Baik, Bu Bidan," jawab seorang perawat bernama Sari sambil menutup sebuah buku yang ada di hadapannya.
Setelah memberi perintah kepada Sari, Warni pun langsung melangkahkan kakinya menuju ke ruangannya yang terletak di ujung koridor. Yuni salah satu perawat yang duduk di samping Sari terlihat sedikit curiga dengan perintah yang diberikan Warni. Pasalnya selama ini pasien yang diletakkan di kamar melati selalu berakhir tragis.
"Sari, aku ikut. Ya," ucap Yuni sambil menggenggam tangan Sari yang akan meninggalkan mejanya.
"Kamu 'kan harus membersihkan ruang bersalin. Jika Bidan Warni tahu kamu meninggalkan ruang bersalin dalam keadaan kotor dia akan marah," jawab Sari sambil menoleh ke arah Yuni.
"Sus, bagaimana keadaan putri saya?" tanya Linda kepada Sari dan Yuni.
"Alhamdulillah, Putri Ibu dalam keadaan sehat dia saat ini sudah ada di ruang bayi. Sekarang saya akan memindahkan Ibu ke ruang rawat inap," jawab Sari sambil tersenyum.
"Dek, Mas pulang dulu ya. Besok pagi Mas akan kesini lagi buat jemput kamu dan anak kita," ucap Hartono saat akan meninggalkan ruang bersalin.
"Tapi, Mas. Aku takut jika harus sendirian disini." Linda terlihat menahan tangis.
"Tidak apa-apa, disini 'kan ada Suster dan Bu Bidan. Besok setelah shalat subuh Mas janji akan langsung ke sini." Hartono berusaha untuk menenangkan sang istri.
"Iya, Bu. Kami disini akan menjaga Ibu Linda jadi Ibu tidak perlu takut," ucap Sari sambil tersenyum ramah.
Linda akhirnya menuruti perintah Hartono walaupun sambil menangis. Setelah Hartono meninggalkan ruang bersalin Sari langsung membawa Linda ke kamar melati dengan kursi roda. Warni yang saat ini sudah ada di ruangannya terlihat berbicara dengan seorang wanita cantik yang memiliki tubuh layaknya seekor ular.
"Bagaimana? apa sudah ada mangsa untukku malam ini," tanya wanita tersebut.
"Sudah, Nyai. Malam ini Nyai sudah bisa menemuinya di kamar melati, karena saya sudah perintahkan Perawat untuk membawa wanita itu ke kamar Tersebut." Warni menjawab sambil menunduk dan bersimpuh di hadapan wanita bertubuh ular tersebut.
"Bagus, aku suka jika kamu tidak melupakan kewajibanmu," ucap wanita ular itu sambil berlalu meninggalkan Warni yang masih bersimpuh.
Tidak ada yang tahu jika hampir 2 tahun ini Warni yang terkenal sebagai Bidan teladan, baik dan ramah ternyata melakukan perjanjian dengan siluman ular putih. Kondisi ekonomi yang sulit, serta hinaan para tetangga di masa lalu rupanya membuat Warni memiliki dendam yang sudah mendarah daging. Hingga akhirnya dia tega menjadikan warga Desa Tlogo Ungu sebagai tumbal pesugihannya.
"Aku yakin, besok pagi akan ada pasien yang lebih banyak lagi dari hari ini. Bahkan uang dan kekayaan yang aku miliki akan semakin bertambah," ucap Warni sambil tertawa lirih.
***
Keesokan harinya terlihat beberapa orang telah berdiri di depan ruang melati. Warni yang baru saja tiba di Klinik langsung berlari ke arah kerumunan orang tersebut. Rasa bahagia terlihat dari tatapan matanya saat melihat Linda tergeletak di ranjang dengan kondisi membiru di sekujur tubuhnya.
"Bagaimana ini, Bu Bidan. Kenapa Istri saya bisa meninggal seperti ini?" tanya Hartono yang tidak lain adalah suami dari pasien tersebut sambil menangis sesenggukan.
"Bapak tenang dulu, saya akan coba memeriksa pasien." Warni menjawab sambil mengusap pundak Hartono yang ada di hadapannya.
"Suster Yuni, tolong bawa semua orang keluar dari ruangan ini. Biar saya dan Suster Sari bisa memeriksa jenazah Ibu Linda," perintah Warni kepada Yuni.
Warni hanya mempekerjakan 4 orang perawat yang akan diganti setiap 12 jam sekali. Setelah meminta semua orang untuk keluar dari ruangan itu, Bidan Warni dengan ditemani Suster Sari langsung masuk untuk memeriksa apa penyebab kematian Linda. Di tempat terpisah terlihat beberapa Perawat sedang berbincang di meja resepsionis.
"Aneh, bagaimana mungkin Ibu Linda bisa tiba-tiba meninggal dunia," ucap Yuni yang saat itu ada di meja resepsionis.
"Kamu benar, sepertinya ada yang tidak wajar dengan kematian Ibu Linda," jawab Nur yang saat itu duduk di samping Yuni.
"Apa jangan-jangan ... ." tiba-tiba Yuni menghentikan ceritanya.
"Jangan-jangan apa. Sus?" tanya Hartono yang ternyata mendengar perbincangan mereka.
"Tidak. Pak, tidak ada apa-apa." Yuni terlihat gugup.
"Cepat katakan apa yang sebenarnya terjadi kepada Istri saya!" bentak Hartono hingga membuat Yuni dan perawat lain terkejut.
"Sudah, Nak. Ikhlaskan Istri mu, biarkan dia meninggal dengan tenang," bujuk Bu Asih sambil mengusap punggung Hartono.
"Tidak, Bu! Aku yakin ini pasti ada yang tidak beres dengan rumah bersalin ini!" teriak Hartono sambil menoleh ke arah sang ibu.
Disaat Hartono sedang mencari informasi tentang penyebab kematian istrinya melalui Perawat yang ada di tempat itu. Di saat yang bersamaan Warni dan Sari yang baru saja memeriksa penyebab kematian Linda langsung menghampirinya. Warni pun mengajak Hartono untuk masuk ke dalam ruangannya.
"Kami sudah memeriksa jenazah Ibu Linda, kami bisa simpulkan penyebab kematiannya adalah pecahnya pembuluh darah di otak yang pecah." Warni mulai menjelaskan saat mereka sudah duduk di dalam ruangan.
"Tapi bagaimana mungkin pembuluh darah istri saya bisa pecah, sedangkan saat terakhir saya pergi dia dalam kondisi baik-baik saja, " jawab Hartono sambil memukul meja yang ada di hadapannya.
"Saya harap Bapak bisa berlaku sopan disini! Kematian Ibu Linda diluar kehendak kami, pecahnya pembuluh darah seseorang bisa disebabkan karena tekanan darah yang terlalu tinggi. Jadi kematian Ibu Linda tidak ada hubungannya dengan rumah bersalin ini, " jawab Warni dengan tatapan tajam.
Hartono menatap Warni dengan tatapan curiga, "Aku yakin ada yang tidak beres dengan rumah bersalin ini."
Hartono yang merasa tidak ada jawaban pasti tentang kematian Istrinya langsung berdiri dan berjalan keluar ruangan. Sambil menahan amarah dan air mata, Hartono dan keluarganya membawa jenazah Linda pulang ke rumah untuk segera dimakamkan. Bidan Warni yang mendengar ucapan Hartono terlihat gugup. Namun, sebisa mungkin dia pendam agar tidak membuat semua orang curiga.
"Dasar! Orang miskin yang nggak punya aturan," ucap Warni yang terlihat kesal.
Waktu berlalu dengan begitu cepat, kematian Linda menyebar dengan cepat. Bahkan kematian mendadak itu menjadi topik utama di Klinik tersebut. Kamar melati pun menjadi momok yang menakutkan bagi para wanita yang akan melakukan persalinan di Klinik tersebut.
"Apa benar Ibu Linda meninggal karena pecahnya pembuluh darah di otak?" tanya Yuni kepada Sari.
"Menurut hasil pemeriksaan sih begitu. Memangnya kenapa?" jawabnya.
"Tidak. Hanya saja aku merasa jika ada keanehan pada Rumah bersalin ini," ucap Yuni sambil sedikit berbisik.
"Keanehan."
Clara Salsabila, seorang publik figure sukses, memiliki segala yang diinginkan-kecuali satu hal: seorang anak. Sementara suaminya, Bagas Pratama, CEO muda yang ambisius, sangat menginginkan keturunan untuk mewarisi perusahaan mereka kelak. Dalam ketegangan yang semakin memuncak, Clara membuat keputusan kontroversial: menyarankan Bagas untuk menikahi Maya, asisten rumah tangga mereka, agar mereka bisa memiliki anak tanpa mengorbankan karir Clara. Namun, pernikahan siri ini justru membawa konsekuensi yang tak terduga. Maya, yang hanya dipandang sebagai alat untuk memenuhi keinginan Bagas, mulai membangun kedekatan yang lebih dari sekadar hubungan suami-istri. Ketegangan semakin memanas saat Clara berusaha mempertahankan kontrol atas hidupnya, sementara Maya dan Bagas semakin sulit dipisahkan. Dalam perjuangannya untuk mempertahankan posisinya, Clara harus menghadapi kenyataan bahwa ia mungkin kehilangan lebih banyak dari yang ia kira-termasuk suami dan kedudukannya sebagai istri. Akankah Clara berhasil mengendalikan segalanya, ataukah ia akan dikhianati oleh takdir yang telah ia rancang?
Kisah ini sengaja saya ambil dari kisah dan penggalaman pribadi saya sendiri. Bukan untuk membuka aib, tapi saya ingin mengatakan kepada dunia jika perbedaan usia, status dan jabatan bukanlah jaminan jika sebuah rumah tangga akan bahagia. Yang di butuhkan adalah saling terbuka, kejujuran dan saling sadar jika kehadiran kita untuk pasangan adalah untuk melengkapi kekurangan pasangan kita. Disini saya ingin menunjukkan bagaimana perjuangan suami saya dalam mengajarkan islam dan membantu saya memulai kehidupan yang baru. Sosok wanita yang sama sekali tidak menggenal islam bahkan nekad keluar dari islam kini sedikit lebih tahu tentang islam. Serta seberapa sabar suami saya menghadapi cemooh keluarganya tentang masa lalu saya dan bagaimana kuatnya dia bertahan merawat saya yang sedang sakit sampai saat. Semoga segala lelah dan kerja keras para suami bisa di balas dengan pahala serta kesehatan dan rejeki yang berlimpah.
Namaku Rani aku adalah ibu sekaligus ayah untuk putri tunggalku yang bernama Luna. Luna tidak seperti anak pada umumnya. Dia memiliki gangguan pada pendengarannya sejak bayi. Semua itu terjadi karena aku sedang depresi karena perilaku kasar suamiku. Hingga membuatku nekat melakukan aborsi kepada anak yang aku kandung. Namun, Allah berkehendak lain janin yang ada di dalam kandunganku selamat dan kini menjadi seorang gadis yang sangat cantik. Mas Niko suamiku yang kasar itu meninggalkanku entah kemana. Sejak Luna lahir kedunia dia tidak pernah melihat sosok ayahnya. Kini setelah Mas Niko pergi aku harus berjuang untuk kehidupanku dan Luna di masa depan. Karena aku tidak ingin apa yang aku alami saat ini dirasakan juga oleh putri kecilku.
Semua wanita pasti berharap kehadirannya bisa diterima dengan baik oleh keluarga suami. Namun, tidak jarang banyak wanita yang mengalami nasib buruk saat berada di antara keluarga besar sang suami. Hal ini juga dialami oleh Nia seorang gadis lugu yang terlahir dari keluarga broken home dan kurang mampu. Pernikahan bahagia, serta hangatnya kasih sayang dari mertua dan saudara ipar ternyata hanyalah sebuah mimpi indah bagi Nia. Pasalnya kehadirannya Nia di tengah keluarga Riko justru hanya dianggap sebagai seorang pembantu rumah tangga. Tidak hanya itu, Riko yang seharusnya bisa menjadi suami yang menjaga dan mendidik Nia dalam segala hal justru tega menjerumuskan sang istri pada lembah maksiat. Sifat pemalu, gengsi yang besar, serta kurang sifat tanggung jawab membuat Riko memiliki banyak hutang. Hampir setiap hari rumah mereka selalu didatangi oleh dekoleptor yang ingin menagih hutang dalam jumlah yang cukup besar. Riko merasa tidak nyaman tega menjual sang istri pada laki-laki hidung belang baik secara online maupun pada temannya. Mampukah Nia melepaskan diri dari jeratan dunia malam yang diperkenalkan oleh sang suami?
Setiap wanita pasti berharap jika hanya dia yang menjadi wanita satu-satunya di hati suaminya. Begitu juga yang diharapkan Laila, seorang gadis desa yang kini telah menikah dengan Yoga seorang pria kaya dari kota. Pernikahan mereka memang terjadi karena perjodohan. Namun, Laila berharap Yoga bisa mencintainya seiring berjalannya waktu. Tetapi semua itu ternyata hanyalah sebuah mimpi bagi Laila. Yoga yang memang tidak pernah menerima perjodohan ini diam-diam telah menikah dengan Tasya seorang wanita yang bekerja sebagai resepsionis di hotel miliknya. Tidak hanya itu, Yoga pun akhirnya mengajak Tasya untuk tinggal bersama dengan Laila dalam satu atap. Mampukah Laila menjalani hidup dalam satu atap bersama madunya?
Kesuksesan sebagai seorang Desainer dan pemilik sebuah butik terkenal membuat Intan melupakan persoalan cintanya. Hingga sampai usianya menginjak 30 tahun Intan belum juga memiliki suami ataupun seorang kekasih. Hal itu membuat orang-orang menyebutnya dengan perawan tua, bahkan sang ibu kerap mendapat cibiran dari para tetangga karena status lajang Intan. Karena alasan itulah Sukma terus mendesak Intan untuk segera mencari kekasih dan segera menikah. Desakan Sukma ternyata membuat Intan tertekan, hingga dia pun menceritakan permasalahan yang dihadapinya kepada sahabat baiknya yang bernama Luna. Mendengar cerita Intan yang belum mendapat jodoh, serta sikap Intan yang cuek dan dingin terhadap lawan jenis membuat Luna berpikir jika Intan mendapat sihir dari seseorang. Bahkan Luna pun menyarankan Intan untuk mencari pengobatan alternatif untuk mengeluarkan ilmu sihir yang ada di dalam tubuhnya. Mampukah Intan menemukan jodoh terbaik untuknya, dan apa benar jika dalam tubuh Intan ada ilmu sihir yang sengaja dikirim seseorang?
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Megan dipaksa menggantikan kakak tirinya untuk menikah dengan seorang pria yang tanpa uang. Mengingat bahwa suaminya hanyalah seorang pria miskin, dia pikir dia harus menjalani sisa hidupnya dengan rendah hati. Dia tidak tahu bahwa suaminya, Zayden Wilgunadi, sebenarnya adalah taipan bisnis yang paling berkuasa dan misterius di kota. Begitu dia mendengar desas-desus tentang hal ini, Meagan berlari ke apartemen sewaannya dan melemparkan diri ke dalam pelukan suaminya. "Mereka semua bilang kamu adalah Tuan Fabrizio yang berkuasa. Apakah itu benar?" Sang pria membelai rambutnya dengan lembut. "Orang-orang hanya berbicara omong kosong. Pria itu hanya memiliki penampilan yang mirip denganku." Megan menggerutu, "Tapi pria itu brengsek! Dia bahkan memanggilku istrinya! Sayang, kamu harus memberinya pelajaran!" Keesokan harinya, Tuan Fabrizio muncul di perusahaannya dengan memar-memar di wajahnya. Semua orang tercengang. Apa yang telah terjadi pada CEO mereka? Sang CEO tersenyum. "Istriku yang memerintahkannya, aku tidak punya pilihan lain selain mematuhinya."
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..