dian mengarah pandangan pada Briana yang den
ik?" tanyanya dengan malu-malu. Bukan malu-malu
belum aku terkena sial lagi," cetus Mr. G d
alimat ketus Mr. G. Padahal dirinya sudah menguatkan hati, diri, p
ajah Briana memiliki ide. "Ish, apa yang kau katakan?
a," perintah Mr. G mutlak pada Fatar
batu besar. Apa artin
dengan pekerjaan, Gav," tutur Fatar memperi
tot mendengar Fatar
g Fatar yang mengerti
harus berbuat apa. Rasany
tubuhnya pada Mr. G dan berbisik di telinga
r. G meninggi
penuh makna. "Kau tidak bodoh,"
engatakan, "Baiklah. Aku
enegakan kepala.
angkit dari duduknya. "Aku ada ur
Fatar namun pada akhirnya ia hanya bisa menga
an, kau harus melakukan
elakukannya. Kau kan b
kecuali.
itu, entah kenapa perasaan Br
. Tolong, ya," ucap Fatar pada
a tak juga menyuapinya dan masih menoleh pad
yendok nasi dan ayam k
setelah menelan kuny
segelas air putih di atas meja
gkat membuat Briana berpikir keras. Sampai akhirnya Briana m
ilet," ucap Ga
ngkit dari duduknya dan menarik kursi a
rkan
andangan tak terbaca. "Maksud
Mr. G dengan soro
g ingin menangis mengingat kejadian kemarin Bisa-bisa kejadia
n sudut bibir terangkat namun wa
a datar sedatar raut wajahnya yang
seraya meletakkan piring kemudian membantu Mr. G turun dari ranjang. Tangan Mr. G dikalungkan ke lehernya dan tangannya
nar patah?!" maki Mr. G. Padahal ia senga
rat tubuh Mr. G. Jika bukan bosnya, dan bukan kar
karena berhasil mengerjai Briana. "Tak bisaka
nya agar tidak jatuh lagi. Saat kian mendekati kamar mandi, kakinya semaana tiba-tiba. "Aku tak sanggup lagi
ula punggungnya juga sakit jika terus membungkuk. Sontak hal itu membuat Briana terkejut hingga mendongak menatap
ginjak-injak harga diriku. Dan sekarang, aku akan melakukan hal yang sama padamu,"
menahan tarikan tangan Mr. G. Namun tenaganya yang sudah terkuras kar
n Briana berpegang kuat pada kusen pintu dan terus berteriak meminta pertolongan. Namun usahanya sia-s
ang berdiri di depan pintu ruma
h menentukan pilihannya bahwa ia akan memilih Briana dan mel
s saat aku di sini. Tapi apa yang aku dapat kali ini?"
kau katakan. Kua telah menipuku, m
empat Briana bekerja. "Apa kau masih menyebutku penipu? Sudah kukatakan, Briana bukan wanita baik-baik. Dia bahkan menya
ut di depan seorang pria. Menajamkan penglihatannya berharap itu
di sana? Bisa saja dia tidur dengan para atasannya setiap malam," ucap Mila memprovokasi. "Lihatlah Bri, aka
k up terkejut karena tak mendapati Mr. G di atas ranjang. Sampai tiba-tiba sama