tusan pasang mata tampak asik menari dan meliukkan tubuh mereka di bawah tamaram lampu da
n dan sesapan-sesapan menjijikkan di sekitar ruangan, aksi saling sentuh dan menautkan bibir
i ras di samping nya. Bagi nya dikelilingi oleh para perempuan semacam itu sudah tidak mengherankan. bahkan tidur dengan mereka pun bukan menjadi konsumsi yang
s, juga meskipun usianya telah tua yang mengencani nya dan
dirinya karena baginya para perempuan seusiany
dari kepala 5 tidak membuatnya merasa tersaingi oleh laki-laki yang jauh lebih mu
ampu mengalahkan
dipenuhi dengan lautan manusia, seorang perempuan muda tampak berjalan di samping dirinya, bola mata mereka sejenak saling melir
di dalam tempat yang cukup memekakkan telinga dimana musiknya terus berdendang da
endekat pada sisi kanan dimana laki-laki tua Petlers Peterson
ne nya terus berdering sejak tadi, laki-laki tersebut buru-buru meny
ingnya saat dia menyadari siapa yang menghubungi d
u saja membuat k
ki-laki
i sana dan berusaha meninggalkan semua perempu
emana
hunan bertanya cepat, mencoba menaha
aby, aku akan menghubungi k
a nakal, dia menggoyangkan handphone nya semb
masih enggan untuk pergi, tapi karena panggilan dari seseorang diseberan
iba saja tanpa sengaja dia menabrak seseorang, m
motion dia menatap s
u
nt
eg
na
nya ber
s
mengumpat di
an aku
rson bica
a tabrak langsung me
yan
ujung alisnya, nada tanya nya t
buat tuan Peterson berpikir dan menebak, dia pasti belum
baru kemarin sore, sebab selama dia hilir mudik ketempat ini,
ak mengenal dirinya dan dirinya ba
ya kamu orang baru
n Peters
a di hadapannya lagi, Ramira terli
langsung mengeluarkan basa-basi dengan kata sayang sela
rti itu Ramira langs
saat melangkah, karena tidak semua gadis
dangannya dan detik berikutnya dia b
u sombong dan membu
tas dia langsung menatap punggung gadis
rtarik
rah belakang, laki-laki itu buru-buru langsung menol
sal
langsung menger
mengenal
an penuh pera
a adalah kepona
cara siapa gadis yang ditabrak nya dan dilihatnya tadi
ng. masih sangat polos belu
ngkan senyumannya membuat tuan Peterson seketika
kau pikirkan, tuan Peterson. Dia bukan g
tersenyum lebar ke arah
itu seketika tuan Peterso
rganya aku berani membayar mahal, kau tidak akan menyesa
an, menaikkan ujung alisnya sembari menunggu
suara tawanya mengalahkan berisiknya su
ang, yakinlah menghadapinya tidak semudah yang kau harapkan,
ka aku bisa m
terson mencoba u
kan menunggu bagaimana ca
tu sembari menaik
ya seketika ekspresi wanita itu langsung menatap
cian menghiasi wajah perempuan tersebut sa
erjadi saat dua raja memperebutkan satu r