. Tak memakan waktu lama pintu utama segera terbuka dan m
t dilontar oleh perempuan paruh baya yang terlihat seperti petugas
malam. Sa-saya mau ketemu yang punya rumah, katanya mer
h." Ujar perempuan paruh baya ini. Bergeser
ersampir di pundak mendahului perempuan paruh baya yang mungkin adalah asisten atau maid–entahlah. Dia dipersilahkan
lingi sebuah meja persegi panjang yang dilapisi taplak bermotif bunga dan dihiasi bunga plastik. Dindingn
uk di hadapan si gadis berpakaian sederhana dan memandanginya intens
sebagai babysitter? Kamu yakin?" dia kira yang datang adalah seorang perempuan yang sudah berumur sep
an. Apalagi banyak kasus pengasuh anak yang kasar pada anak yang diasuh. Pun, dia kira putra bungsunya mengh
kecil lalu mengangguk. "Saya punya pengala
caya begitu saja. Rosa berusaha tersenyum agar perempuan di depannya tidak merasa terlalu cepat di tolak, "Um ...,
ngah. Meski melakukan kegiatan masing-masing; pastinya mereka ada di sa
di babysitter untuk Bian
mendongak, "Loh, bukannya bagus, Ma
kin alamat ruma
pandang bertatapan–kecuali si gembul yang tidak ped
empuan berkuncir satu dan berpakaian sederhana duduk di salah satu sofa. Menunduk sambil menautkan ke sepuluh jar
a terhenti sewaktu bertatapan dengan si bungs
nempati semua sofa ruang tamu. Menatap perempuan yang da
i kamu?" sang Tuan ru
a Anjasari. Sembilan belas tahun. Lulus SMA ta
alu pula. Mestinya bisa mencari pekerjaan lain di
tanya. Merasa ganjil terhadap perempuan di depannya. Darimana dia tahu rumah
a sedikit menunduk dan menjawab pertanyaan itu, "Ma-maaf. Saya ngg
? Tok
a Galery." Jelas Bia, tetap tak mengarahkan pand
Nah, sekarang mereka tahu siapa yang membocorkan identitas–mereka yang mencari babysitter. Adrian sendiri menghela ketik
i bisa cari pekerjaan lain yang lebih pantas." Usul Rosa. Rasanya tidak te
rena di rampok. Saya dari desa, kalau balik lagi ... ma-maaf, kalau Tuan dan Nyonya terima saya,
ng Nyonya Bimantara mengalihkan tatapan pada kedua putranya. Berbicara dari ekspre
Nyonya lalu memposisikan si bayi di pangkuannya menyebabkan mainan karet yang sejak
, Bu." Balas
amu panggil,
r dua puluh empat jam berada di dekat Bian. Bisa jadi bayi ini mulai rewel dan menolak. Tidak mau berdekatan dengan pengasuhnya. Karena Adrian sewaktu kecil j
perti Adrian? Buah kan jat
na mainannya jatuh–dengan pandangan rindu. Tanpa diketahui siapapun, bibir gadis ini memoles se
orot teduh dari perempuan di depan. Abian yang memang sedang tak terlalu aktif tiba-tiba tertaw
am. Memaksa tubuhnya maju. Ingin seg
an pada Bia. Bayi itu kegirangan, melompat-l
, senyum tak pudar dari wajahnya. "Aaah! Mm! Mm-mm-m
ra lain juga yang selama beberapa hari ini melihat si gembul tidak tahu jika Bian bisa selincah
sama Abi. Retina coklat milik Bia berbayang. Bu
*