terdapat kamar yang sudah lengkap dengan ranjang, lemari dan beberapa properti lain yang
terdengar ragu
nya. Seakan-akan tidak mau dijauhkan dari Bia. Tangisnya membuat semua orang yang berada di sekitar menjadi tidak tega dan kasihan. Tapi,
kesunyian diantara mereka sampai sang Kepala keluarga buka suara meminta Adna
pa, jadi nggak perlu dipikirkan." Adnan tak berpengalaman untuk urusan bayi, tapi k
mun ..., dia tak punya hak untuk itu. Tidak ada yang tahu dan ... dan dia sud
sendu, Adnan mengira jika Bia masih khawatir pada Bian. "Kamu
a lakukan sekarang. Bia me
las hal serupa oleh si lawan bicara. Dia menyerahkan kunci
lalu menghampiri ranjang sembari meletak tas yang dia bawa di lantai. Duduk di tepi tempat tidur dan memandangi kamar yang dib
. "Abi pasti bahagia tinggal di sini. Semua kebutuhannya tercukupi," sesak mulai memenuhi dada. Dibarengi napas yang mulai tersendat, "Dia
it yang mendera. Sakit tak berwujud, sakit tak berdarah, namun sangat p
terhadap rasa sakit. Dia masih belum terbiasa. Terlebih dia tak menyangka masih bisa memeluk Abi, menggendong bayi ber
ta lebih. Abi berhak dapat kehidupan lebih baik. Dia nggak mesti hidup kayak aku. Ya, ini adalah keputusan yang baik!" dia mencob
as dan menghembus perlahan, "Lebih baik aku istirahat," dia bergu
ngan dipadamkan. Namun, keheningan ini tidak membuat tidur seorang bayi gembul yang terbaring diantara dua orang dewasa–di kir
si gembul berusaha berguling ke sisi sebelah. Ketika berhasil, pandangannya melihat seorang perempuan di sana. Masih bukan sesuatu yang dia ingi
rang dewasa di kanan dan kirinya. Tangisnya tak main-main, lan
"Kenapa? Mimpi buruk, hm? Atau haus?" tanyanya yang tak mendapat jawaban, tapi disahuti tangis Bian
angkan Bian, tapi tak berhasil. Si bayi gembul memberon
, mungkin bisa tenang kalau lihat keadaan
g masih mengamuk keluar dari kamar. Sang Nyonya menutup pin
kan di lantai bawah. Jadi, begitu keluar kamar langsung berhadapan denga
masih menangis. Menunjuk-nunjuk beberapa objek untuk menar
an terus menangis. Ditambah tak mau diam
Dengan sigap dia bangkit, keluar dari kamar dan mencari sumber keributan di dini hari ini. Tangis bayi kecilnya
..., dia mengerti, jika Bian mencari
ati sang Nyonya rumah,
k jadi dia nangis begini," Rosa berujar lembut. Meski si gadis muda adalah salah satu
Dia bukan bermimpi buruk. Ingin sekali mengambil alih Bian dan memeluk si gembul tersebut.
uan–yang sekarang kita sebut saja si gadis biasa–itu
apa-apa
*