. Anak kamu, Ad
i menge
yang mereka temukan dalam box dimana baru saja mereka menemukan sesosok bayi laki-laki gembul berkulit putih yang me
engalihkan pandangan pada si putra bungsu yang juga berada di te
t menggunjing keluarga. Anak yang patuh, berbakti, selalu mengedepankan pendidikan hingga dia berhasil menduduki kursi menejer d
Walau banyak wanita yang menaruh hati dan berusaha merebut perhatiannya, Adrian tetap t
apan b
merengut. Tidak terima. "Mu
jelas nama kamu yang ada di sini. Sekaran
aan menohok Adnan tadi. Ketiganya berpikir bila Adrian tidak mau bertanggung jawab ma
m
uk akal dari itu. Mereka berti
rian lagi-lagi membantah. Ya, dia merasa tidak terlibat hubungan asmara atau melakukan pergaulan bebas. T
ng sedang bermain-main dengan mainan karet yang ada di genggamannya. Nggak jelas, tapi menghasil
sti nggak cocok!" Adrian m
lah. Kita semua terkejut. Apalagi nama kamu tertulis di kerta
aukan raut kekesalan di wajah adiknya. Dia hanya in
s, "Hasilnya ng
ibu kandungnya," Agam langsung mengacungkan telunjuk ketika si bungsu ingin menyela, "Kalau ha
rnama Abian itu tetap akan mereka jaga. Rosa langsung mengambil si bayi dari dalam box dan menggendongnya. Me
berwarna coklat terang, seperti kerlipan lampu yang bersinar di gelap malam serta senyumnya yang lebar. Bayi Abian tidak sura
geli dan tert
dia tak ingin hawa dingin keluarga ini yang begitu terkenal berdampak pada si kecil Abian yang seperti oasis di dalam ru
g ke Rumah Sakit karena tidak ingin membuat skandal. Untungnya Dokter senior di Rumah Saki
n Adrian. Tak lupa si gembul bernama Abian dalam gendongan sang Nyonya B
na putih itu dengan tegang. Menunggu Agam membuka dan membaca isi surat di dalamnya. Sewaktu ujung a
pa yang tertulis di sana. Raut wajahnya perlahan berubah. Mengeru
aga
aca isi surat hasil tes DNA yang dipegang oleh Agam. Langsung membaca
i Agam serta Rosa. Si sulung merebut kertas surat hasil tes DNA tersebut dari tangan
Adrian Bimantara dengan bayi bernama Abian hasilnya hampir seratus persen–yang
a salah melihat tadi. Namun, kesimpulan yang menyatakan bahwa DNAnya dan Abian cocok–mereka adalah ayah dan
bungsu, "Ini pasti salah!
mencoba menenangkan, "Sekali pun kamu memba
ngkin bayi itu anaku?!" sungguh, bagaimana caranya bayi yang tengah digendong
ng mau tes DNA?" Agam ber
sa terjadi? Kenapa begini? Niatnya agar terbukti bahwa dia tak terikat darah atau apapun denga
an," Rosa mencairkan suasana yang cukup tegang antara suami da
irkan bagaimana bisa Abian adalah anaknya. Mengingat-ingat setiap orang yang dia temui, yang dia k
*