ak
terbuka lebar, memunculkan Mike, beberapa orang pelayan, kemudian Mam
ngin berlari mendekat padaku, tapi tangan Papa yan
ntai, sudah tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Ular merah besar y
i masih berada di tempat yang sama –- duduk di kursi dekat kasurku itu dengan wajah memohon, kedua telapak tangan disatukan diletak
h sekalipun dua orang yang kutahu paling mempunyai kedudukan tertingi di mana-mana itu men
Siapapun dia, aku yakin dia bukanlah orang yang baik. Tidak ada satupun orang yang kukenal selama ini hany
baunya bahkan sudah terasa di wajahku. Sekilas aku melihat mata merahnya seakan sedang mengancam m
at olehku. Ular ini terlalu dekat, menutup wajah dengan kedua telapak tan
terkesan dingin. Anehnya, beberapa saat kemudian aku merasa Si napas bau itu sudah men
njian, harus dihukum.'' Suara datar itu te
tanya Papa kelihatan gugup masih dengan sika
ah tahu nama ular bau ini. Sebenarnya apa yang sudah terjadi di antara mereka? Apa hanya a
ianat adalah milikmu.
a kali kulihat. Sebagian dari mereka merayap cepat ke arah Mama dan Papa, berkumpul di depannya, lalu berubah menjadi Sh
ketakutan, Mama memeluknya. Sepertinya lebih ketakutan dariku. Itu wajar Shira yang di sana terus saja mende
ngkarkan tubuhnya di tubuh ramping Mama, setelah sebelumnya berhasil melepaskan peluka
ngat kesakitan, Shira pasti tidak ha
sudah kami lakukan. Kasihanilah kami ...'' Kali ini Papa sampai berlutut, memohon kepada pri
ali mengghilangkan putrimu se
ada di sana. Allena. Dia tidak hi
putri yang seharusnya diserahkan padanya? Sebenarnya pembicaraan apa yang sed
a jangan-jangan pria sombong ini adalah ... Xavier? Penyihir yang sudah m
berubah menjadi kotoran dari perut Shira. Marah? Benci? Mungkin dua rasa itulah yang lebih besar sedang kurasakan. Pria yang terlih
n wanita manapun di dunia ini!'' Aku berteriak keras meluapkan segala hal yang kurasakan sambil menatap tajam pada pria yang mungkin bernama Xavier itu. Aku tidak peduli j
gan tatapan yang sama, kecuali Xavier. Pria sombong itu masih saja bertahan dengan wajah datarnya yang menyebalkan, seakan semu
memecah keheningan, dari tatapanya bisa kupastikkan kalau ia sang
ih, kepada seseorang yang sudah dua kali menyelamatkan nyawamu?'' Xavier melihatku dengan
nuh keyakinan. ''Kalimat itu hanya khusus
nya terlihat bergerak seperti mempererat cengkraman. Menyebalk