/0/8071/coverbig.jpg?v=a1c37c6e49df35fcafda37525103d400)
Hidupku yang sempurna seketika berubah saat simbol kutukan Xavier benar-benar muncul di pergelangan tangan. Ya, pangeran mahkota dari negri Xendria itu benar-benar menagih janjinya pada Papa dua puluh dua tahun lalu untuk menjadikanku calon istrinya. Bagamana mungkin aku mau menikah dengan seorang penyihir yang sudah berumur dua ratus tahun? Aku tidak mau! Tapi bagaimana dengan kutukannya? Aku tidak bisa menyentuh siapapun sekarang.
Dahulu sekali aku sempat sangat bahagia saat pulang sekolah. Yah ... pada saat itu satu-satunya rumah megah bergaya klasik di ujung jalan sana yang menjadi tempatku pulang masih sangat nyaman. Ada Mama yang langsung memelukku saat masih berada di depan gerbang, Papa yang akan langsung menggendong dan menciumku saat baru pulang kerja, dan Mike yang merupakan kepala pelayan yang selalu tersenyum dan mematuhi semua perintahku yang lebih sering terkesan aneh itu. Semuanya sangat menyenangkan tanpa ada satu orang pun yang mencoba merusaknya.
Menurutku keluarga kami tidak mempunyai kekurangan apapun. Semua kebutuhan materi seluruh penghuni rumah bisa dipenuhi dengan sangat baik oleh Papa yang merupakan pemimpin tertinggi salah satu perusahaan tambang emas terbesar di kotaku.
Di kehidupan sosial? Tentu saja kami sangat peduli kepada sesama. Keluargaku adalah donatUr utama banyak yayasan amal. Bahkan, juga memiliki beberapa yayasan yang dikelola sendiri oleh Mama.
Menurutku semua orang yang berada di dekatku saat itu adalah orang baik, mereka selalu tersenyum ramah saat aku melewatinya. Bahkan, orang yang tidak pernah bertemu sebelumnya juga melakukan hal yang sama. Bukankah itu suatu pertanda bahwa dunia ini hanya dipenuhi oleh kebaikan dan kebahagiaan? Bukankah senyuman itu juga adalah pertanda mereka menyukaiku?
Sempurna bukan? Tidak ada kekurangan sedikitpun dari keluarga yang akhirnya membuatku tumbuh menjadi seorang Allena yang juga sempurna dalam segala hal. Tentu saja, semua berjalan dengan damai, tanpa ada masalah berarti yang terjadi.
Perubahan total terjadi sekitar dua minggu lalu, tepatnya saat pesta ulang tahunku yang ke dua puluh dua. Awalnya semua berjalan normal, bahkan pesta mewah seperti biasanya juga dilaksanakan dengan mengundang banyak sekali tamu penting dan masyarakat sekitar.
Sampai akhirnya kejadian aneh itu terjadi. Tepat di tengah malam saat semua orang sedang menikmati pesta, tiba-tiba saja saja muncul cahaya merah aneh yang memenuhi seluruh ruangan yang membuat suasana menjadi panas seperti terbakar. Perlahan semua cahaya itu beralih mengeliliku, lalu beberapa saat kemudian hilang begitu saja seolah di serap oleh tubuhku meninggalkan rasa sakit yang luar biasa.
''Allena! Kamu baik-baik saja?'' Mama mendekatiku yang sudah terduduk di lantai, wajah Mama terlihat sangat khawatir, air mata sudah mengalir dengan deras membasahi pipi mulusnya.
''Allena baik-baik saja, Mama jangan khawatir,'' jawabku berusaha menenangkan mama, lalu mengulurkan tangan untuk menghapus air matanya yang masih mengalir.
''Allena, hentikan!''
Aku terkejut mendengar teriakan Papa, tangan yang tadi hampir menyentuh wajah Mama seketika langsung terhenti.
''Allena, maafkan Papa. Mulai saat ini kamu ... tidak boleh menyentuh Mama atau siapapun lagi, karna itu akan sangat berbahaya bagi mereka.''
Apa yang Papa katakan? Kenapa aku tidak boleh lagi menyentuh Mama? Berbahaya? Berbahaya bagaimana? Bukankah selama ini aku juga sudah melakukannya? Dan semuanya baik-baik saja.
''Kenapa Papa tiba-tiba bicara seperti itu kepada putri kita?'' tanya Mama yang lebih dulu menanyakan sikap Papa yang tiba-tiba menjadi aneh seperti ini.
Papa terdiam beberapa saat, wajahnya terlihat khawatir. ''Apakah Mama tidak melihat simbolnya? Kutukan itu benar-benar terjadi,'' lirihnya kemudian dengan suara berat
Mama terlihat sangat terkejut mendengar jawaban Papa, aku juga. Setelahnya wanita baik yang sudah melahirkanku itu langsung meminta untuk mempelihatkan kedua pergelangan tanganku, ternyata memang sudah ada dua buah simbol aneh berwarna merah menyala di sana.
Saat melihat simbol itu seketika air mata Mama kembali mengalir deras, bahkan kali ini Mama sampai terisak melihatku. Ini adalah kali pertama aku melihat ada air mata yang sampai sederas itu mengalir dari sudut mata wanita baik yang paling kusayangi ini, ingin rasanya aku memeluknya seperi biasa untuk menenangkannya, tapi semua itu kuurumgkan saat Mama tiba-tiba saja menjauh dariku dan mengahambur ke pelukan Papa.
Semua orang yang menyaksikan kejadian aneh tadi seketika langsung berkumpul mengerumuniku, wajah mereka terlihat sangat khawatir, itu pasti karna melihatku yang kesakitan akibat cahaya merah tadi. Ah, mereka semua memang sangat baik dan sangat peduli padaku.
''Ternyata kutukan itu benar-benar terjadi.''
''Lihatlah pergelangan tangannya, simbol itu sudah muncul.''
''Menjauh darinya, atau kamu akan celaka.''
Samar-samar terdengar kalimat aneh dari mulut orang-orang yang sangat baik menurutku ini. Apa yang sebenarnya mereka maksudkan? Lalu, kenapa tidak ada satupun dari orang baik ini yang menolongku sekarang? Atau mungkin menanyakan keadaanku apakah aku baik-baik saja? Kenapa mereka semua malah sibuk dengan pembicaraan aneh itu sambil melihatku dengan tatapan yang juga aneh? Aku sungguh tidak mengerti dengan situasi yang terjadi saat itu.
Masih terbayang dengan jelas dalam ingatan malam itu pesta yang seharusnya menjadi momen bahagia seperti sebelumnya malah berakhir begitu saja. Aku bahkan belum sempat meniup lilin dan memotong kue saat Papa meminta seluruh tamu undangan untuk pulang, setelah sebelumnya meminta mereka untuk merahasiakan apa yang tadi sudah dilihatnya.
Ya, semuanya berubah total semenjak malam itu, hidupku yang sempurna seketika berubah tanpa kutahu penyebabnya tepat di malam bertambahnya usiaku. Semuanya sungguh terasa aneh, orang-orang yang dulu sangat ramah tiba-tiba berubah dingin dan seolah ketakutan saat melihatku.
Apa yang salah? Kenapa mereka semua tiba-tiba saja berubah? Kemana senyumana ramah itu? Apa ini karna ... simbolnya? Ada apa dengan simbolnya? Apa ini simbol kutukan? Tapi kenapa? Kesalahan apa yang sudah kuperbuat?
''Pa, rasanya Mama sudah tidak sanggup untuk terus mengabaikan putri kita seperti ini. Kasihan Allena, dia pasti sangat bingung sekarang.''
Aku yang sedang berdiri di depan pintu ruang kerja Papa berniat untuk menyambut kepulanganya dari luar kota seketika langsung terhenti saat mendengar ucapan Mama. Kedua orang tuaku itu memang jauh lebih sibuk sekarang semenjak kejadian itu, aku bahkan tidak bisa menemuinya semenjak pesta ulang tahunku dua minggu yang lalu.
''Papa juga tidak mau melakukan ini kepada putri kita, tapi kita sudah tidak punya pilihan sekarang. Simbolnya sudah muncul, itu berarti Xavier sungguh-sungguh dengan ancamannya.''
Degh! Jantungku berdetak lebih cepat saat mendegar setiap kata yang diucapkan Papa, apalagi saat Papa menyebut nama Xavier. Bukankah Xavier itu adalah ...
''Apa tidak ada yang bisa kita lakukan untuk putri kita, Pa?''
Kali ini suara Mama terdengar berat, aku yakin air mata pasti sudah jatuh lagi dari matanya sekarang. Sepertinya aku juga.
Setelah beberapa saat tidak ada jawaban dari pertanyaan yang diajukan Mama tadi, bahkan tidak ada satu kalimat pun yang bisa kudengar dari balik pintu ini. Apa yang terjadi? Kenapa Papa diam saja? Apa memang sudah tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengembalikan kehidupan normalku yang dulu?
Usia terkadang tidak menjadi patokan buat seseorang bisa berbuat lebih dewasa. Banyak faktor yang memperngaruhinya, termasuk salah pergaulan. Khusus pembaca yang pernah mengalami gejolak hasrat cinta dan birahi masa remajanya, tentu kisahku ini akan sedikit memberikan kesan dan nostalgia terindah masa-masa remajanya. Sengaja disajikan utuh memotret masa beberapa tahun yang lalu, agar siapapun yang pernah merasakan bangku SMA dan dunia perkuliahan, bisa lebih menghayatinya. Namun demikian pada beberpa bab kisah ini hanya cocok buat dewasa karena mengandung adegan dewasa, mohon bijak dalam memilih bab-bab tertentu
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Setelah menyembunyikan identitas aslinya selama tiga tahun pernikahannya dengan Kristian, Arini telah berkomitmen sepenuh hati, hanya untuk mendapati dirinya diabaikan dan didorong ke arah perceraian. Karena kecewa, dia bertekad untuk menemukan kembali jati dirinya, seorang pembuat parfum berbakat, otak di balik badan intelijen terkenal, dan pewaris jaringan peretas rahasia. Sadar akan kesalahannya, Kristian mengungkapkan penyesalannya. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan. Tolong, beri aku kesempatan lagi." Namun, Kevin, seorang hartawan yang pernah mengalami cacat, berdiri dari kursi rodanya, meraih tangan Arini, dan mengejek dengan nada meremehkan, "Kamu pikir dia akan menerimamu kembali? Teruslah bermimpi."
Rumor menyatakan bahwa Fernanda, yang baru kembali ke keluarganya, tidak lebih dari orang kampung yang kasar. Fernanda hanya melontarkan seringai santai dan meremehkan sebagai tanggapan. Rumor lain menyebutkan bahwa Cristian yang biasanya rasional telah kehilangan akal sehatnya dan jatuh cinta pada Fernanda. Hal ini membuatnya jengkel. Dia bisa menolerir gosip tentang dirinya sendiri, tetapi fitnah terhadap kekasihnya sudah melewati batas! Lambat laun, ketika berbagai identitas Fernanda sebagai seorang desainer terkenal, seorang gamer yang cerdas, seorang pelukis terkenal, dan seorang raja bisnis yang sukses terungkap, semua orang menyadari bahwa merekalah yang telah dibodohi.