dengan melelahkan. Antrian di kamar mandi umum
a di tepi sungai berwarna warni, indah seka
atkan giliran masuk kamar mandi. Dia tidak tega
nyelesaikan mandinya secepat kilat, rasa dingin akhirny
ndya ramah sebelum melang
n dirinya dalam selimut dan tidur nyenyak. Dia sung
raban untuk mahasiswa baru tersebut, dia hanya bisa menungg
ooh sebal, bisa-bisanya dia tadi bergelayut di lengan Elang seperti wanita bodoh d
rkan pemuda yang selalu menggoda dengan senyum menawannya. Jika saja semalam
anya membuat Nindya sesak. Dia memang tidak berpengalaman, tapi bukan be
i meja kerja membahas hasil penelitian dan persiapan seminar dengannya. Nindya tahu betul c
uhan
n ke tenda dengan rambut basah dan wajah tanpa polesan. Tatapan
an hanya dengan membayangkan bahwa semalam dia tidak sengaja mengerang di bawah
menganggap semua telah lewat atau tidak pernah terjadi? La
gan Elang. Dia harus segera memutuskan hubungannya dengan Elang. Nindya harus mundur
g terlalu
ang juga
a itu
dalam beberapa jam, rasanya tidak pantas bagi Nindya untuk bertingkah dan mengaku kalau
masalah dalam urusan cinta? Nindya tidak ma
khawatir, Nindya terlihat baik-baik saja dan cantik natural. Bahkan gaya berjalannya biasa saja, tidak
n hati kerasnya. Nindya bergidik, dia berharap Elang menatapnya sama dengan
dari Elang penyebabnya, tapi struktur wajah Elang yang tidak pernah membuatnya bosan, da
yang terlihat bersih, ups! Nindya memucat s
angan kanannya menggantung di udara, siap
tkan pada otak Nindya yang kacau. Dia tidak suka Elang memperhatik
ari wanita di depannya. Tidak, Nindya tidak boleh melantur jauh. Mungkin Elang m
cerdas, dia hanya bisa berlagak galak. Nindya menepis tangan
Bu Nindya bisa pulang sekarang," jawab Elang dengan senyum memikat. Jenis e
n juga tunangannya. "Baiklah, aku akan membereskan barang-barangku sekarang ju
Elang aja?" tanya Elang
Tambah eda
memoles make up tipis pada wajah. Tangannya cekatan memasukkan sem
patnya berdiri sedari tadi. Mengawasi wanita yang sedang rumit dengan pikiranny
lesai semua," ja
terlihat banyak pikira
a menjawab, "Apa aku perlu mengu
membuat Bu Nindya bahagia ... luapkan s
atau kamu risaukan, aku ingin kita seperti orang ti
masuk ke dalam tenda dan duduk di depa
Wanita yang dia ambil perawannya tanpa sengaja, sekarang justru berniat melepaskannya
b Nindya menatap l
a dengan tugas
litian untuk mengantisipasi kalau kajur menolak ide saya. Ada atau tidak ada saya, kamu akan tetap l
bullshit!" Elang menajam
i sudah berpikir bahwa Nindya baik-baik saja dan akan memaafkannya seiring berjalann
m. Dia tidak memungkiri, cara Elang menatapnya membuat risih dan berkeringat din
akan ada salah paham yang berkel
erapa baby boy jika kamu mau, Nindya
am
ngkap dengan mudah, "Jangan lakukan itu lagi, N
pernah terlibat hubungan satu malam dengan kamu!
wanita pintar yang sengaja menjual virginitas dengan harga mahal pada laki-laki hidung bela
ukan Nindya menandakan
na jika dia murahan, bagaimana dia bisa tet
ata Elang
sudah berhasil kurang ajar memaksakan hasratmu padaku lalu kamu menganggapku perempuan yang tidak perlu
Elang memanggil langsung pada nama karena dosen itu umur
mengira kalau dia seorang dosen. Semua pasti setuju kalau postur tubuh Nindya yang kecil
u dengan rencana Bu Nindya untuk mundur, tapi saya tidak bisa memaksa ibu untuk t
ng! Tidak perlu saling menyapa jika bertemu,"
annya jauh lebih kacau dari yang seharusnya. Elang
ya yang ingin menjauh darinya? Atau Elang hanya kecanduan dengan kera
aknya yang liar terhadap Nindya, Elang juga tahu ka
pun situasinya. Nindya juga boleh melakukan apa saja sesuka hatinya asalkan bukan pendidikannya ya
embantu saya sampai seminar penelitian dilaksanakan, kalaupun saya nantinya harus ganti judul tugas akhir,
p Elang skeptis. "Kam
ggap saja kita saling merugi karena ada hal konyol yang tidak sengaja terjadi!"
engan milik Elang. Ternyata melepaskan diri dari Elang juga tidak mudah. Sejujur
tian dosen pembimbing secepatnya!"
rih di depan bibir Nindya. "Sebenarnya Bu Nindya takut
*