terpenting dalam hidupnya yang harus dipedulikan. Apalagi bagi orang berpengaruh, terlalu banyak hal yang harus dimenejemen sede
as. Satu-satunya prioritas pria itu tentu saja sel
ter, jangan
ma seperti sebelumnya, terjedok dasboard. Dua kali sudah cukup menyadarkan Archelia bahwa keamanan berkendara sangat pentin
i antara mereka. Wajah angkuh Alister ketika marah benar-benar menyeramkan. Ra
selamatan. Seandainya ada kemungkinan terburuk kecelakaan, ia berharap diselamatkan
ah suasana. Pandangan tajam Alister yang menatap lurus ke depan teralih. Kedua mata Archelia juga
engan satu tangan, membuat Archelia semakin ketar-ketir. Bagaimana jika tiba-tiba ada orang yang menyeberang mendadak? Bagai
pa
ii
ar ketika seseorang mengerem mendadak, lagi. Tubuhnya sempat terg
sayang
makin gelap. Pria itu tampak kembali mengeraskan rahang. Archelia tidak tahu ap
sebagai pembuat onar. Untung saja mereka tidak kecelakaan
akan sege
ubuh Archelia. Bagaimana tidak? Kedua mata Alister menyi
n hanya bisa beringsut menjauhi Alister sebisanya, meski pada
encelakai Alice?" Gigi Alister bergemerutuk
Aku hanya diam saja. Bag
an suara lantang. Tubuh Arche
pada Alister yang tampak begitu murka seolah ingin melenyapkannya saat itu juga. K
l
ah kelegaan yang luar biasa. Mobil hitam yang dikendarai Alister kembali tancap gas. Untung mobil
rchelia hanya bisa celingukan. Wanita itu meraba celana jeans yang dikenakan, bermaksud meng
a
ng prioritas? Sekarang Archelia hanya bisa terbengong di tempat
k Archelia geram lalu mencak-mencak
a kecil. Meski aspal mulus, tetapi di sisi kanan dan kirinya h
u akan membunuhmu lebih dulu daripada Alice! Jangan harap aku akan jadi A
chelia berjalan dengan s
endaraan di ujung jalan. Agak heran juga mengapa di sepanjang jalan beraspal i
rnya sampai d
in menimpa kepalanya. Matanya berpendar, memandang jalanan aspal yang mulai berubah warna semakin menghitam karena ti
untuk segera melangkahkan kaki mencari tempat berteduh. Suara
g jalanan yang mulai dibanjiri rintik hujan. Memeluk diri sendiri, Archelia hanya mengenakan celana jeans
benar akan membuat p
*
lice kali ini bukan Archelia?" Algeera Colvin mengerutkan kenin
benda itu sampai posisi duduknya sejajar dengan meja. Kedua
lu siapa yang me
h Tuan Lev
aimana si tikus itu bisa ikut-ikutan mencelakai Alice-ku? Apakah
evin mencelakai Nona Alice karena Tuan
gangguk paham. "Baiklah, sepertinya kita h
unjukkan langit malam yang diguyur hujan. Sesuatu tentang Alice selalu membuatnya selalu ke
h tiba saatnya, keluarga Fernando
geera duduk di kursi belakang dengan tenang sambil sesekali mengetik sesuatu di
yang lelah, tanpa sengaja Algeera mendapati pemandangan familiar ketika ia m
uat Dylon segera mengerem dengan
oleh ke belakang. Mulai waspada, takut jika m
ng yang mengiku
mendalam dengan pandangan ke arah luar jendela. Mengikuti arah pandang Algeera, Dylon dibuat ters
capan Dylon terhenti ketika ia kembali memandang ke ara
alt. Namun, pria itu dibuat terkesiap saat kembali melihat ke luar jendela di mana sang tuan, Algeera Colvin tur
ok belakang untuk mengambil dua payung lipat di sana, membuka sa
ak seharusnya m
halte. Wanita yang detik itu pula langsung dikenali keduanya sebagai Archelia Dominic. Yang membuat Dylon ke
jah polos ini terli
endongak dengan senyum miring. "Aku jadi meragukan lapor
meragukan laporan sekretaris kepercayaannya. Namun, melihat bagaimana kondisi Archelia dan kenyataan terane
buat tidur wanita itu terganggu. Perlahan Archelia menggeliat tak nyaman, mengerjapkan mata sebelum akhirnya kedua kelopak mata itu terbuka sa
dah mati lagi? Apakah aku
Algeera tersenyum sinis. "Apa yang
t. "Kau mengenalku? Maksud
ah Nyonya Fernand
geram kesal. Ingatan tentang bagaimana Alister meninggalkanny
ama laknat itu." Archelia melipat kedua tangannya di depan dad
a ia kala mendongak, didapatinya sosok pria tampan yang tak dikenalnya itu menyelampirkan jas miliknya ke tubuh Archel
Sepertinya, kau dan suamimu sedang bertengkar," eje
an tajam nan dalam milik pria asing itu seolah menghipnotisnya sehin
Aku ikut