elaki jatuh tersungkur ke lantai, bekas merah langsung tercetak jelas di kulit pipinya diiringi sensasi nyeri yang
berpacu tak karuan. Langkah kakinya cepat masuk ke dalam lift dan ketika pintu bean, memeluk erat nampan yang menja
dia mendapat perlakuan tak se
kai pakaian sopan; celana panjang hitam, celemek hitam dengan label hotel, kemeja putih, dan sepatu
ya saja, Lavina sudah paham bahwa kamar 302 pasti melayangkan komplain yang memberatkannya nanti. Bayangan surat pengunduran
!" tegas l
Rekan kerjanya melihat Lavina yang pucat dengan keringat sebesar biji jagung. Salah satu dari mereka membisi
ak ingin diomeli Gyan lagi, dia butuh wajah baru selain wajah oriental milik Gyan yang selalu melempar omelan dan bisa membuat teling
laki tin
aus polo hitam dan celana jeans. Wajah yang setengah merah akibat bekas tamparan itu menatap Lavina tajam.
u terkait komplain, Bapak," tawar
enampar saya! Lihat!" dia menunjuk wajah kirinya yang memerah. "Saya enggak
. Saya yakin pegawai saya tidak serta-merta menampar oran
ela diri. "Kalau Bapak ini enggak senonoh, ma
sebelah alisn
ong saya nginep di sini sama istri saya." Lelaki itu b
ada perempuan. Detik berikutnya, pikiran negatif gadis dengan
najer, Bapak!" ketus si lelaki mesum membuat b
egawai. Dia memejamkan mata mencoba menenangkan amarah yang sudah mendidihkan otaknya. Kemudia
Lavina. "Orang dia yang salah k
hkan kamu ke bagian manajer untuk ditinjau ulang! Saya
i, P
bibir Lavina membisu seketika. "Keluar ka
ad bar. Sementara si lelaki mesum justru tersenyum tipi