gkap sosok tinggi Gyan sedang meli
di pusat perhatian, mood yang sudah dibangun dengan baik dengan secangkir espresso dari kafe langsung berubah buruk. Buru-buru dia ma
aya bapakmu?
ah jambu dan menyerahkannya kepada Gyan. Aroma sayur yang ditumis bersama saus tiram serta ayam go
ta Gyan melotot. "Makanan buat Pak Gyan. S
n ceroboh, Lavina ternyata juga suka menjawab pertanyaan tanpa memikirkan bagaimana reaksi lawan bicara
p saya?" tebak G
coral itu langsung sirna ketika G
Itung-itung sebelum saya resign dari sini, saya ingin berbuat yang
buka. Langkah kaki yang terbalut celana berwarna cokelat gelap itu meningg
ran dong, Pak. Saya butuh kepastian bukan gant
kan kepala ke tembok di saat Lavina mengabaikan penjelasannya kemarin. "Saya kemarin bilang, kamu janga
angsung membulat dengan senyum merekah
hlah, kerjakan apa yang saya bil
vina hendak membuka tas namun Gyan lebih m
#
entara cleaning service mengepel membuat lantai marmer tampak mengilap diterpa cahaya matahari yang menelusuk masuk dari area o
embersihkan meja, menjawab panggilan telepon dari salah satu tamu hotel. Suara bera
iapkan pesanan tamu. Dengan begitu teliti dan lebih hati-hati, dia memeras jeruk nipis ke dalam gelas highball, menuangkan
gan bar spoon. Untuk mempercantik penampilan, dia menghiasi highball dengan da
nghafal area hotel. Kamar 302 menurut temannya berada di lantai empat dekat dengan lift. Butuh waktu beberapa menit untuk sampai di kamar yang dituju d
ia menyilakan Lavina masuk dan menunjuk meja untuk menaruh pesanan. Lavina menurut seraya mengedarkan pandangan d
hendak berbalik, tanpa sadar lelaki yang rambutnya masih basah itu berdiri te
lelaki itu dengan lirih membangunka
tin Lavina