limut tebal yang membungkus tubuhnya. Sepasang manik keabu-abuan
adari di mana dirinya berada. Gadis dua puluh enam t
mar, di unit apartemennya sendiri. Namun, ketenangan itu tak berlang
andaran ternyaman sejak enam bulan lalu. Teringat dengan jelas bagaimana p
seketika meredup saat pria yang menjadi obj
a merentangkan kedua tangannya, setelah ia melet
anti setelan kerja mendekat, dan menja
irup aroma maskulin dari tubuh pria yang kini m
banyak bicara. Yang ia lakukan adalah mendekap erat sang kekasih lebih erat
t mengurai belitan erat tubuh mereka. Sehingga mau tak mau pria dengan kemeja panjan
yak?" tanya pria itu lembut. Jari-jar
aria lantas mengangguk. Hal itu
h kalau
renanya, ia pun membuka mata demi melihat wajah
imik wajah William yang menunjukkan rasa puas. Alih-alih be
elukku s
lama itu sontak menimbulkan debaran di hati mereka. Sehingga, secara bersamaan
sudah menarik bibirnya. Dan kini ia menyatu
e
antungnya terpacu cepat diik
hubungan kita, Maria. Jadi, aku berpikir untuk segera menikahimu
a memindai wajah sang kekasih dari dekat hingga berhenti di bi
emarin?" Alih-alih menjawab, Ma
kasar. Hal itu justru membuat gadis dua pulu
an bersamaan dengan itu Maria pun melakukan hal yang sama. "Aku tidak ingin terikat seperti bone
Sebelum pada akhirnya Maria memutuskan menar
aimana bisa saat ada pembicaraan s
mu?" tanya Maria yang kini sudah duduk
n kepala. Ia pun turut duduk di dekat sang k
atas meja. Melemparkan tatapan
menunggu jawabannya. Gadis itu justru menikmati sarapan
pa padaku," ucap Maria santai. Demi meyakinkan pria di sampingnya
ar
tu mengisyaratkan agar William menerima. Dan tanpa bas
eletakkan kedua alat makan di atas piring sebelu
pa
yang tinggi, bukan karena cinta semata. Cinta itu hanya bersifat sementara dan bisa berubah ket
sehelai blazer, dipadukan celana panjang itu menghadap sepenuhnya pad
sejak kau menyatakan cint
ari William seb
tidak akan menyulitkan hubungan kita yang masih haru
ang takut tidak laku. Jelas saja, gadis yang menjadi kekasihnya itu
canakan pernikaha
hut Maria tegas. Mengh
itu mendengkus. "Jelas
alagi mas
ng harus bagaimana lagi untuk meyakinkan
kontrak kerjaku di Franklin Corporation selesai." Maria memegang lengan
rikan William. Pria itu masih bung
i keinginan Daddy-mu." Maria mengalihkan pandangan. Tak mam
iam tegas. "Sampai kapan pun aku tak
ly. Aku yakin, kita bisa melaluinya asal sama-sama kua
ukan hal yang sama. Hingga tak lama kemudian, wanita ber
William yang kemudian menarik tubuh
tu, Maria! Karena sampai kapan pun, h
a. Membentuk senyuman tipis yang kemudian ia balas
un bahagia. Kebersamaan itu bisa menjadikan suntikan semangat baru d
lewati perbincangan singkat dan menikmati sarapan sederhana, pria ya
uk mengantar sang pujaan hati ke kantor. Meskipun berkali-kali M
ak ada yang bersuara hingga sampai di te
hati,
itu membuat Maria mengulas se
u j
g utama Franklin Corporation, William me
ena ia sudah terlambat sepuluh menit. Hal yang belum pernah i
eluar dari sana, bukan hanya sang asisten yang menyambut, m
ambu
bab sela
dalan George Franklin bernama Maria Ashley itu?" tanya Vi
ulas senyum tipis di bibirnya. Ah, mendengar nam
li dengannya," uca