a belajar pagi tadi, "Apa kita akan belajar bahasa Inggris? Ku dengar ujian seleksi masu
lihat piala penghargaan ajang debat bahasa Inggrismu di ruang tengah, jadi aku rasa kau hanya perlu terus mengasah b
ka lagi??" , pungk
mua pelajaran akademik yang menjadi soal ujian, matematikamu yang p
bersemangat lagi jika sudah menyangkut matematika. Meskipun
h ia sanggupi dengan kekasihnya. Menikah dengan orang lain. Keinginan dan gambaran untuk tetap melanjutkan hidup j
an ketika ia memiliki permintaan yang menjadi permintaan pertama untuk Saka, sangat berat untuk mengabulkannya. Akan tet
nutup matanya sejenak, memberi perintah pada pikirannya untuk tenang.
apa?" , ta
ertanyaan pertama?" , balas Saka bal
Iya, tapi aku ragu a
meriksanya, "Ya, kau benar. Lanjutkan." , katany
pan itu dari Saka. Simpul senyum puas terlihat jelas di wajah Hanifa da
p lurus pada Hanifa. Biasanya ia akan memperhatikan bagaimana langkah-langkah Hanifa dalam memecahkan soal, akan tetapi saat ini ia memperhatik
permasalahan yang tengah dideranya. Tentu saja itu terdengar seperti solusi bagus di waktu yang tepat, akan tetapi di sisi lain ia tidak bisa meni
nggil Saka ter
at kepalanya dan menatap langsung pada Sak
dengan pertanyaa
da banyak sekali pertanyaan y
anmu. Apa kau serius
lupakan. Hanifa membungkam, tidak langsung menjawab, menciptakan suasana hening sesaa
angan diambil hati, ya." , tukas Hanifa dengan taw
, bahu Saka melemas dan wajah tegangnya
n tawaranku? Aku masih mau untuk menikah d
perintah Saka yang s
a pada bapak sekarang, bapak mau mener
aku akan be
bal dan memilih untuk kemb
ikah denganmu." , ucap Hanifa dengan s
rik rasa penasaran Saka, "
birnya bergetar menahan senyum geli, "Aku? Mencintaimu? Ak
ercaya dengan ucapan Hanifa, "Yang benar? Perempuan sebe
rmintaanku. Ya? Ya? Ya?" , pinta Hanifa kembal
ah denganku karena kau men
na bapa
dekat pada Hanifa. Ia mengangkat tangan kanannya, lalu mengacungk
berkata
ecil di dekatnya dan menatap lekat-lekat matan
pa di mataku." ,
aka, "Bukan begitu, bodoh. Ah~ Aku tidak
cinta, bukan bodoh." , celetuk Hani
yinggung perasaan gadis di hadapannya. Akan tetapi merasa
gapa kau mau menikah denganku? Aku yakin kau bukan ingin menikah
ga ia tahu bahwa Saka tertarik dengan tawarannya. Bibirnya menyunggingkan seringai kecil sebelum mengangk
aku memberitahukan alasannya?" , kata Hani
uatu yang disembunyikan darinya. Ada hal lain y
, menatap lurus pada Hanifa, "Aku akan mempe