ng melaju menghalangi jalan Saka. Itu adalah salah satu dari dua supir pribadi yang dimiliki oleh ibuny
kemudi terbuka perlahan dengan begitu halus menampakkan soso
mohon terima saja tawarannya, sebab nyonya mengancam akan menggantiku dengan o
na tujuannya pergi setelah dari sini, tetapi mendengar apa yang terjadi, membuat Saka harus mengalah
anmu kali ini." , balas Saka, tak
jah pria muda dengan setelan kemeja hitam itu berseri, "Terima
k perlu. Sa
i dosen juga membuatnya sibuk untuk mendampingi beberapa mahasiswa dalam menyusun skripsi. Kesibukan dari tiap mahasiswa yang b
atian untuk membuat dan merevisi skripsi mereka. Tidak seperti beberapa dosen lainnya yang menanggapi mahasiswanya den
uk di kursi penumpang di belakangnya melalui spion yang tepat berada di atas dashboard mobi
ini, ya?" , tanya supir itu mencoba
Saka mendengarkan sepenuhnya pertanyaan yang supir itu lontarkan mesk
i mulai menyelidik saat melihat kilau cahaya yang t
ar. Wawancara spontan yang tidak ada kesepakatan sebelumnya, ditambah lagi semua
yum kecil,
kira itu ci
ya untuk melihat cincin yang dimaksudkan oleh sang supir, "Tidak. Ini cincin p
ntian bus dengan alasan ada tempat yang harus ia kunjungi. Pada awalnya sang supir agak memaksa untuk mengantar
beberapa orang lainnya. Sepanjang perjalanan di dalam bus, Saka dengan sengaja menyumpal telinganya dengan headset yang ia bawa dan leb
henti saat melihat toko bunga. Ia melepas headsetnya dan memutuskan untuk masuk ke dalam. Suara lonceng klasik terdengar saat Saka mendorong pintu kaca tersebut dan tak berselang
sakit yang sudah sangat familiar baginya sejak setahun yang lalu. Sampai-sampai p
t yang bertugas di meja administrasi dengan ramah. Ia menjadi
harap yang satu ini tidak akan membuatny
"Tentu saja. Memangnya
mbuat Saka salut dari perawat tadi adalah sikapnya yang begitu ramah dan hangat, membuat siapapun merasa nyaman dan senan
dengan suara kecil. Badannya kurus kecil sehingga membuatnya tenggelam dalam baju rumah sakit. Kepalanya mengenakan topi beanie untuk
ah dan mendapatkan sambutan se
uah pelukan dan Saka langsung menyambutnya dengan senang hati. Ia memeluk kekasi
wanita dengan tak sabar menanti cerita menyenangk
ng ia beli saat di perjalanan tadi dan menarik tempat duduk
gi hari ini?" , tanya Saka lebih ingin mengetahui keadaan kekasihnya itu. Lebih
erusaha keras untuk tersenyum, meskipun hatinya terluka melihat kondisi kekasihnya yang tengah berjuang keras melawan kanker kelenjar getah bening. Ia mendapatkan penyakit ganas it