buas. Semalam tubuhku menggigil, badanku panas sekali.
gak sejuk. Tubuh menggigil dan panasku belum juga mereda. Tubuhku melemah, bibirku terasa kering dan pecah-peca
, mungkin karena dua hari tidak diberikan makan. Berulangkali mencoba memejamkan mata untuk menpanya troli rantai besi buat mengulur makanan untuk hewan buas atau jatah makan siang telah tiba. Lihatlah empa
an peliharaannya, mendadak membuatku ketakutan. Aku tidak punya nyali seberani itu, sampai harus merebut makanan dari kan
at kelakuan kasar pria itu dua hari terakhir. Begini caranya membalas dendam atas apa yan
ak
erketuk pantofel hitam pria itu. Tampilannya masih sama, dia terlihat rapi setiap saat. Tidak salah kalau orang akan mengira-ngira kalau dia itu seorang direktur di perusahaan besar. Lih
Alih-alih dapat jatah makanan, kamu malah jadi santapan mereka." Zacky tertawa, mengulurkan
an buas. Aku melongos, membuang perhatian. Enggan menatapnya. Aku benci dia. Tapi masih kurasa dengusan
-makanan yang diolah dan dimasak." Zacky menyodorkan piring aluminium berisi potongan daging merah (mungkin dagin
u, sampai potongan daging keluar dari piri
ang daguku. Ditatapnya lekat-lekat wajah ini. Dua detik berikutnya
erlawanan. Meskipun aku tidak benar-benar mengunyah si daging amis, tetapi paling tidak makanan tidak higenis i
baji
mu sudah berkali-kali
dia mana bakal peduli pada penderitaan orang lain. Iblis sudah dari sananya di-setting kej
ah sedikit saja, kamu
h untuk memasukkan potongan daging ke dalam mulut. Aku mengatup mulut rapat-rapat, berusaha memberonta
lakukan seperti itu lagi, Zacky mulai melemahkan tindakan. Masih kudengar deng
mu menikmati lebih banyak lagi penderitaan." Zacky membuka borgol rantai berkarat, melepaskan belenggu yang mengikat sekujur badan. Tub
gsek yang pernah aku temui!" Aku berter
osong kamu buat nanti. Karena penderitaan baru saja akan dimulai. Sekara
erasa kram, tetapi tetap kucoba untuk melakukannya. Sekali aku terjatuh kembali ke lantai. Sekali lagi hal itu terulang karena s
•
s menit b
aju bagus saat bekerja di rumahku!" Z
ra pekerja. Ada lemari dua tingkat, lima kasur, dua kamar mandi dan du
umah setelah aku pikir akan me
memberanikan d
ang. "Karena aku ingin memanfaat
terencana cukup matang dalam
an. Karena semuanya harus terorganisir." Zac
gugup. Meski badan lemas karena sakit dan belum makan, tetapi aku masih merasa bahwa ak
Aku kira saat itu aku benar-benar tangguh untuk menghadapi segalanya. Namun ternyata i
ya yang menyilaukan. Tanpa aku sadari, saat itu aku telah terjatuh, tergolek di lantai. Tubuhku sudah tidak bisa menyeimbangk
tu, banyak mimpi yang aku terima dalam ransangan saraf otak motorik. Sesuatu yang telah dilupakan bertahun-tahun, pada
yatakan perasaannya padaku. Di taman fakultas kedokteran. Ya, aku ingat. Dalam mimpi itu jelas terjadi. Tanggal 22 Agustu
sangat manis, siapa saja yang melihatnya pasti akan menyukai. Juga cara bicara
Indah,
re hari, pukul setengah lima. Kala itu mentari mulai tenggelam di uf
awab lirih, "Ka
tu aku tidak terlalu serius untuk mengenalinya. Jadi aku mengabaikan ja
Ind
ltas ekono
uk lagi. "Ka
arena sudah lancang mengagumi kamu diam-diam. Indah, aku sebenarnya suka sama kamu dari awal kamu ada di kampus ini. Maksu
nya, menatapku cukup serius. Tatapan itu
ah kamu menj
ria asing ini mendadak datang, lalu mengajak berteman. Sesaat kemudian mengakui perasaan. Apakah harus aku menjawab 'iya' untuk pern
af
tu memotong kalimatku yang belum rampung, "Ini salahku, mend
ngan siapapun. Karena aku mau fokus dengan kuliahku dulu. Aku hargai perasaan kakak, tap
ang menyakiti perasaan orang lain. Pria di depanku terse
duluan. Sudah sore
pa. Kamu nggak s
ya ke belakang. Kami berada di embung fakultas, di jembatan tempat mahasiswa lalu lalang. Kejadi
elimut putih tebal di atasnya. Melainkan aku tidur di karpet berbulu, di antara jendela dan kasur. Kaki dan tanganku terikat lagi menggunakan rantai y
erpakai, bahkan yang basah bisa kering di badan. Tapi pagi ini, ketika aku mengamati kalender, di mana aku yakini bahwa aku telah pingsan
yirnakan ingatanku kemarin. Aku sadar bahwa kehidu