. Ucapan kak Zacky kemarin masih terngiang-ngiang diingatan. Dia tidak bercanda, aku pun menanggapinya serius. Jikalau itu
u tak mengapa jika harus mati, jika seandainya kak Zacky betulan merealisasikan rencananya. Cuma, aku masih memikirkan keluargaku. Bagaimana jika dia melenya
alam saat seseorang menggedor jendela kamarku pelan, dia berkata tanpa peduli apakah
ntuk mengawasi apapun yang kamu lakukan. Katakan padaku jika kamu mau bekerjasama. Jika kam
jeda kalimat
ini bukan hanya ancaman saja, melainkan lebih dari itu. Besok pagi pukul empat, ketuk jendela ini tiga kali, kalau kamu menyet
embut, hilang terbawa gelombang angin. Aku memejamkan mata sejenak, berusaha menafsirkan s
nya ingin menikahiku? Sebenarnya, apa tujuan pria itu? Aku bahkan tidak mengerti jalan pikirannya
alur skenario yang dibuat kak Zacky. Dengan mata perih dan kepala yang berat, aku melangkah
arin ketika aku terdiam membeku tidak bisa berbuat apa-apa, kak Zacky dengan sorot mata yang tajam seperti mengintimidasi, membuat
at, terlihat mengasihi dan perhatian. Lalu ketika dia menatapk
Aku dan yang lainnya, terutama sebagai pengiring pengantin wanita berada di belak
el tuksedo hitam rapi dan terlihat elegan. Takut-takut aku menatap wajah itu. Wajah menakutkan yang balas menatapku dengan tatapan tajam, tidak bersaha
daripada ketakutan ini makin terasa dan mudah dipahami lawan, aku sebisa mungkin membuat gerakan peralihan. Namun ketika aku mengedarkan
is seperti yang kak Zacky katakan kemarin. Orang-orang yang dimaksud kak Zacky telah bersiap, siaga melepaskan peluru ke kepala para tamu undangan, juga di kepala kedua o
nita yang akan aku nikahi pagi ini, ada beberapa hal yang ing
igus sedih. Sementara satu tangan kak Zacky yang lainnya sedang memegang cincin. Diantara keduanya ada wakil pendeta yang membawa baki ber
i. Badanku mendadak gugup dan bergetar hebat. Jika saja aku tidak menguatkan diri, barangkali kaki itu
g. Maksudku, aku ingin menikahi wanita lain di tempat ini, bukan Irma. Jadi aku akan memberitahu kalian semu
ng menatap dalam kosong. Antara takut, gelisah, cemas, segalanya berpadu dalam satu. Puluhan orang bertanya-tanya, apa gerangan yang sed
ung menatap melotot. Mendadak tubuhku makin meningkat takut, keringat dingin membasahi badan, tub
erlihat jelas meminta penjelasan. Aku menelan ludah
. Jelas saat itu terjadi, lagi-lagi semua mata seakan menusuk, meminta penjelasan lebih. Aku hanya bisa diam, tidak mampu berkata-kata. Semua
•
kali lagi, aku berani bersumpah, sejatinya aku jatuh cinta pada Indah. Pertama kali hadir di rumah ini, Indah bagaikan pelangi yang mewarnai hidupku. Jadi t
lah di hari pernikahan yang menikah si adik, bukan dirinya. Wanita mana yang telah berstatus pengantin dan sebentar lagi akan jadi seorang ist
u yang tidak bisa dibendung. Orang-orang menggunjing prihal kejadian tadi. Aku bahkan tidak ada
ibirku selepas mengucapkan janji pernikahan di depan pendeta dan patung Tuhan Yesus yang menggantung di langit-langit gereja. S
karakter orang lain. Meskipun aku tidak tahu tujuannya, yang pasti jelas kak Zacky ada maksud ingin
cewakan seperti ini?" Ibu masih menangis, menatapku kemudian. Aku menundukkan kepala, tidak sanggup un
a menjadi pengantinku, bukannya Irma yang sudah menemaniku bertahun-tahun ini." Pri
uami kakak kamu. Kenapa kamu tega berbuat seperti ini, hah? Seharusnya kalian bilang sejak awal jika kalian saling mencintai, mungkin kejadian mengejutkan ini tidak akan terjadi. Orang tua mana
lih bisa membujuk ibu, mencoba memahami
awa kedua orang tuaku. Hanya saja, aku dipaksa bertindak macam keledai bodoh oleh pria di sampingku. M
Irma, dia malah tak menggubris. Banting pintu kamar, tidak menghiraukan aku sama sekali. Diperp
h kami serahkan padamu, karena kamu sudah menikahinya dan bertanggungjawab penuh atas segala hal tentangnya. Kedepa
tetapi ucapanku terbata manakal
baiknya kita pe
Hanya saja, ayah juga cukup kecewa, karena kamu sudah mengacaukan segalanya. Kamu juga sudah membuat keluarga kita malu. Untuk sekarang ayah belum bisa memaafkan tindakan kalian berdua. Te
hati. Ayah berkata seolah seperti sedang berbicara kepada orang lain, bukan putrinya. Apak
anpa beban pada anak yang bukan darah dagingnya. Tetapi lagi-lagi sepasang tangan kekar dan lebar menginter
apapun lagi. Percuma. Semua orang tidak akan mempercayai aku. Karena apa yang mereka liha