datangan kami, setibanya mobil sedan hitam itu men
akan menakutkan. Dari semua orang, mungkin hanya Zacky saja yang terlihat paling enak dipandang. Mukanya terlihat menyeramkan, tetapi paling tid
rumah kami di tengah kota. Namun kediaman ini berada jauh dari hiruk-pikuk keramaian megapolitan. Sepanjang perjalanan yang kulihat hanyalah buki
ter. Jalan berhias paving blok, ada taman dan kolam air mancur di depan rumah. Lobi atau teras dipasang karpet merah. Rumah tiga
a puluhan. Menunduk mereka kala menyambut kedatangan sang Tuan. Aku menelan ludah. Ternyata apa yang kak Zacky katakan sepenuhnya adalah ke
." Satu-du
ereja beberapa jam lalu. Baju bridesmaid yang mungkin terlihat norak. Di rumah besar ini, hanya ada a
sofa empuk lainnya di ruang tengah. Pria itu menatapku lekat-lekat. Perempua
eng, "Aku t
untuk anak buahku, lalu membersihkan kandang macan, singa, harimau dan beruang di kandang belakang. Lalu jangan lupa memangkas bunga-bunga di taman depan. Untuk sekarang, kamu aku
n segalanya, aku sendirian? Aku juga kucing dibilan
mungkin di sini tidak ada yang namanya pembantu. Sebab rumah ini besar dan luas.
i posisi duduknya. "Pembantu?
ukannya se
a kamu itu spesial, hanya karena kamu cantik lalu aku nikahi? Kamu kira kamu menarik, samp
tedeng aling-aling, tangan kekar dan besarnya menjambak
asnya diperlukan seperti ini
tangan menahan tangan Zacky supaya ti
sakan sakit juga, ya? Bagai
s dari tengkorak kepala. Tanpa terasa air mata keluar di pelupuk retina, kemudian jatuh dan membentuk p
ng juga adikku alami." Dia berkata lirih di telinga, kemud
ti entah apa salahku, sampai-sampai diperlakukan macam hewan. Aku
u, mengamati wajah yang telah menggugurkan air mata. Aku mengu
ni?" Aku bertanya diiring
tahu jaw
dan tidak manusiawi seperti ini padaku. Aku tidak pernah ber
ergelangan tanganku, memaksa aku berdiri. "Hari ini kamu istirahat dulu di k
tangannya yang kian kuat. Dia menyeretku, membawa keluar ke arah belakang rumah, melewati
setapak yang kami lalui (tanah yang kami pijak) dipasang batu pualam pipih sebagai lantainya. Dipasang berjarak, sesuai rentang kaki. Diantara jalan
sampai dia berani berbuat kasar. Tetapi sebagai kaum yang tidak pernah salah, aku berhak mempertanya
andang itu besar dan tinggi. Pintunya saja ada dua, yang kalau didorong berbentuk dua arah, ke kanan dan ke kiri. Ketika pria itu mendo
k protes. Tapi pria itu telah berada di depanku, tangan kasarnya
baji
rapa dengan apa yang akan kamu terima besok d
orot tatapan matanya yang tajam dan sombong. Aku menahan geram, ama
ci kamu!" Aku membabi buta, tanpa kusadari aku telah melepa
membuatnya terseok, berpaling muka ke kiri. Sudut bibirnya terluka, darah mengalir keluar. Cap tanganku tergambar di pipinya cukup
upanya kamu belum tahu berurusan dengan siapa." Zacky mengan
. Tangannya tak sampai di wajahku. Padahal diri ini siap menerima resiko atas apa yang aku lakukan. Bahkan sudah memeja
ngan kekar itu mendarat di pipiku, diusap lembut tapj syarat akan sebuah
baji
ada tibanya hari pembalasan, kamu akan m
angan manusia ke Meksiko." Satu pria menyela. Suara itu mirip suara yang
mkan. "Aku akan menyusul. Kamu ikat dia, borgol dengan b
" Pria itu mengangguk. Za
waku masuk ke dalam gudang, jauh ke dalam sana. Sampai tiba di tengah gudang, aku terperanjat kaget ketika hew
inga. Aku menelan ludah takut. Suara auman hewan buas itu membuatku nyaris mati berdiri.
ku bahkan tidak yakin bisa mengangkat rantai-rantai yang telah terkunci di tangan dan kaki serta di leher. "Tuan sebelumnya memerintahkan bahw
as. Aku meringkuk, duduk di lantai, menangkup muka, bersembunyi dan diam dalam tangisan. Entahlah, aku bingung dengan situasi yang aku hada
" Aku bertanya, sebelum pria yang tadi sempat bicara
menunjuk ke arah atap di atas kurungan hewan. Ada celah besar, ada troli dan pengait dagi
ini malah jadi petaka bagiku sendiri. Zacky bilang kesalahanku karena aku hidup, penderitaanku ini pun harus sama seperti yang diderita adiknya. Pertanyaanku
n menyelimuti tubuhku yang meri