ok! Ti
mengisi kesunyian. Semakin membuat suasana mencekam antara dua pria
keluar dari bibir Demian. Menatap dingi
l
enatap ekspresi Kakaknya yang tidak berubah. Nam
ani menatap saudara kembarnya kala men
spresi datar di wajahnya, tetapi aura sekitarnya j
angsang." Devian menambahkan
icaranya, membuat nyawa Devian sea
an bertele-tele,"
Tanya Devian menga
. Menghela napas kasar, lalu m
dak diberi penjelasan dengan baik." Tegas Demian
am jet bukanlah waktu yang singkat, bahkan mungkin kedua orang tua mereka tengah berbi
m kamar. Ia juga sedikit malu menunjukkan wajah pada Wanit
da pilihan. Toh, lebih baik diintrogasi seperti in
sesaat setelah masuk. Aku menatap sekeliling untuk mencari keberadaannya, tetapi wanita itu menabrak
*
a catatan tempat itu sepi ketika malam. Bahkan pagi pun
i antara puluhan orang yang tengah menari dalam keadaan setengah sadar. Tak
geli melihat pemandangan tak senonoh yang tengah dipertonto
h tersebut. Tapi ia tahu diri, tahu tempat juga. Namun, jika menginga
a besar kemungkinan waktunya terbagi untuk hal
dung Kedrick. Padahal ia sudah lelah mencari sejak tadi, sudah terasa p
erlahan menganggu indra penc
u
ubuh Devian, membuat pria itu mund
menatap sosok yang kini
Devian berusaha melepa
il, justru pelukan di p
g aku, Brengsek.
mata melihat wajah cantik ya
bencinya. Bahkan Devian yang hanya bernapa
lu mengeluarkan umpatanmu padaku." Kesal Devian dan terse
nya. Melepaskan tautan bibir mereka d
kesal, berusaha menjauh dari
Louisa diselingi dengan desahan kecil
. Menatap prihatin ekspresi Louisa yang terliha
ehkan kepalanya ke sumber suara. Menatap sosok yang se
buat Anda
Ia hanya fokus menatap Sep
Devian meraih tubuh Louisa, menggendon
t pada mobil Lamborghini Aventador berwarna hitam miliknya, segera membu
terburu-buru. Menyalakan mesin mobil
gumam Devian mencengk
tetapi hati nuraninya benar-benar tidak tega meninggalka
rasanya sud
ung kebaikan.' batin
itu, agar tak terbebani dengan
Uncle Louis, Ipar Ibunya. Hanya itu, setelahnya dia akan kembali ke
niat hanya ti
it
inya itu kini duduk di pangkuannya. Menatapnya dengan kabut gairah, se
deg
dengan bulir keringat dingin tela
ercekat di tenggorokan melihat penampilan Louisa
mt
purna di bibir Devian, membuat mata pria itu sem
kuannya itu tak bergerak seinci pun dari tempatnya. Begitu kuat mengait leher
dah Devian keluarkan dalam hati. Menyum
membuat Devian mendesis lalu membuka pintu mo
depan hotel bintang lima, seolah tahu
ti lehernya hingga meninggalkan bekas kemerahan di sana tanpa pedul
in Devian berjalan ke arah lift yang akan memb