ala mendengar pertanyaan it
idak pernah terlintas di benaknya. Salah satu Putranya menjadi menantu mantan mus
telah melihat Devian yang hany
e arah sofa dalam kamar tersebut. Mendudukkan di
ucap Logan seraya ikut mendud
kembali menceritakan kejadian itu, s
sama. Sesekali menggeleng di
h nanti. Daddy tidak ingin mendengar berita, j
ngar nasehat itu. Ia menunduk dalam dengan wajah lem
ri kem
. Kediaman keluarga Alexander terliha
menatap lekat sosok yang duduk lesu di tepi ranjang. Sesekali terdengar h
tu santai di dinding. Sedikit menaikan sebelah alisnya
anya Kai
h ku bunuh kau," balas Devian g
akan repot rapihin lagi
udara. Meletakkan kasar kedua tangannya d
amu yang bobol," balas Kaisar menghi
isar sialan!"
pelan, memutar tubuh untuk keluar dan m
ambang pintu, menoleh sekilas ke arah Dev
Aku akan mencoba membantumu, seperti kau yan
kl
ersisa dirinya di dalam kamar itu. Beberapa menit lagi dirinya akan
an menjatuhkan tubuhnya hingga
tidak masalah. Yang jadi masalahnya itu, wanita yang ak
ak?' batin Devian yang m
erapikan jas putih yang melekat di tubuhnya. Dia harus
Tok
a." Suara Sang Ibu ter
Devian dengan rasa gugup yan
mansion keluarga Alexander. Altar yang dihias secantik mungkin untuk p
ang hadir, sesuai dengan per
menelepon Revan," bisik Rania dengan tatapan tertuju pada se
elaan napas pelan terdengar keluar dari bibir Rara, ia menunduk
pasti ada hikmah di baliknya," Z
an dua wanita di sampingnya, lalu melirik sua
dari bibir Devian, diikuti oleh Louisa
lah resmi menjadi s
ng berhadapan tersebut telah melepas masa lajang me
mencium Louisa. Sesaat ia diam menatap wanita di hadapanny
u
Louisa yang kini memejamkan mata, menggenggam e
n yang hadir. Mereka serentak berdiri dengan senyum di bi
a jam b
m kamarnya. Di mana sosok pria yang telah sah
suki indra pendengaran Louisa, mem
n tak senonoh melintas begitu saja di benaknya
melakukannya lagi.' Louisa merutuki dirinya dalam hati. Menepuk k
i. Kini ia terlihat rapi dengan baju tidur melekat di tubuhnya,
. Ia yakin, wanita itu pasti membayangka
itu 'kan?' batinnya mulai bertanya-tanya, dengan tat
aran pada tempat tidur. Ia menoleh, menatap m
antai." Ucapnya lirihenidurkan tubuhnya memunggungi Devian
ur. Takut jika Louisa berubah pikiran dan mencekiknya tiba-tiba
ok keluar berita dirinya tewas di ma
angkan pikiran gila dalam benakn
ati. Lebih berbahaya jika di atas ranjang,' batin Devian segera menidurka
hnya. Perlahan ia mendudukkan diri di atas tempat tidur, melirik sekilas ke arah sa
am Louisa pelan, melirik sekilas jam d
gun?" Louisa menghela napas pelan. Ada perasaan kecew
ya acuh, segera beran