am sembilan. Dia menatap layar ponsel yang memutar lagu favoritnya. Rock and roll, dia senang dengan lagu rock and roll yang berjudul n
a sama sekali tak peduli dengan hal demikian. Dia benci dengan pribadinya namun mencintai oran
k beberapa meter dan dipisahkan oleh lapangan futsal dan lapangan basket. Arina, dia sekarang
berani mendekatinya dan tak ada satu pun yang berani memulai percakapan dengannya jika itu hanya basa-basi saja. Penampilannya aneh dan tidak sopan. Kaki bajunya selal
andang ke arah lapangan dan kadang menatap ke arah pintu kelas.
dengan suara pelan menatap remaja itu menend
rapa? Masih belum jam istirahat. Namun dia masih setia menunggu
belakang Arina yang masih fokus
berada d
nya bervolume tinggi. Jika dilihat gadis itu akan terl
ah wanita gendut yang berkacamata, kini tangannya melengkung ke
dengan keras dia menepuek ba
ak
ng akan segera keluar. Arina terkejut dan tubuhnya yang juga nampak kecil tiba-tiba loncat dan terangk
uh Arina tepat dia tiang tembok yang berbentuk kotak. Arina menganga dan ter
ih berlanjut?!" Suara si guru BP sangatlah nyaring dan ta
tak
Arina putus-putus. Arina mungkin dikenal dengan sebutan gadis tanpa ra
..Raif," katany
angguk dan tangannya kini b
k Raif yang meng
ngangguk
Ha! Sehingga guru sebaik Pa
sik." Dia menjawab dengan cepat dan tatapannya se
aklah berlaku kasar, namun Arina tidak melakukannya sekali, namun berkali-kali dia dikeluarkan oleh guru yan
keras ke lantai, dan pecah. Tatap
itu. Untung saja bukan ponsel yang jatuh, jika ponselnya dia tidak tahu dengan siapa dia akan meminta uang
tin padanya. Dia memang pantas mendapatkannya. Akhirnya, perjalanan setelah melewati banyak kela
sih menyeret seragam Arina dan membawanya masuk ke dalam ruangan k
ndal ini?!" Suaranya tegas dan menakutkan menatap Pa
nunduk ke lantai, dia terlihat
edikit kasihan. Rasa iba muncul di dalam hatiny
sangatlah kasar," ucapnya dengan ten
na menyahut dengan
e arahnya dan guru yang ada di r
ya Pak Raif, dia memang g
enatap ke arah lantai lalu mengan
menghukumnya, suruh saja
sung terangkat menatap Pak Raif ya
nya berpikir, dia setuju denga