eirus menatap Pak Raif. Sekarang mereka berhadapan, berdiri
ngah pria," jawabnya lalu merapikan lembaran kerta
n keningnya dan me
takan itu?" Arina menat
awa formulir yang terkumpul. Dia juga menaruh formulir Arina di
di pintu sanggar namun dia berbalik sebentar, lalu berka
rmulir itu, menggulungnya dan berjalan ke arah Raif. Dengan se
ng pergi dari sana. Raif sendiri tidak mengacuhkan. Dia memilih u
n kelasnya, menatap tajam pria yang berjalan p
embencinya
dia juga mengganti rok miliknya dengan ce
a. Kakinya bergerak-gerak menikmati alunan musik itu. Dia k
ir, ber
kmati lagunya sambil mema
kita berb
keluar ke arah tempat parkir. Mencari-cari m
a kau r
u di dalam tasnya. Peniti tidak akan mempan untuk ban mobil sebesar itu. Dia mem
apun. Arina menambah dengan menghancu
kkk
nya dan menyalakan mesin motornya. Tak lama saat dia akan menjalankan motor mili
ari tengahnya pada si Raif. Guru seni budaya
u akan mendapatkan masa
kan motornya dengan penuh kebahagian. Kakinya menari-nari di
i lantunan lagu yang berju
h besokkkk masalah dengan Pak Ra
a pengendara lain menoleh padanya. Men
erikan Arina padanya saja. Kali ini Pak Raif akan betul-
natap Arina yang duduk di hadapannya den
ang kemari, tapi aku yang akan datang ke sana! Kau betul-betul a
a kau yang mengatakan hal kasar padaku le
ajuku!" Arina menatap Raif yang duduk di belakang meja
etul membutuhkan seo
uga berpikir, orang tuanya membayar sekolah mahal-mahal tidak untuk dikeluarkan dan seperti slogan sekolah,
ada hanya tinggal kelas. Namun Arina
ok denganmu." Raif mendesah kesal, di
au ganti rugi." Arina betul
kau akan berhenti melakukannya? Apakah sikapmu akan lebih baik jika kau ganti rugi?! Aku a
h dan merasa tersinggung sa
ikir sa
idak w
mun aku menolak hukuman itu." Arina berani sekali menatap gu
aku belum pernah mendengar ada hukuman yang dito
menghukumku dengan