aki itu dengan dengan memasang wajah serius nya, sebenarnya bukan hanya itu yang i
i laki ini bisa bertanya di jam kerja atau di rumah sakit tapi kenapa malah bertanya di saat malam seperti ini huh dasar
n kau tanyakan tuan Kenzo?" Tany
an yang aku ajukan dua hari yang lalu ana
salah hati," ujar Anara dengan wajah tak berdosa nya sedangkan Kenzo ah laki laki itu sudah terlihat sangat murung t
i nya akan menyakiti ku," ia menjawab dengan saagt baik meskipun beberapa kata terakhir nya hanya bisa ia katakan di dalam
engan baik dan juga sekuat tenaga kami," jelas Anara yang di angguki oleh Kenzo, terkadang laki laki itu ingin mengeluh pada tuhan dan menangis ka
erepotkan mu ana," ujar laki laki itu den
g bila pasien yang kami tangani belum sembuh total dan kami akan berusaha sekuat mungkin untuk melakukan pengob
engan adik mu?" Tanya laki laki itu
k baik saja," tanya Anara dengan bingu
aki laki itu karena mungkin tadi ia salah kalimat
a," jawab Anara deng
waktu?" Tanya laki laki itu dengan senyuman nya berharap ga
datang, kau tau aku kan Ken," jawab gadis c
udah lama membeku dan tak lagi pernah memikirkan perihal perasaan, sudah beberapa bulan terakhir ini ia mencoba mendekati gadis itu dan mencoba untuk mengambil hati nya tapi usahanya belum membuahkan hasil, te
gan kecepatan sedang, entah lah apa yang terjadi hingga ia tak sadar jika tak
membanting setir nya hingga menghantam
aa
r
sar yang berada di pinggir jalan, entah itu di sengaja atau ti
berada di dalam mobil kini tengah menahan rasa sakit nya sambil mengucapkan k
punya mobil," ujar seorang bapak bapak yang maish bisa di
antik itu memejamkan mata nya kala selesai mengatakan beberapa parah kata terakhir nya,
yang tadi menutup mata kini sudah berada di dalam ambulan yang akaj me
r mandir terutama dua orang laki laki berbeda usia sedangkan seorang wanita paruh baya hany
k
dari ruang operasi itu dengan rauta wajah lelah lalu men
ang remaja yang sedari tadi mondar mandir k
aha keras tapi sepertinya tuhan berkehendak lain," jawab dokter laki laki itu dengan wajah nya yang sedih, dokter