a
makan siang untuk Mas Agung, nyatanya dia sama sekali tidak menghargai usahaku. Sia-sia sa
a kumasukkan dalam mangkuk dan segera kubawa
apa nih?" Bu Yeti bertanya s
sayang karena tidak kemakan," kujawab ser
anggal tua." Wanita paruh baya itu tampak tersenyum senang
Permisi, Bu," pamitku, namun
bolehkan?" Keningku berkerut, namun kuturuti juga. Akhirnya aku
ihatannya serius seka
Pak Agung. Bukan maksud apa-apa, saya hanya kasihan ke Bu Indira karena selalu b
nya aku tak mengerti dengan a
. Bu Indira banyak dibohongin juga, saya jadi gak enak mau ngomongnya,
as, Bu," pintaku penuh h
sekedar yang terjadi sekarang. Pokoknya Bu Indira hati-hati saja sama mereka, dan kalau bisa coba cari
ksud?" Ditanya seperti ibu, Bu Yeti
hu, Bu. Mungkin cuma Bu Indira
depanku ini. Jika memang seperti itu, sepertinya aku memang harus mencar
erasa pusing dengan penjelasan
n dengan kedatangan motor besar yang pemil
oni yang datang. Kenapa lelaki it
k bertanya. Doni tersenyum seperti mengejek,
basa-basi. Aku mengangkat bahu. Aneh. Kenapa dia b
*
tok!
r. Entah siapa yang melakukan. Dasar tidak puny
berdiri dengan pongah di depan pintu. Jangankan mengucap salam, bahkan
ng pulang untuk menemui istri mudanya ini. Lalu kenapa malah Zahra dan Yanti yang d
dekat dengan Mas Agung terus. Lagian ini juga bawaan bayi yang ingin dekat dengan bapaknya terus. Jadi Mbak n
ih mau menutupi aibmu." Kutekankan kata suamiku agar perempuan sombong di depanku ini sada
Tunggu sampai aku melaporkannya lada Ma
sekali. Aku bukan wanita lemah yang mudah diin
l bahuku lalu bersama Yanti masuk ke dalam rumah tanpa permisi bahkan
idak banyak bicara, selalu seperti itu padaku. Entah dendam
Mas Agung, persis seperti orang kesurupan. Tentu saja dia
gung?" Zahra bertanya dengan mu
menyembunyikannya di lemari. Paham kam
ku dengan wajah berang. Dasar bocah sinting, berani sekali dia macam-macam padaku. Disam
hentakkan tangannya yang masih me
iku. Makanya Mbak berusaha untuk menjauhka
yang terjadi malah sebaliknya? Kamu yang berusaha menj
mun segera kutahan dan kuhempaskan, hingga Zahra hampir ter
aku bukan orang yang lemah seperti apa yang kamu pikirkan!!
kamu, Mba
apa wanita itu. Dan entah apa maksudnya. Mung
saja!!" Zahra kembali meringi
!" usirku pada keduanya sambil melotot. Tak sudi