a
sekali untuk melangkah. Ditambah rasa sakit hati dan juga tangan yg tampak menenangkan perempuan itu yang masih teri
dang berpikir. Sementara Yanti, Doni dan tiga orang lainnya yang kuketahui sebagai te
u saja ada tempat lain, mungkin aku tidak sudi duduk di sebelah
epuluh tahun menjadi mertuaku itu, memang sangat baik dari dulu bahkan tidak pernah
dan perasaanku, setelah baktiku sela
Mertua berucap tegas. Diliriknya Mas Agung yang masih pada
menghela nafas kasar, lal
elah menikahi Zahra. Dia istriku sekarang. Dan dia tengah hamil. Tapi ...," Ucapannya terjed
u muak melihat wajah tak bersalahnya. Hatiku sakit mendengar pernyataannya itu. Kenyataan yang
tikan ucapannya sambil menoleh pada p
jawab atas semua perbuatanmu!" bentak Ayah Mertua. Seakan
gnya itu bukan darah dag
ngar di ruangan ini pun merasa kaget dengan apa yang diucapkan oleh anak sulung mertua
ikahi wanita yang jelas-jelas hamil anak orang lain!" bent
un baru tahu jika Mas Agung membawa per
ana mungkin aku bisa membiarkan Zahra melahirkan tanpa sosok suami d
i kamu, Gung. Jangan gegabah, dengan men
melihatku yang menatapnya dengan tatapan
a balasannya dariku
�🍎
rang di belakang. Sangat sakit. Meski dia berdalih karena kasihan, tapi kenyataannya tetap saja
anapun juga, wanita yang hamil apalagi tanpa suami tidak boleh
i, lalu meraih tangan Zahra dan berlalu begitu saja menuju ke arah kamar. Disusul suara pintu yang
yang mulai tersedu tak kuasa menahan rasa sa
kut berdiri dan
etelah berkata demikian, lalu pe
enenangkanku. Sementara dua orang lainnya hanya diam, begitu pun dengan Yanti Dan Doni
kupikir itu lebih baik bagiku sekarang. Aku harus bisa berpikir dengan langkah selanjutnya. Tak mungkin aku
*
uga sudah lebih tenang dan lebih siap dengan kemungkinan yang akan terjadi kedepannya. Bagai
kusadari ada seseorang yang tengah berdiri di
hari ini membuatku s
u bukan lelaki
sa-basi hanya sekedar bertanya kabar, bukankah d
Aku melengos menatap kembali a
, hm?" Mas Agung perlahan mendekat. Dan duduk
lupa jalan pulang,
olong jangan acuhkan aku." Aku menghentik
ntas kenapa kamu berpikir aku mengacuhk
ya kata 'Mas' yang selalu terlontar dari bibirmu, hm?" Mas Agung menatapku
erempuan ja***g it
entak Mas Agung dengan telunjuk yang mengarah tepat ke mu
ahu siapa ayah dari bayi yang dikandung perempuan itu." Aku tersenyum si
atas, seperti ingin menamparku
par aku," tantangku tanpa rasa takut. Namun dia
saja. Meninggalkan luka ya
Hat
etuk. Aku yang masih terduduk di da
oni, Pak RT dan tentu saja Mas Agung dan perempuan yang beberapa hari ini selalu menjadi duri untukku. Siapa
icara di dal