a
u dan kupersilahkan se
tan dengan Zahra tak memperdulikanku yang terus menatap benci padanya. Sete
ang?" katanya membuka suara. Aku
ajah teduhnya. Sepertinya khawatir mungkin, aku tida
h. Alhamd
lihat lelaki itu me
n tak bisa mengobrol lama-lama" tanyaku langsung. Enek rasanya jika
i. Ingin membicarakan sekaligus mendamaikan masalah dan juga bagaimana dengan hubungan kalian kedepannya. Maksud saya, Agung, Zah
a terus-terusan larut dalam masalah. Sementara tidak ada kejelasan disini. Semuanya haru
pandangan pada Zahra. Hanya sesekali menatapku dengan peras
mau berpisah dengan Mas Agung!" jawabku jelas tanpa ba
lirih, "pikirkan d
aku tidak terima jika Mas Agung me
dak mengerti, hah?" Mas Agung berkata dengan raut wajah
" Aku sama sekali tidak menyesali keputusanku, karena bagiku keputusan yang kuambil sudah benar menurut pemikiranku. Biarka
. Aku mendelik menatap tajam ke arahnya. Kenapa dia berubah kasar.
a?!" jawabku dengan menekankan kata cerai. Bagiku
akan pe
moh
lagi berapi-api membuatku emosi sa
telunjukku mengarah pada Zahra.
bil berdiri dan menahan tang
bicara seolah dirinya korban. Dia menatap benci
nahan amarah. Kamu memang keras kepala, Mas. Kenapa kamu
i dan tidak berkata-kata lagi. Kita
ima Zahra sebagai adik madumu." Kali ini Ayah Mertua yang bicara. Beliau memang baik dan selalu bijaksana. Namun bagaimana aku bis
i berbagi suami. Apapun
amimu untuk berusaha berbagi dan berbuat adil
h Mertua ikut menimpali membuat
, Bu,
rnya aku memang sudah tidak sudi bersama dengan Mas Agung, suamiku. Tapi kenapa seakan mulutku tak bisa berkata lagi. H
*
a. Itulah keputusan yang mereka diskusikan tadi. Aku tidak ikut menanggapi karena merasa se
yang lain pulang." Pamit Mas Agung tadi sebelum aku b
sama sekali tidak keli
itu untuk meninggalkan Zahra yang memang lebih segala-galanya dariku. Aku memang kalah usia, penampilan, gaya rambut bahka
ng tengah sarapan melirik tak suka pa
tentang belanjaan." Aku terpaksa tersenyum
nyak tentang isi hatiku. Aku memang bercerita pada Adi tadi malam bahwa ayahnya akan pulang, dan aku berkata p
aja pada sekolahmu, ya?" Aku mengusap lembut
ggal berdua sama
aanya. Sekaligus tak mengerti ke
tiba-t
ma Ibu, aku nggak m
ku mengecup kepalanya lembut. Sepertinya
*
ung dari ruang tamu. Aku yang baru sele
as?" tanyak
but dong, biasanya juga kan begitu. Lupa kam
nyambutmu. Bukankah sudah ada Zahra yang s
k ada Zahra, gi
alik lagi sana d
uka aku pulang
ingin pergi l
r. Membuatku nggak betah tinggal di rumah." Mas Agung terlihat kesa
ya, dengan mata yang masih
ku
berlalu segera ke arah dapur. Malas rasanya harus mendengar
*
kedel adalah makanan favorit Mas Agung dan Adi. Mas Agung sendiri tengah tidur di kamar. Dia sempat
gopoh keluar dari kamar, dengan
ku yang heran mendeka
edikit masalah dengan Zahra. Mungkin Mas a
strimu. Harusnya memang
g meraih tanganku. Aku membiarkannya, ing
ang kemarin, bahwa aku lebih memilih bercerai denga
katakan kata itu lagi, please. I
ai berkaca-kaca. Apakah masih ada rasa cinta dan perh
rgi