..," bisik Kamal dalam
a bersila tenang, tetapi telinga dan ba
pikiran seorang anak manusia, yang paling umum itu dikarenakan
r, kurang lebih sedemikian itulah kata Bu Siti Saodah, seor
, kekalutan mental yang menyebabkan tersanderanya pikiran oleh suatu titik atau dimensi terte
umumnya manusia akan lalai
kan Jin untuk masuk ke dalam diri, lalu
gat dan menyebut nama Tuhan. Begitu menurut Bu Siti Saodah, dan hal itulah yang tengah K
ghuni pohon beringin ini, tetapi Kamal tidak ingin diras
...." Kamal masih ter
serupa memicing, demi memastikan bahwa sekeliling masih dalam kondi
ngsur-ang
persendian, dan tulang ekor yang mulai terasa kram, ketidakbersahabatan nyamuk-nyamuk yang ada di sekitar sini, serta bayang-ba
asil, upayanya di sepanjang hari ini, hanya menghasilkan nyeri di seputaran pi
jang, Kamal nekat meraba dalam gelap, hati-hati memanjat, mencari temp
hon beringin, Kamal fokus, membangun konsentrasi, dud
mal tahu, malam kian menua. Itu bisa Kamal pastikan dengan bulir-bulir mega yang menyapa tubuh. Namun, hingga se
Kamal 'tanyakan' pada mereka, a
a 'krasak-krusuk' yang c
eraya mempertaj
umpulan makhluk. Berpikir mungkin merekalah yang tengah ia nanti, Kamal melancarkan menyebut nama Tuha
si pawang ular yang terkenal sakti mandraguna, konon dalam laku tapanya, sebelum diberi kesaktian, merek
a, Lahia dililit, dipatuk, hingga terakhir ditelan bulat-bulat oleh ular berkepala manusia, d
kesaktian p
gilirannya. Kamal sudah sangat siap m
usuk kras
belum ada sesemakhluk pun yang datang menguji. Hingga setakat ini, Kamal masih b
ekumpulan tikus hutan. Keberadaan mereka semakin jelas tatkala mereka saling baku hantam, e
kantuk semakin sukar dijinakkan. Meskipun ada sedikit rasa kecewa, tetapi t
tidak berapa lama kemudian, Kamal su
dan sempat bertanya-tanya tengah berada di mana. Saat menyadari keberadaa
nnya kering. Ianya semakin paripurna kala berkolabor
perlahan Kamal melo
er sekian langkah, lalu berbalik
nghuni p
ita amandel. Kerongkongannya bukan hanya sekadar ker
ntuk menggenapi ucapannya yang terputus barusan. "Kaba
bualan
korek api, pasti sa
ita omong kosong tentang kalian!" Kamal
ak ada yang menggubris, ia pun beredar perlahan. Suasana bu
i bertanya-tanya
mba-Mu ini. Tolonglah kasian, Tuhan," b
saat ini, barulah Kamal tersadar bahwa sesungguh
n Kamal memalingkan wajah, yang terlihat hanyalah bayang-
n langkah, beredar meninggalkan hutan mencari kehidupan yan