rah. Karena rasa malu dan kebodohannya telah hanyut pada per
uk keluar dari situasi yang cukup membuatnya mati kutu. Ia me
nanku yang memberikanmu kenikmatan sem
e
napas yang memburu diingatkan kembali pada k
ssa dianggap hal seb
tubuhnya kembali berulah. Dengan gerakan cep
au
yang akan meluncur dari bibir tipis itu. "Lebih baik kau g
pria itu kembali menyerang bibirnya. Menahan k
lepas dari kungkungan pria liar
etelah digempur tanpa ampun sejak semalam. D
li menghunjamkan kejantanannya yang tela
ahak-bahak ketika Vanessa memekik
l dari kedua matanya itu menahan perih di kewanitaan
el dengan tatapan mata elangnya yang siap mencabik-cabik mangsa. Ia se
enaganya. Ia tidak boleh melakukannya karena
udian menekan leher Vanessa hingga wan
utal dan liar menghunjam sesuka hati. Keluar masuk se
mpai kapan kau
buah kenikmatan. Semakin lama kewanitaan Vanessa sem
erus mempercepat gerakan pinggulnya. Hingga pada akhirnya, ketika Vanessa mendapat pelepasan
fael mengangkat tubuh Vanessa yang terkulai lemas. Menuju kamar ma
r-benar sudah gila. Ia bahkan tak melepaskan wan
a tanpa jeda hingga pagi menjelang. Dan lihatlah sekarang!
ketika tubuh wanita itu melemas
tubuhnya sendiri. Membiarkan tubuh Vanessa yang bersandar
g itu dipenuhi bercak kemerahan hampir di seluruh tubuhnya. Belum lagi ditambah tanda
belas siang!" ucap Rafael seraya keluar dengan tubuh
seperti dia? Apakah dia terlahir dari batu hingga dengan te
ra. Air mata yang sejak tadi mengalir kini semakin dera
sekujur tubuhnya. Terlebih lagi di k
ncoba berdiri. Ia menahan gemetar di kedua kakinya yang bagai tak be
apa doa untuk menguatkan diri, Vanessa me
angat itu mengalir di tubuhnya. Wanita itu menggosok seluruh tubuh
ivitas itu berulang kali pada tangan, dada, kaki, d
halus di sekitarnya itu. Vanessa sampai harus menggigit bibir
sa ia banggakan. Tiba-tiba ia teringat pada sang kekasih
adaan ini? Atau ia tidak perlu mengatakan jujur tentang
melakukannya. Tapi, bagaimana kehidupannya selanjutnya? Bagaim
sa semakin tersudut oleh kenyataan.
k di mana masih ada beberapa handuk di sana. Ia mengambil
intu. Ia berdoa semoga pria kejam itu telah pergi dari sana,
an keterbatasan. Memastikan bahwa memang
di luar. Kemudian ia keluar mencari baju
femininnya, Vanessa mendekati ranjang. Ia menemu
melihatnya. Sehelai dress pendek dengan lengan panjang berbahan sutera yang
a tahu ukuran
kahan pahit yang tiba-tiba
Semalaman dia sudah menik
makai pakaian itu dan menyisir asal rambutnya. Ia h
a menormalkan langkah kakinya. Ia menahan sekuat ten
aku ya,
ng Vanessa duga. Hingga pada akhirnya, ketika ia baru saja ke
tak sada
ambu