merasakan kelembaban di area kewanitaan Vanessa. Dengan
i." Vanessa serta merta bangkit dan menahan
menggeletuk dan sesaat kemudian ia me
a menjadi sia-sia. Melawan seorang pria bertubuh besar dan tinggi buka
enggema di batin Vanessa. Pria yang kini memanggut liar bibirnya tak
itya Syahreza. Pria yang biasanya dipuaskan dan dipuja wanita itu harus bersabar
Apalagi jika gadis itu seperti Vanessa yang malah
alam dekapannya masih meronta dan tak membuka mulutnya. Pada
jamnya ketika ia melepaskan bibirnya. Apa-apaan gadis tak t
un akan takluk hanya dengan melihat kedua matanya. Bel
yang satu ini malah memban
akan Vanessa yang terang-terangan itu. Dan jangan katakan jika se
rakan Vanessa. Menindih gadis itu dan memberik
lahnya?" Sorot mata hitam bak elang yang mencabik-cabik
atunya. Karena semua sama-sama tak
l
Vanessa sebelah kiri. Kerasnya
tak pernah Vane
an? Kesalahan apa yang telah kuperbuat
ari bahwa ia tak bisa mundur untuk melawan pria itu, ia
ng memberikan jawaban. Bahkan, dengan beraninya gadis itu mem
r Rafael. "Jadi kau memilih pilihan pertama? Men
an beralih mencekik leher Vanessa hingga
itu. Kuatnya cekikan di lehernya membuat i
Rafael mendekatkan wajahnya. Berpaling kemudian di dekat telinga Vanes
hanya bisa menggema
utih mulus dengan liar dan penuh tekanan. Meninggalkan banyak ta
Biasanya ia akan bersikap layaknya manusia normal yang ingin
atan itu digunakan Vanessa untuk menghirup udara dengan rakus. Napas
alam hati seraya menetralkan kembal
idik Vanessa. Menghunjam denga
?" Pertanyaan itu masih dengan n
essa dengan bibir bergetar. Ia masih ingin mem
mar hotel itu. Siapa lagi pelakunya jik
ap digantikan sorot penghakiman. Layaknya memang hanya d
api, ia salah. Pria yang memiliki gairah liar seperti Rafael hanya akan bisa diluna
pria bergairah liar itu tak menemu
yang sepenuhnya berhasrat itu menekankan setiap ucapa
ghunjam hati Vanessa kala itu. Sa
ang sejenak memikatnya. Pada bibir, hidung, dan kedua payudara yang terpampang di hadapannya. "... kau a
orang lain. Selain itu, ia adalah sosok yang tak ma
dengan bibir bergetar, diiringi ketakutan itu hanya bisa berter
eri jeda sedikit pun. Melumat sesuka hati. M
yang kemudian turun ke leher. Mengisap hampir seluruh permukaan dada atas V
t Rafael menenggelamkan putingnya. Rasa geli itu membuat gadis ya
dijelaskan. Bahkan ia merasakan denga
eperti tak pernah puas merasakan rasa manis yang di
gannya kemudian bergerak turun
a pa
aga Vanessa tak sekuat itu. Tangan besar Rafael
Rafael melepaskan puting Vanessa dalam satu t
tangannya bergerak bersamaan. Membuka kedua paha itu dengan paksa. Kemud
ewanitaan Vanessa. Ia tak sabar untuk melesakkan kejan
engger di pinggangnya. Meraih kejantanan yang sudah berdiri
telinga Rafael menjadi tak berarti karena sesaat kemudi
rg
n Vanessa. Otot-otot di dalam sana terasa mencengkeram miliknya dengan liat dan
g menyergap kejantanannya. Tak ingin menahan terlalu lama, ia pun kemudian berg
atnya. Ini bukan pertama kalinya ia membuka segel seo
g mengalir, Rafael menghunjamkan kejantanannya. Menikmati ce
eka. Gerakan pinggulnya semakin liar tatkala gel
vitas seksualnya. Gila. Ini benar-benar gila dan t
ahan kala ledakan itu datang. Meluluhl
itu menyergap kuat di dalam kejantanannya. Cairan cinta y
lupakan sepanjang sejarah ia menggauli wanita. Adalah satu be
mbung