a di apartemen Drew, ia menatap Drew yang s
segera beranjak dari tempat itu. Drew diam, ia melirik dan kemudian mematikan televisi. Berjalan menghampiri
unci mobil. "Aku antar kau ke tempat mu bekerja. Baik bukan aku?" Kekehan sinis tampak dari wajah tampan dan mata indah milik Drew. Jena melangkah, ia sudah meneguk yogurth
bernafas. Dengan cepat, Drew menelepon seseorang untuk menyiapkan mobilnya sementara ia langsung menggendong tubuh Jen
hkan mobil menuju ke rumah sakit, Jena semakin sus
tu sakit seolah tertusuk-tusuk. Drew hanya diam, tak memperdulikan Je
er menghampiri dan menangani Jena yang tersengal napasnya. Drew menjelaskan kronologis singkat,
Drew begitu dingin, pria itu menatap layar ponsel dan seperti sedang mengirim pesan kepada seseorang. Ia beranjak, tatapannya bertemu dengan tatapan Jena. Ketika Drew sudah mendekat, ia b
ria itu seorang chef terkenal dan pemilik restoran mewah ternama. Seorang
perawat. Ia mencabut selang oksigen dan menyuntikan obat l
k hanya untuk produk alat masak, atau segala hal yang berhubungan dengan dapur, tetapi juga beberapa iklan minuman bervitamin, sereal, kej
*
n aku ya." Jena terpaksa berbohong. Jika ia berkata, bahwa ia sakit hingga di bawa ke IGD, ia yakin, Maden dan keluarganya akan memaksa ia untuk tinggal di rumah besar itu. Ia tak mau. Lebih
a beranjak menuju kulkas dan mengambil air mineral. Ia meneguknya hingga tandas, lalu membuang b
.... " u
rdengar kesal. Jena berjalan ke pintu dan membukanya. Drew
rjalan mengitu Drew yang c
nunjuk sudut ruangan kecil dekat pintu masuk dengan d
dan congkak. Ia meletakan tas belanja yang ternyata isinya
dongak menatap Drew dengan wajah tak kalah sombongnya. Drew
terkenal dan mahal. Seperti ... Ku!" Wajah Drew sudah begitu dekat menatap Jena. Jena mundur, ia bingung dengan reaks
gar. Drew fokus membuat makanan untuk Jena, sederhana, hanya krim sup jamur dengan potongan dad
ah basah, ia lalu duduk di tepi ranjang dan mengeringkan rambut dengan hairdr
i sini," celoteh Drew. Jena mengabaikan, ia hanya menggerutu pelan. Malas menimpal
ngku cukup." Keangkuhan Drew begitu membuat Jen
ku habiskan makananmu ini, tuan ko
terpesona dengan diriku, ah ... ciuman itu, ap
AK
buh Jena hingga menempel di dinding dekat pintu. Menatap dalam dan begitu emosi. Kedua
mparku. Kau siapa!
ikan. Berani melecehkanku seperti itu. Rasakan tamparanku, tuan SOMBONG!" Jena tak kalah. Ia juga menatap Drew seolah i
k di atas mangkuk, ia menarik pergelangan tangan Je
a gunakan dan meletakkan kembali di tempatnya. Jena diam, ia merasa aneh, Drew tadi begitu
incangnya kasar, lalu menaburkan di atas mangkuk berisi krim sup, lalu berganti ke keju, ia mengambil parutan keju miliknya. Warna jingga dari keju red cheddar membuat t
mbali duduk dan mulai menyantap. Drew menatap Jena begitu kagum. Ia sudah kalah dengan wanita itu. Selama ini, seti
ena menatap Drew dengan
bersamaku." keduanya saling menatap. Jena diam, lalu terkej
mencari alasan tepat untuk berhenti bekerja dengan Maden. Menerima tawaran kerja Drew, seolah menjadi jawaban ia untuk menghindar dari Maden yang ia, sama sekal