kanan dan kiri kita. Takutnya mereka ada yang lagi susah dan butuh bantuan (bukan hany
-
g sudah 5 tahun tak ada kabar apapun. Kenangan buruk itu muncul dan membuat Gladis bingung tak tau harus berbuat apa. Masalahnya, Ben berada di sekolah Kesya.
rmenung, tatapannya kosong. Kesya menggoyangkan bahu Gla
kepala, ia lalu merapikan kunciran rambut Kesya.
dis sembari meminta Kesya duduk di kursi sebelahnya. Ia menanyakan Kesya mau makan apa, sungguh moodnya
?" Pertanyaan Kesya memb
m. Pengalihan obrolan sudah cara yang efektif. Kesya bercerita jika ayahnya sangat suka makan seafood, bolu ubi khas korea, sop buntu
memasakan, Awan akan pergi ke seafood kaki lima dan memilih makan di sana walau seorang diri. Bolu ubi khas korea juga Awan beli di toko cake,
enak. Kesya manut saja, ia tak pilih-pilih makanan. Bocah itu menatap Gladis yang sibuk memesan makanan me
ah pergi. Tapi sekarang ada Bunda, makasih ya, Bun." B
i... selamanya, okey." Gladis membawa Kesy
gal. Kesya butuh lo dan lo butuh Kesya. Lupain Ben yang ta
*
lang ke rumah sebelum gelap. Jam lima biasanya sudah di rumah. Gladis menuruni tangga perlahan, melihat Awan yang baru turun dari mobil kemudian menutup pagar. Ia
h itu. Awan menerima dengan wajah datar - sangat biasa - lalu menenggak air p
wan bersuara. Gl
pamit ke kamar mereka. Gladis melanjutkan kegiatannya menyiapkan makan malam. Ia membuka lemari penyimpanan makanan, sudah kosong, besok jadwal ke supermarket. Ia
esok pulang sekolah temenin Bunda ke supermarket, ya, kita belanja bulanan," tutur Gladis. Kesya mengangguk sena
man, susu, sama frozen food?" Alis mata
akar, atau nasi goreng masih bisa. Tapi kalau bikin Cake Ubi, masak seafood, sop-sop gitu, atau masak
akan bertanya tentang makanan yang ia suka, ia tak marah atau tersinggung, ia menghargai Gladis yang mau menghidangkan makanan kesukaannya walau b
katanya, tetapi Awan mengantar sampai ke kamar dan hanya memberi ciuman pengantar tidur. Ia kembali turun ke bawah, memeriksa semua pintu sudah terkunci s
jadi kamar Kesya sekarang. Kamu kerja jadi bawa-bawa laptop di meja makan
, kok, isengan aja, tapi menghasilkan uang," uc
n pekerjaan. Jika memang rejeki, Awan bisa langsung bekerja, karena ia cukup mengenal pemilik showroom merek mobil ternama itu dan beberap
ga, kan, Dis? Maksudku, kamu jadi yang
ah gabung di grup chat mereka. Ya, walau aku jelas paling muda, tapi nggak apa-apa, aku s
an depan, tadi ketemu di showroom teman saya itu. Dia di sana karena mau tukar tambah mobil pribadinya ke seri terbaru." Helaan napas terdenga
ar penuturan Gladis. Keduanya saling menatap lekat. "Ben tanya ke aku, Key siapa, dan aku bilang anak aku
Awan menyatukan kedua jemari tangannya
gomong yang gelagapan, ter
karena ia memang tak tau apa yang dilakukan pria itu. Awan paham, hening terasa, kedua
*
k h
atkan untuk menyetir sendiri, selain karena ia dan Kesya mau ke supermarket
u?" Kesya menaruh tas sekolahnya di kursi. G
a, nanti Bunda jemput lagi, kok." Gladis tersenyum, ia masih jongkok di hadapan Kesya. Bocah itu mengangguk. Gladis berja
A
sekolah, dan berusaha bersikap santai walau di dalam hatinya debaran itu kembali terasa. Ben menghamp
mengumpulkan nyali untuk bertatap dengan ne
elan dengan tatapan nana
u!" entah kenapa Gladis malah membentak dengan sangat emosi. "Permisi." Gladis berja
" bentak Gl
rasakan sakit di hatinya, saat Ben tak mau bertanggung jawab atas kehamilannya, hingga masa depan Gladis hancur dan anak
ak ke wanita itu lalu menatap balik Gladis. Adegan tatap menatap di ping
an cepat meninggalkan Ben yang berdiri menatap kepergian Gladis.
rah, menandakan jika ada orang yang akan menyeberang. Karena bengkel Awan berada di seberang jalan raya besar itu. Mobil berhenti, Gladis menyeberang bersama beberapa orang, dengan cepat ia mengusa
sam