ngkan Gladis dengan mengusap punggungnya hingga wanita itu tertidur. Ia takut, khawatir, jika tiba-tiba Gladis kabur d
jar rapi, dan suara Kesya tertawa bersama Gladis terdengar. Awan melangkah perlaha
setelan training yang ... sebentar... warna dan
n? Bunda udah siapin semuanya, ya, Bun
begitu pilu. "Aku udah siapin baju kamu, di atas meja rias aku, kam
unda, Ayah nggak suka
ngangguk seraya berjalan ke arah meja makan lagi. Sementara dari ekor
. Baju kerah warna putih, celana jeans, bahkan celana dalam juga Gladis
ulu, maaf-maaf," ia lalu berjalan ke arah lemari
lu terdengar pintu kamar mandi tertutup. Gladis menoleh, Awan tak ada, ia
an cuma empat hari tiga malam." Gladis berdiri di dekat
kelima jemari tangannya. Gladis mengambil baji kotor suaminya, ia membawa ke luar k
*
ereka order. Awan tak mau membawa mobil, biaya parkir menginap di bandara terlalu sia-sia untuk dikeluarkan
ng sama, hanya beda ukuran. Kini, banda
*
urah Rai
e stan pemesanan taksi. Kesya dan Gladis duduk di kursi. Tak butuh waktu lama, Aw
uta, kan, Dis?" Awan mema
u. Kesya tampak sangat senang. Gladis terus
eminta supir taksi untuk membawa mereka memutari kota Denpasar lebih luas. Kesya begitu cerewet,Gladis menanggapi dengan ramai juga. Tapi tidak dengan Awan, saat taksi
gi. Mereka sampai di hotel yang di tuju. Sambutan petugas hotel juga sang
apa, karena kamar hotel di pesan atas nama Gladis. Room boy mengantar merek
Gladis membantu Kesya berganti baju yang lebih nyaman, jam sudah
tubuhnya di sofa, sementara Gladis mengangguk seraya membalurkan tubuh Kesya dengan minya telon. Awan melihat reaksi
u, ya." Bahkan Gladis pun sudah mendekl
buka kulkas yang ada di kamar
a," jawab Awan yang m
ian makan siang, ya," wanita itu berjalan menghampiri, menun
itu, menuju ke teras yang juga terdapat kolam renang kecil, tak seluas kolam renang utama yang ada di rooftop hotel, pun, ha
ghembuskan asap tebal ke udara. Kepalanya menoleh ke belakang, di lihatnya
*
goreng. Keduanya menuruti kemauan Kesya. Awan menyewa motor yang disediakan pihak hotel, Kesya dan
siang hari menjadi agenda
i di jam 4 sore, sesuai janji Awan, Kesya beg
Gladis mengalungkan kamera. Gladis mengangguk, ia men
enghampiri, ia merasa lelah juga meladeni Kesya. Awan beranjak, ia kini menemani putrinya itu. Awan menggendong Kesya lalu dibawanya berputar hingga Kesya ber
gil Kesya. Keduanya m
" pekiknya sambil memeluk Awan yang berjongkok. Gladis mengabadikan momen saa
kin, jika dulu ia tidak kehilangan anakny
iga. Kesya di gendong Awan, Gladis merapatkan tubuhnya ke rangkulan tangan Awan di bahunya. Layaknya keluar
sam