a
mang benar. Hatiku telah membeku tanpa pernah mengenal perasaan. Saat banyak
dan sama sekali tidak peduli. Karena dari yang selama ini kupelajari, dalam hidup, perasaan adalah kelemahan. Cinta hanya akan membuat kita terpuruk dalam ketidakberd
*
ata di pinggir lapangan. Mengayunkan kesana-kemari dengan berbagai jurus yang kukuasai. Sesekali aku melompat, berguling, dan menend
asa aku bermalasan atau melakukan kesalahan dalam melakukan gerakan. Hingga akhirnya, aku berlatih dengan sungguh-su
endiri. Cinta adalah kelemahan. Lagipula saat orang tuaku yang bodoh bunu
rdengar suara tepuk-tangan yang c
apa kau
salah satu yang terbaik dalam kelompok kami. Dalam melakukan misi, aku senang bekerja
angan kanannya yang memegang handuk terulur. Kelihatannya ia berniat hendak menyeka pel
cam!" desisku den
n pada tangannya dan kuambil handuk tersebut. Vano berbalik dan
pa terjadi sesuatu y
ya. Vano tertarik padaku bukanlah hal yang tidak kuketahui. Meski dia menaruh perhatian, tetapi aku tidak pernah peduli. Lama-lama dia juga pasti bos
menjadi daya tarik tersendiri. Kemampuan ia berkelahi tentu membuat sosok wanita yang me
Kalau kamu tidak ada kepentingan terkait
k" Vano ber
pa untuk bisa bertemu denganmu s
-apa, sebaiknya kau s
auh dan mengayunkan pedang
..," pan
gganggu. Kuhunus pedang yang be
a mengangk
engkar atau berkelahi denganmu, ta
alan yang membuncah masih belum hilan
mi bernaung. Jika beliau memanggil, pastilah ada misi penting yang haru
k menemui pria paruh baya
*
ngkus tubuh mungilku. Aku lalu segera bergegas menuju ruang pusat tempat Pak Yan tengah menungguku. Dal
au selalu memasang wajah jutek, tapi tidak apa, itu se
i hatiku belum juga hilang, tetapi akhirnya kuputuskan
yakin suatu saat nanti aku pasti bisa men
dan berbalik. Senyuman m
" ucapku dengan d
di, aku akan membu
i. Kata-kataku memang terdengar kejam, tetapi aku tidak pedul
*
u ruang utama yang
s. Ada lukisan bercorak merah darah yang menjadi satu-satunya pemberi warna di ruangan tersebut. Akan tetapi, mungkin itu se
di hadapannya. Aku tidak terlalu terkejut. Mungkin dia klien kami yang baru, meski teramat jarang seorang klien datang l
k kursi kosong di hadapannya. Aku segera men
Aku mengangguk. Aku tidak pernah berminat untuk mengetahui tentang klien k
langsung karena tidak ingin membuan
nyum tipis sam
g, tapi kali ini misimu berbeda. Misimu ada
rsungguh-sungguh dengan kata-katanya. Saat melih
olak!" uc