ah tegang. Ia menatapku
a ini, dia benar-benar bukan orang sembarangan. Kau tidak
a diriku tidak bisa menangani
atku semakin tertantang. Kalau dia merasa begitu h
sekarang. Kau mau dengan senjata
Ingatlah aku tidak akan lunak p
bahwa akupun tidak akan lunak padam
erak maju. Tangannya terkepal seolah
a menyentuhku sedikit saja, ucapku dalam hati. Kulihat dia juga
ian kucekal pergelangan tangannya dengan erat. Kutarik dan kujegal kakinya, kemudian membanti
askan aku!
yaku seraya tetap menahan tangannya pada punggung. Wajahnya terlihat mer
s yang hebat. Bisa kau
a dengan ego tinggi sepertimu, tapi karena ka
ku melepaskan dia. Netra hitamnya kembali lek
, tidak seharusnya
nnya. Ia masih terus menatapku. Seulas senyum terbentuk di bib
rasa kau sudah mengetahui tentangku dari Pak H
tidak perlu cemas, aku past
k. Perasaan yang tidak kukehendaki kembali bergejolak. Membuncah dan semakin kuat. Sekuat tenaga, aku berusaha mengendalikan diri. Aku bukanlah gadi
ku adalah Snow Queen. Aku tidak akan le
aku akan melindungi dan memastikan kese
itu pasti hanya halusinasiku saja. Tidak mungkin dia kecewa dengan jawabanku. Kami masih baru saling mengenal. Ia
Rupanya dia ingin mencoba untuk mered
udah selesai. Kuharap kita bisa membaha
noleh padaku dan mela
katnya. Mengawasi dia selama dua puluh empat jam. Unt
nyak sesaat kem
perlu. Aku bisa tinggal d
hendak menyanggah, tetapi
. Aku bisa mengawasi dia lewat kamera pengawas ya
akutkan adalah perasaanku sendiri. Aku tetap ingin menjadi Snow Queen yang tidak tersentuh. Akan tetapi, sejak bertemu dengan Stefan, semua pikiran sehatku seolah hilang. Perasaanku berubah
a menjagaku dengan baik," desak Stefan sekali lagi dengan tatapan mata memohon. Akhirnya aku luluh dan kuanggukkan kepala tanda setuju. Stefan terse
padaku?" tanyaku saat mengantar Pak
berbisik. Tentunya karena khawatir Stefan akan mendengar pembicaraan kami. Dia mungkin mengijinkan aku tinggal di rumahnya, tetapi jika tahu siapa sebenarnya Nila Fariska
*
sambil mengantarku ke sebuah kamar y
aman. Akan lebih baik jik
putih dan merah muda. Sungguh berbeda dengan kamar sempit dan pengap yang kutempati di kediaman Pa
um. Akan tetapi, sesuatu yang lain seolah datang menyergap dan mengusik hatiku. Jika ad
han yang kurasakan, pria di sa
sedang tidak di sini sekarang. Kurasa di
sini," ucapku sambil bergegas hendak keluar.
cayalah dia tidak akan keberat
a yang begitu sedih, ak
kan kukembalikan kamar ini
eleng. Wajahnya tamp
ena dia sudah meninggal dan semua
kemudian bergegas keluar s